Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 November 2010

Kegigihan Seorang Guru

Joko Wahyono

Saya teringat seorang sahabat yang bernama Katubi, Dia adalah guru bahasa Indonesia tingkat SMP. Kami sama-sama mengabdi pada sebuah sekolah di pelosok Kalimantan Timur. Katubi adalah guru yang saya kenal sangat gigih dan memiliki keinginan yang sangat kuat untuk maju. Dia menggunakan waktunya sangat efektif. Katubi hanya mengabdi 2 tahun di sekolah tersebut namun dalam waktu yang tidak terlalu lama, beliau berhasil membawa beberapa anak didiknya berprestasi hingga tingkat nasional. Cara guru ini agak berbeda dengan kebanyakan guru lainnya. Pada umumnya guru melihat anak anak yang memiliki prestasi akademis dan mendapat nilai rapor bagus selalu menjadi ‘langganan’ untuk di kirim berbagai aneka lomba. Cara ini ada yang berhasil, namun sering kali tidak berhasilnya.

Katubi adalah guru yang begitu dekat dengan murid-muridnya. Ia banyak bercerita tentang indahnya keberagaman suku, agama, ras, adat istiadat yang dimiliki bangsa ini. Namun, tidak menutup mata telah terjadi disharmoni yang mengatas namakan agama dan negara. Anak-anak diminta berbicara soal SARA, mereka diminta menulis apa saja yang mereka ketahui dan alami tentang perihal tersebut. Guru tersebut betul-betul mengetahui anak-anak yang hanya tahu lewat cerita buku atau anak-anak yang mengalami dan melihat langsung kekerasan yang terjadi di daerahnya. Anak-anak diajarkan cara mengungkapkan pokok pokok pikiran dan teknik menulis yang benar, namun anak-anak yang memiliki pengalaman langsung terhadap subjek tersebut mendapat bimbingan intensif.

Ketika sebuah organisasi Masyarakat Anti SARA Indonesia mengadakan lomba mengarang Nasional untuk anak, yang bertema “Anak-Anak Berbicara tentang SARA”. Naskah anak-anak yang dibimbingnya dikirim. Ternyata naskah tersebut mendapatkan hasil yang Luar Biasa, 2 anak bimbing Katubi berhasil menjadi 10 besar, juara nasional dan dapat unggul menyaingi 570 naskah yang masuk. Ada hal yang luar biasa dan menjadi istimewa, karena salah satu anak yang dibimbing oleh guru Katubi adalah anak yang sama sekali tidak dilirik guru lainnya, anak tersebut tidak terlihat kelebihannya, tidak punya latar belakang prestasi akademis yang bagus. Anak tersebut datang dari daerah yang punya latar belakang kekerasan di wilayah timur Indonesia, Katubi dengan sabar mengajarkan anak itu mulai dari dasar, membimbing membaca dan menulis yang memang jauh dari teman sebayanya, membesarkan hati anak tersebut dan memberikan banyak latihan membaca dengan bahan bacaan yang diarahkan, tentu saja hal ini dimaksudkan agar anak lebih meningkatkan kepercayaan dirinya. namun, dengan kegigihan sang guru mengasahnya, anak tersebut dapat bersinar dan menjadi kebanggaan daerahnya. Tulisan anak tersebut menjadi inspirasi banyak orang dan banyak diulas berita surat kabar nasional.

Katubi adalah contoh dari sebuah kegigihan seorang guru. Dia tidak mudah mengikuti arus, dia tidak mau menjadi orang yang biasa-biasa saja (rata-rata), dan dia melakukan sesuatu yang orang lain yakin tidak sanggup melakukannya. Dengan kegigihan dan kecerdasan yang dimilikinya, Katubi selalu mendapat penghargaan di bidang tulis menulis dan sampai akhirnya Pemerintah pusat memberi kesempatan beliau untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri. 13 tahun telah berlalu, Kami telah kehilangan kontak, sekarang, dimanakah dirimu berada, Katubi?

Selasa, 26 Oktober 2010

SEBERAPA PENTINGKAH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR?

