Rabu, 04 Agustus 2010

Telekomunikasi dan Informatika (Telematika) di Indonesia

Kamis, 06-04-2006

Diantara negara-negara ASEAN maupun negara-negara Asia Pasifik pada umumnya, penetrasi telepon tetap di Indonesia masih terbilang rendah. Berdasarkan data tahun 2004 teledensitas (telepon tetap) ASEAN adalah 6,6 per 100 penduduk, sedangkan di Indonesia sekitar 4,5 per 100 penduduk.

Berdasarkan data Telkom, teledensitas Indonesia pada bulan Juni 2005 adalah 46,89:1000 (46,89 sambungan telepon tetap kabel dan nirkabel per 1.000 penduduk), dengan teledensitas yang bervariasi antar divisi regional.

Sampai dengan Juni 2005 tercatat dengan kapasitas sentral Telkom sebesar 10.471.744 (exchange capacity), telah terpasang 10.269.259 saluran kabel telepon (installed lines), dan tersambung 9.168.811 sambungan telepon (line in service), dimana 92% merupakan sambungan kabel dan 8% sambungan nirkabel.

Dengan struktur industri telekomunikasi yang baru, monopoli telkom sebagai penyelenggara telepon tetap telah berakhir, namun Telkom masih tetap mendominasi pasar telepon tetap. Sampai Juni 2004, Telkom menguasai sekitar 82% pasar telepon tetap nirkabel (fixed wireless).

Masyarakat masih sangat bergantung pada pelayanan telepon umum, baik wartel maupun telepon umum koin / kartu (TUKK). Pada Juni 2004, kondisi pelayanan telepon umum di Indonesia adalah 0,36 TUKK untuk setiap 1.000 penduduk, sedangkan untuk wartel 1,65:1.000. Seperti layanan telepon pada umumnya, teledensitas telum di setiap divre pun bervariasi.

Pada periode 2000-2004, pertumbuhan telum (khususnya yang berbasis kabel)l di Indonesia mencapai 6% untuk wartel, sedangkan untuk telepon koin/kartu berkurang sekitar 10%.

Pada bulan Juni 2005 sekitar 80,48% pelanggan telepon kabel tetap adalah dari kategori residensial, 19,37% dari kategori bisnis dan sisanya 0,15% dari kategori sosial.

Dengan struktur industri telekomunikasi yang baru, baik Telkom maupun Indosat memiliki ijin penyelenggaraan Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) dan Sambungan Langsung Internasional (SLI). Telkom yang telah mengoperasikan layanan SLInya (TIC007) sejak pertengahan 2004, pada akhir 2004 memiliki pangsa pasar sebesar 25% dari trafik SLI, dan sisanya 75% milik Indosat. Pada akhir 2004 total trafik SLI adalah 894,918 ribu menit trafik masuk dan 250,710 ribu menit trafik keluar, dengan kenaikan 34% secara keseluruhan.

Teledensitas ASEAN menurut data ITU 2004 adalah 6,62:100 untuk telepon tetap dan 20,83:100 untuk telepon selular.

Di Indonesia, telepon selular merupakan alternatif pengganti telepon kabel konvensional (fixed wireline) dengan densitas telepon selular sebesar 13,48:1.00, sekitar tiga kali lipat teledensitas telepon tetap yang sebesar 4,49:100.

Menurut data Asosiasi Telepon Selular Indonesia (ATSI), dalam periode tahun 1996-2005, pertumbuhan rata-rata pengguna ponsel di Indonesia adalah 63,7% per tahun. Jumlah pelanggan selular Indonesia diperkirakan mencapai 40 juta di akhir 2005. Meningkatnya jumlah pelanggan seluler berdampak pada menurunnya ARPU (average revenue per user) atau rata-rata pendapatan dari tiap pelanggan, dengan ARPU gabungan (pasca-bayar dan pra-bayar) tiga operator seluler terbesar tahun 2004 berkisar antara Rp.70.000-100.000,-.

Operator GSM mendominasi 99% pasar selular pada tahun 2004, sedangkan skema pembayaran selular didominasi pra-bayar (94%) dan sisanya 6% pasca-bayar.

Sarana penunjang akses informasi di Indonesia secara umum masih rendah. Jumlah PC per 100 penduduk Indonesia pada tahun 2004 hanya 1,36, masih jauh bila dibandingkan dengan Malaysia (19,70:100) dan Singapura (76,11:100). Jumlah pengguna internet pun masih rendah, yaitu 6,52 pengguna internet per 100 penduduk, dibandingkan dengan Malaysia (39,71:100) dan Singapura (56,12:100).

Menurut APJII, pada akhir 2004 terdapat sekitar 1.087.428 pelanggan dan sekitar 11.226.143 pengguna internet. Dengan populasi 257,76 juta, berarti sekitar 4,6% masyarakat adalah pengguna internet dan 0,4% pelanggan internet. Tahun 2005 diperkirakan akan terdapat 1.500.000 pelanggan dan 16.000.000 pengguna di Indonesia. Sebanyak 75% pelanggan dan pengguna internet berlokasi di Jakarta, 15% di Surabaya, 5% di daerah lain di pulau Jawa dan 5% sisanya di propinsi lainnya.

Dirjen Pos dan Telekomunikasi sampai akhir 2004 telah mengeluarkan sekitar 228 lisensi ISP, namun hanya sekitar 84 ISP yang diketahui beroperasi aktif.

Berdasarkan survei, TelkomNetIinstan merupakan ISP yang paling banyak digunakan (49,59%), disusul CBN (20,25%), Centrin (8,26%) dan IndosatNet (6,20%).

Secara gender di Indonesia diperkirakan lebih banyak pengguna internet adalah pria (75.86%) daripada wanita (24.14%). Ditinjau dari jenjang pendidikan, tingkat Sarjana adalah pengguna terbanyak (43%) selanjutnya tingkat SLTA (41%). Berdasarkan profesi menunjukkan bahwa mahasiswa yang paling banyak menggunakan internet (39%).

Berdasarkan lokasi, yang digunakan untuk mengakses internet adalah rumah sendiri, di kantor dan di warnet. Namun bagi mahasiswa, warnet merupakan tempat utama penggunaan internet, sedangkan bagi non mahasiswa, kantor merupakan tempat utama penggunaan internet.

Diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sekitar 4.000 warnet. Berdasarkan distribusinya, kebanyakan warnet berlokasi di Pulau Jawa(84%).

Berdasarkan data ITU tahun 2004 terdapat sekitar 111.630 internet hosts Indonesia, atau 5,01 hosts per 100 penduduk. Jumlah tersebut masih kecil dibandingkan dengan Malaysia (54,10:100) dan Singapore (1.165,93:100).

Domain Tingkat Tinggi terbagi dua yaitu global TLD (gTLD) dan DTT per negara. Pada bulan Juni 2004 terdaftar 20.954 domain .id, belum termasuk yang menggunakan gTLD. Pada periode 1995- 2004 pertumbuhan rata-rata domain .id pertahun adalah 107%.

Hasil penelusuran dan kajian menunjukan bahwa prosentase jumlah website aktif go.id sebesar 76%,hal ini menandakan belum terjaganya kontinuitas proses pengelolaan dan perawatan situs agar tetap berlangsung dan