Oleh :

Muhammad Fajri



A. LATAR BELAKANG

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan peluang kepada tiap-tiap satuan pendidikan terutama pendidik yang dalam hal ini merupakan satu komponen yang langsung berperan dalam proses pembelajaran untuk mengolah dan mengatur proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Telah banyak perubahan paradigma dalam pendidikan khususnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi lebih mementingkan peran peserta didik dan karakteristik sumber daya yang ada pada tiap-tiap satuan pendidikan. Pembelajaran berpusat pada peserta didik, oleh karenanya peserta didiklah yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengeksplorasi dan menginterpretasikan pengetahuan dan permasalahan baru yang dibandingkan, dikombinasi, dan dianalisa dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan,”[1] ini mengindikasikan bahwa satuan pendidikan sebagai pelaksana proses pendidikan perlu berbenah diri dalam rangka proses mencerdaskan anak bangsa sehingga amanat dalam PP tersebut dapat terrealisasikan dengan baik.

Proses pembelajaran menjadi lebih diutamakan daripada hasil belajar yang diperoleh. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered) cenderung lebih memperlihatkan paradigma pendidikan saat ini, sebagaimana yang terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini merupakan satu hal mengapa media pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian pendidik sebagai fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu tiap-tiap pendidik perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan,diantaranya: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar bagi pendidik sebagai pendidik, kesulitan untuk mencari model dan jenis media yang tepat, ketiadaan biaya yang sebagian dikeluhkan, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap pendidik telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.

Satuan pendidikan dasar dalam kaitannya dengan penerapan KTSP harus menerapkan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik bukan lagi menggunakan paradigma lama seperti datang, duduk, diam, dengarkan, dan dilarang bertanya (apalagi yang macam-macam). Peserta didik didorong untuk lebih kritis dalam melaksanakan dan mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan berjalan secara optimal.

B. PEMBATASAN MASALAH

Bahasan mengenai media khususnya media yang digunakan di satuan pendidikan dasar dalam proses pembelajaran sangat luas cakupannya. Oleh sebab itu, pembahasan dalam makalah sederhana ini saya batasi dalam hal penggunaan media pembelajaran di satuan pendidikan dasar yang mencakup ; pengertian media secara luas, pengertian media pembelajaran, gambaran umum penggunaan media pembelajaran di satuan pendidikan dasar dan, peranan media dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar.

C. PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Banyak kalangan mendefinisikan tentang media secara umum, namun ada yang lebih spesifik dalam mengartikan media dan media pembelajaran. Media pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu media dan pembelajaran. Definisi yang lebih rinci akan saya bahas lebih lanjut dalam ulasan di bawah ini.

1. Media

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar

Menurut KBBI, media dapat diartikan sebagai perantara, penghubung; alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk; yang terletak diantara dua pihak (orang, golongan, dan sebagainya) Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Pengertian umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi[2].

Beberapa pakar/ahli media menyatakan definisi media dengan berbagai batasan-batasan tertentu. Gagne mengartikan media sebagai berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar[3]. Sedangkan, Heinich, Molenda, dan Russel menyatakan bahwa : “A medium (plural media) is a channel of communication, example include film, television, diagram, printed materials, computers, and instructors (Media adalah saluran komunikasi termasuk film, televisi, diagram, materi tercetak, komputer, dan instruktur)[4]. AECT (Assosiation of Education and Communication Technology, 1977), memberikan batasan media sebagai segala bentuk saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. NEA (National Education Assosiation) memberikan batasan media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak, audio visual, serta peralatanya[5].

Dari beberapa batasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk meyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri peserta didik.

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan bentuk jamak dari kata belajar yang mempunyai kata dasar ajar, ajar menurut KBBI petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut), belajar merupakan suatu usaha untuk memperoleh kepandaian/ilmu[6]. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha pendidik/pendidik untuk membuat para peserta didik melakukan proses belajar. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang pendidik tidak dapat mewakili belajar peserta didiknya. Seorang peserta didik belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan pendidik yang sedang mengajar. Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan pendidik untuk membuat peserta didik belajar. Peran yang seharusnya dilakukan pendidik adalah mengusahakan agar setiap peserta didik dapat berinteraksi secara aktif dengan berbagai sumber balajar yang ada.

3. Media pembelajaran

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu pendidik dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (peserta didik). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili pendidik menyajiakan informasi belajar kepada peserta didik. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan pendidik[7].

Brown mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu pendidik untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke –20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet[8]. Sedangkan National Education Association mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah “sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras[9]”.

Dari beberapa pandangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan ”segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.”

Ciri-ciri khusus media pembelajaran berbeda menurut tujuan dan pengelompokanya. Ciri-ciri media dapat dilihat menurut kemampuannya dalam membangkitkan rangsangan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan. Maka ciri-ciri umum media pembelajaran adalah bahwa media itu dapat diraba, dilihat, didengar, dan diamati melalui panca indera. Di samping itu ciri-ciri media juga dapat dilihat menurut harganya, lingkup sasaranya, dan kontrol oleh pemakai.

Tiap-tiap media mempunyai karakteristik yang perlu dipahami oleh pemakainya. Dalam memilih media, orang perlu memperhatikan tiga hal, yaitu[10]:

1. Kejelasan maksud dan tujuan pemilihan tersebut,
2. Sifat dan ciri-ciri media yang akan dipilih,
3. Adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan karena pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan akan adanya alternatif-alternatif pemecahan yang dituntut oleh tujuan.

D. JENIS MEDIA PEMBELAJARAN

Media secara umum merupakan suatu hal yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu pesan tertentu. Agar proses transformasi pesan tersebut maka diperlukan kesesuaian jenis media yang akan digunakan. Beberapa klasifikasi mengenai media menurut beberapa ahli sangat beragam hal ini dilihat dari sudut pandang mana jenis-jenis media ini dikelompokkan.

Menurut Heinich, Molenda, Russel[11] jenis media yang lazim dipergunakan dalam pembelajaran antara lain : media nonproyeksi, media proyeksi, media audio, media gerak, media komputer, komputer multimedia, hipermedia, dan media jarak jauh.

Jenis media secara umum yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain;

1. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster, dan komik,
2. Media tiga dimensi yaitu media dalam bentuk model padat, model penampang, model susun, model kerja, dan diorama,
3. Media proyeksi seperti slide, film stips, film, dan OHP,
4. Lingkungan sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan ulasan yang ditulis oleh Ahmad Sudrajat, M.Pd dalam blognya[12], beliau mengatakan bahwa dalam media pembelajaran, terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya ;

* Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik,
* Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya,
* Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya,
* Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.

E. MANFAAT MEDIA

Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek yang disebabkan karena:

(a) objek terlalu besar,

(b) objek terlalu kecil,

(c) objek yang bergerak terlalu lambat,

(d) objek yang bergerak terlalu cepat,

(e) objek yang terlalu kompleks,

(f) objek yang bunyinya terlalu halus,

(g) objek yang mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

Media pembelajaran yang memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan realistis. Media membangkitkan keinginan dan minat baru. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang kongkrit sampai dengan abstrak.Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media[13].

Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya[14]. Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.

Thorn[15], mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif. Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajaran bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasi aspek dan keterampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara pendidik dengan peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:

1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan

Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar pendidik dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara peserta didik dimanapun berada.

2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu pendidik untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media pendidik cenderung bicara satu arah.

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Pendidik tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, peserta didik akan lebih mudah memahami pelajaran.

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik

Media pembelajaran dapat membantu peserta didik menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari pendidik saja, peserta didik kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman peserta didik akan lebih baik.

6. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang pendidik.Perlu kita sadari waktu belajar di satuan pendidikan sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan satuan pendidikan.

7. Media dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi dan proses belajar

Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong peserta didik untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

8. Mengubah peran pendidik ke arah yang lebih positif dan produktif

Pendidik dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar peserta didik, pembentukan kepribadian, memotivasi belajar, dan lain-lain.

F. PERANAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SATUAN PENDIDIKAN DASAR

Kenyataannya, peranan media pembelajaran di satuan pendidikan dasar kurang begitu diperhatikan oleh pendidik. Peserta didik yang seharusnya dapat mengoptimalkan pembelajaran dengan baik, namun karena tidak didukung dengan penggunaan media pembelajaran yang relevan cenderung menjadikan peserta didik menjadi verbalistik (hanya sebatas teori tanpa didukung dengan data yang konkrit). Sebagai contoh, peserta didik mempelajari jenis alat transportasi darat berupa delman, di Jakarta sebagaimana di tempat saya bertugas, tidak semua peserta didik di satuan pendidikan dasar mengenal, mengetahui, dan memahami delman sebagaimana kenyataannya karena tidak semua peserta didik pernah menjumpai kereta beroda dua ini. Oleh sebab itu, penggunaan media untuk menghilangkan kesan verbalistik ini mutlak sangat dibutuhkan.

Penggunaan media pembelajaran pada tiap satuan pendidikan saat ini sangat dianjurkan bahkan diupayakan untuk ada pada tiap-tiap proses pembelajaran khususnya di tingkat satuan pendidikan dasar. Media ini tentunya tidak hanya atas dasar ada saja, tetapi kesesuaian dan ketepatan penggunaan dalam proses penyampaian pesan pembelajaran yang akan diberikan.

Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada pendidik. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih banyak tugas pendidik yang lain seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada peserta didik yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini akan terus terjadi selama pendidik menganggap dirinya merupakan satu-satunya sumber dalam proses pembelajaran. Jika pendidik memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, pendidik dapat berbagi peran dengan media. Peran pendidik akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar peserta didik dapat belajar secara optimal. Untuk itu pendidik lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran[16].

G. KRITERIA PEMILIHAN MEDIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Menurut Wilkinson[17], terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih maupun menggunakan sebuah media pembelajaran, yakni :

1. Tujuan

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan yang dirumuskan ini adalah kriteria yang paling cocok, sedangkan tujuan pembelajaran yang lain merupakan kelengkapan dari kriteria utama.

1. Ketepatgunaan

Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. Apabila yang dipelajarai adalah aspek-aspek yang menyakut gerak, maka media film atau video akan lebih tepat. Wilkinson menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan yang bervariasi menghasilkan dan meningkatkan pencapain akademik.

1. Keadaan peserta didik

Media akan efektif digunakan apabila tidak tergantung dari beda interindividual antara peserta didik. Msialnya kalau peserta didik tergolong tipe auditif/visual maka peserta didik yang tergolong auditif dapat belajar dengan media visual dari peserta didik yang tergolong visual dapat juga belajar dengan menggunakan media auditif.

1. Ketersediaan

Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tuuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Menurut wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan peserta didik dan pendidik.

1. Biaya

Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

Dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran yang sesuai dan tepat guna, kriteria yang paling utama adalah media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Sebagai contoh, bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atua kompetnesi yang dicapai bersifat mehamai isi bacaan maka media cetak y ang lebih tepat digunakan. Bila tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan ativitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer).

H. KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Sedangkan pembelajaran adalah usaha pendidik untuk menjadikan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari pendidik ke peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik dan pada akhirnya dapat menjadikan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Manfaat media pembelajaran tersebut adalah: penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik, memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi dan proses belajar serta mengubah peran pendidik ke arah yang lebih positif dan produktif.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan dasar sampai saat ini Pada kenyataannya, penggunaan media memang kurang diperhatikan. Oleh karenanya, tiap pendidik hendaknya memahami benar peranan media dalam proses pembelajaran.

Sebagaimana telah dipaparkan di depan tingkat ketuntasan proses pembelajaran peserta didik yang didukung dengan penggunaan media pembelajaran sangat signifikan karena hal ini dapat menghilangkan kesan verbalistik dalam pola pemahaman peserta didik sebagai siswa. Sudah selayaknya pendidik sebagai seorang guru untuk menggunakan media pembelajaran dengan memanfaatkan limbah-limbah rumah tangga yang masih dapat digunakan. Itulah peranan pendidik dalam mengembangkan proses pembelajaran yang berhasil dan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. Teori & Praktek Pembelajaran Pendidikan
Dasar. 2007

Burden, Paul R. Methods For Effective Teaching—2nd Edition. Needham Heights USA: A Viacom Company. 1999

Apakah guru bisa menjadi pekerjaan profesional yang sejatinya?

by AKHMAD SUDRAJAT

pekerjaan profesional Meski saat ini telah lahir Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai landasan yuridis profesi guru, tetapi untuk menjadikan guru di Indonesia sebagai sebuah pekerjaan profesional yang sejatinya (A True Professional) tampaknya masih perlu dikaji dan direnungkan lebih jauh.

Wikipedia menyebutkan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi dari sebuah pekerjaan profesional yang sejatinya, yakni: (1) academic qualifications – a doctoral or law degree – i.e., university college/institute; (2) expert and specialised knowledge in field which one is practising professionally; (3) excellent manual/practical and literary skills in relation to profession; (4) high quality work in (examples): creations, products, services, presentations, consultancy, primary/other research, administrative, marketing or other work endeavours; (5) a high standard of professional ethics, behaviour and work activities while carrying out one’s profession (as an employee, self-employed person, career, enterprise, business, company, or partnership/associate/colleague, etc.)

Merujuk pada pemikiran Wikipedia di atas, mari kita telaah lebih lanjut tentang guru sebagai seorang profesional. Berdasarkan kriteria yang pertama, seorang guru bisa dikatakan sebagai seorang profesional yang sejatinya apabila dia memiliki latar belakang pendidikan sekurang-sekurangnya setingkat sarjana. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa untuk dapat memangku jabatan guru minimal memiliki kualifikasi pendidikan D4/S1. Ketentuan ini telah memacu para guru untuk berusaha meningkatkan kualiafikasi akademiknya, baik atas biaya sendiri maupun melalui bantuan bea siswa pemerintah. Walaupun, dalam beberapa kasus tertentu ditemukan ketidakselarasan dan inkonsistensi program studi yang dipilihnya. Misalnya, semula dia berlatar belakang D3 Bimbingan dan Konseling tetapi mungkin karena alasan-alasan tertentu yang sifatnya pragmatis, dia malah melanjutkan studinya pada program studi lain.

Terkait dengan kriteria kedua, guru adalah seorang ahli. Sebagai seorang ahli, maka dalam diri guru harus tersedia pengetahuan yang luas dan mendalam (kemampuan kognisi atau akademik tingkat tinggi) yang terkait dengan substansi mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dia harus sanggup mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan tentang berbagai fenomena yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diampunya. Misalnya, seorang guru Biologi harus mampu menjelaskan, mendeskripsikan, memprediksikan dan mengendalikan tentang berbagai fenomena yang berhubungan dengan Biologi, walaupun dalam hal ini mungkin tidak sehebat ahli biologi (sains).

Selain memiliki pengetahuan yang tinggi dalam substansi bidang mata pelajaran yang diampunya, seorang guru dituntut pula untuk menunjukkan keterampilannya secara unggul dalam bidang pendidikan dan pembelajaran (kemampuan pedagogik), seperti: keterampilan menerapkan berbagai metode dan teknik pembelajaran, teknik pengelolaan kelas, keterampilan memanfaatkan media dan sumber belajar, dan sebagainya. Keterampilan pedagogik inilah yang justru akan membedakan guru dengan ahli lain dalam bidang sains yang terkait. Untuk memperoleh keterampilan pedagogik ini, di samping memerlukan bakat tersendiri juga diperlukan latihan secara sistematis dan berkesinambungan.

Lebih dari itu, seorang guru tidak hanya sekedar unggul dalam mempraktikkan pengetahuanya tetapi juga mampu menuliskan (literary skills) segala sesuatu yang berhubungan bidang keilmuan (substansi mata pelajaran) dan bidang yang terkait pendidikan dan pembelajaran, misalnya kemampuan membuat laporan penelitian, makalah, menulis buku dan kegiatan literasi lainnya. Inilah kriteria yang ketiga dari seorang profesional.

Kriteria keempat, seorang guru dikatakan sebagai profesional yang sejatinya manakala dapat bekerja dengan kualitas tinggi. Pekerjaan guru termasuk dalam bidang jasa atau pelayanan (service). Pelayanan yang berkualitas dari seorang guru ditunjukkan melalui kepuasan dari para pengguna jasa guru yaitu siswa.

Kepuasaan utama siswa selaku pihak yang dilayani guru terletak pada pencapaian prestasi belajar dan terkembangkannya segenap potensi yang dimilikinya secara optimal melalui proses pembelajaran yang mendidik. Untuk bisa memberikan kepuasan ini tentunya dibutuhkan kesungguhan dan kerja cerdas dari guru itu sendiri.

Kritera terakhir, seorang guru dikatakan sebagai seorang profesioanal yang sejati apabila dia dapat berperilaku sejalan dengan kode etik profesi serta dapat bekerja dengan standar yang tinggi. Beberapa produk hukum kita sudah menggariskan standar-standar yang berkaitan dengan tugas guru. Guru profesional yang sejatinya tentunya tidak hanya sanggup memenuhi standar secara minimal, tetapi akan mengejar standar yang lebih tinggi. Termasuk dalam kriteria yang kelima adalah membangun rasa kesejawatan dengan rekan seprofesi untuk bersama-sama membangun profesi dan menegakkan kode etik profesi.

Berdasarkan uraian di atas, ada sebuah refleksi bagi saya dan mungkin juga Anda. Bahwa untuk menjadi guru dengan predikat sebagai profesional yang sejati tampaknya tidaklah mudah, tidak cukup hanya dinyatakan melalui selembar kertas yang diperoleh melalui proses sertifikasi. Tetapi betapa kita dituntut lebih jauh untuk terus mengasah kemampuan kita secara sungguh-sungguh guna memenuhi segenap kriteria yang telah dikemukakan di atas, yang salah satunya dapat dilakukan melalui usaha belajar dan terus belajar yang tiada henti.

Jika tidak, maka kita mungkin hanya akan menyandang predikat sebagai “guru-guruan”, alias pura-pura menjadi guru atau malah mungkin menjadi guru gadungan yang justru akan semakin merusak dan membahayakan pendidikan. Semoga saya dan Anda sekalian tidak termasuk kategori yang satu ini dan mari belajar !

Sabtu, 25 September 2010

Muatan Antikorupsi di Sekolah Hanya Sisipan

JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus memperkuat program pendidikan antikorupsi yang disisipkan di sekolah TK hingga SLTA. Plt Ketua KPK Haryono Umar menjelaskan, pekan depan pihaknya akan bicara lagi dengan pihak Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) terkait program ini.

Haryono menjelaskan, pada tahun lalu, muatan pendidikan antikorupsi telah diterapkan di 50 sekolah sebagai uji coba. Dari hasil evaluasi ditemukan masih adanya kesalahpahaman di tengah masyarakat, terutama kalangan orang tua siswa. Mereka beranggapan, muatan pendidikan antikorupsi ini menambah beban pelajaran siswa. Padahal, kata Haryono, muatan pendidikan yang digagas KPK ini tidak masuk kurikulum dan sifatnya hanya sisipan.

"Bisa disisipkan di pendidikan agama, atau pelajaran yang lain. Ini lebih ke penanaman nilai-nilai kejujuran tanggung jawab, kesederhanaan, keberanian mandiri, peduli, dan lainnya. Jadi tidak akan membenani siswa, karena juga tak ada tes-tesan," ujar Haryono Umar di kantornya, Rabu (22/9).

Deputi Bidang Pencegahan KPK, Eko Tjiptadi menambahkan, pihaknya yang membuat modul-modul materi yang diberikan ke siswa. Modul-modul yang menjadi semacam panduan guru untuk menayampaikan meteri pendidikan antikorupsi itu, dibuat selama dua tahun. Penyusunan modul melibatkan para guru dari berbagai daerah, dan pakar pendidikan. Dia yakin, jika sejak TK hingga SMA penanaman sikap antikorupsi ini diberikan, maka akan ada hasilnya berupa perubahan perilaku. (sam/jpnn)

Sabtu, 11 September 2010

Sebuah Makna Hujan di Malam ke-27 Ramadhan

Hari-hari terasa lelah oleh hiruk-pikuknya kendaraan metropolis, ditambah lagi dengan suasana menjelang Hari Raya Iedhul Fitrie banyak orang meningkatkan aktifitas belanja untuk keperluan ol eh-oleh mudik, beragam suara knalpot, sistem pembuangan asap knalpot / gas yang tak terkontrol, meningkatnya kriminalisasi seputar Lebaran,menambah panasnya intensitas kerja otak kiri maupun kanan. Sementara segilintar orang berharap uluran tangan belas kasihan dermawan... berderet sepanjang jalan protokol metropolis, berjubel di tempat-tempat layanan umum. Yah di tempat layanan umum, memang di sanalah mereka kaum duafa berpeluang untuk merubah nasib sekejap dalam keiklasan kaum dermawan, atau para konglomerat yang masih mau menunduk ke bawah melihat saudara-saudara kita yang masih membutuhkan nyawa sambungan. Ya nyawa sambungan... karena mereka sudah tidak lagi akan diterima bekerja di kantor-kantor karena nasibnya yang kumuh, dekil, tak berpendidikan, hanya tamat TK saja, tamat SD saja, drop out SMP atau SMA,atau berhasil tamat SMA,ST,SMK dengan nilai paspasan. Ada juga yang sengaja diusung dari desa ke kota untuk bekerja sebagai peminta-minta oleh segelintir orang. Ada yang berprofesi sebagai pengintip orang berduit di supermarket dan pasar-pasar, atau bank. Atau ada yang bekerja menunggu durian jatuh dari atap Gunung Himalaya.Harapan yang tak dapat dideteksi berapa nominalnya, kapan bisa diprint out di buku rekening,oleh siapa kisaran dollar itu akan fiterima.Yah itulah harga nyawa sambungan yang dapat memperpanjang semangat hidup kum komunitas duafa.Mereka sangat antusias...rela menabrakkan diri ditengah jalan sekedar mendapatkan gantirugi.Nyawa sambungan memang sangat berarti untuk mereka, namun adakah kita atau mungkin pengunjung yang merasa berlebih terpikat untuk sedikit memberikan perekat agar yang sobek tersambung kembali, agar mereka yang hari itu habis makanannya bisa menikmati lezatnya makanan hari esoknya, sebab mereka juga bertanya pada tanah, he tanah apakah kau masih bisa menumbuhkan tanaman yang aku makan di muka bumiku ini ? Lalu si Stress nimbrung bertanya sammbil menggaruk-garuk rambutnya yang gimbal, he Matahari kenapa kau masih memberikan sinarmu di muka bumiku ini apa kau gak malu dengan sinarmu yang semangat dan energik sepanjang hari ternyata ada manusia yang sombong dengan aku yang gimbal ini ? Bukankah karena orang seperti aku ini terus ada dokter? Bukankah karena ada yang jelata muncul si konglomerat? Bukankah karena ada si bodoh muncul bu Guru, Pak Guru, Profesor dan... dan...

Adakah hati di dalam perasaan kita ?

Si Miskin punya pikiran mau bekerja untuk membelikan makanan agar bisa menyambung nyawanya. Karena kalau orang hidup tidak makan akan mati, sebaliknya meraka berteriak akan kaya kalau bekerja.Kaya...kaya...kaya ingatannya penuh dengan kata "kaya" hingga tertidur terus pekerjannya tanpa ada kesempatan memegang pensil atau cangkul atau gerobag.Merasakan lapar yang berkepanjang membuat dirinya miskin, dan hatinya bisa menjadi "memiskinkan diri"
...

Itulah gambaran kecil kehidupan jelata saudara kita yang berteriak kepada dunia dan seisinya, dan selalu bertanya kenapa muntahnya LUMPUR LAPINDO ada di Sidoarjo, kenapa selalu ada yang korupsi di tengah gelimpangan metropolis, dan kenapa selalu orang kecil yang menjadi sasaran. Sasaran penembakan, sasaran ketidakadilan,sasaran kebodohan, sasaran cibiran, dan sasaran yang tak pernah berujung pangkal.Pokoke wong cilik jadi tumbal segala persoalan.

Apakah ada perasaan di dalam hati kita ?

Banyak kaum duafa berperasaan rendahhati pada orang yang merasa kaya, karena di dalam hatinya merasa akan ada belaskasihan dari orang yang mau memberi kasih.Sikap itu terbawa dalam setiap hirupan napas. Anehnya orang yang merasa kaya selalu dapat memberi kasih pada orang yang mau diberi kasihan. Ini namanya orang beneran. Betapa tidak, ayo kembali ke laptop, ingat pada saat kita sedang menangis maka saat itu di sebelah anda ada orang yang siap mentertawakan, ingat saat kita susah tak punya uang maka disamping anda ada orang yang sebenarnya beruang. Tapi ingat bahwa kita susah, menangis,tak punya apa-apa logisnya adalah kita sedang diuji oleh "Sang Pencipta Alam" Maka indahnya jika berperasaanlah kepada hati kita bahwa sebenarnya di dalam hati itu ada RASA dan KARSA. Selama rasa ada di dalam hati ini timbul berbahagialah kita ternyata hidup ini semakin menjadi perasaan untuk sesering mungkin manyadari bahwa masih ada saudara kita yang butuh makan agar kita semena-mena membuang begitu saja makanan yang tidak kita sukai, masih berjuta-juta saudara kita yang susah, sedih, dan tak berdaya sementara kita segar-bugar, masih ada saudara kita telanjang bulat sementara kita berganti-buang baju karena tidak cocok, masih ada saudara kita sakit yang tidak mampu menebus biaya rumah sakit,sementara kita hidup bergelimpang kemewahan, bertumpuk uang, berganda rumah dan villa,berangkap mobil dan kemewahan.

Ternyata kita jauh dari harapan.

1. Apakah yang sudah kita lakukan benar-benar menjadi nilai tambah untuk anak,isteri kita, nenek kakek kita, lingkungan, masyarakat dan lingkup kinerja kita ?

2. Sudah kita meolong sesama ?
3. Sudahkah kita tersenyum untuk hari ini dan seterusnya ?
4. Sudahkah kita mengambil batu di tengah jalan yang hendak dilewati seorang tunanetra ?

Bukan Omong Kosong

rENUNGAN

Summary:ersys
SEPULUH CIRI ORANG BERPKIR POSITIF


1. MELIHAT MASALAH SEBAGAI TANTANGAN
Bandingkan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat maka dia akan berpikir hidupnya adalah menjadi orang yang paling sengsara di dunia.

2. MENIKMATI HIDUP
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati

3. PIKIRAN TERBUKA UNTUK MENERIMA SARAN DAN IDE
Pikiran terbuka membutuhkan kebesaran hati dan tentu kesabaran. karena dengan begitu, akan ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

4. MENGHILANGKAN PIKIRAN NEGATIF SEGERA SETELAH PIKIRAN ITU TERLINTAS DI BENAK
Suatu kendala yang sebetulnya bisa diatasi dengan kepala dingin jika sudah dilandasi dengan pikiran negatif ternyata hanya akan menimbulkan masalah baru.

5. MENSYUKURI APA YANG DIMILIKI
Hindari berkeluh kesah tentang apapun yang tidak dimiliki karena justru akan menjadi beban. sebaliknya jadikan hal itu sebagai motivasi untuk meraih hidup yang diharapkan.

6. TIDAK MENDENGAR GOSIP YANG TAK MENENTU
Sudah pasti gosip erat sekali dengan berpikir negatif. karena itu sebisa mungkin jauhi gosip-gosip yang tak jelas asalnya.

7. TIDAK MEMBUAT ALASAN TETAPI AMBIL TINDAKAN
NATO ( No Action, Talk Only ) itu adalah ciri khas orang berpikir negatif. maka ambilah tindakan dan buktikan bahwa anda bisa mengatasi masalah sebagai orang yang berpikir positif.

8. MENGGUNAKAN BAHASA YANG POSITIF
Saat kita berkomunikasi dengan orang lain gunakan kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme sehingga dapat memberikan semangat terhadap lawan bicara kita

9. MENGGUNAKAN BAHASA TUBUH YANG POSITIF
Diantara bahasa tubuh yang lain senyum merupakan wujud dari berpikir positif karena akan menimbulkan kesan bersahabat dan akan menjadi lebih akrab dengan suasana.

10. PEDULI PADA CITRA DIRI
Itu sebabnya, mereka berusah tampil baik bukan hanya di luar tetapi juga di dalam.

Itulah sepuluh tanda orang berpikir positif semoga artikel diatas bermanfaat untuk anda. jadilah orang yang berpikir positif dalam menyelesaikan masalah sehingga kita tidak akan terbebani dengan hidup ini.



10 ciri orang berpikir positif Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/social-sciences/1901760-10-ciri-orang-berpikir-positif/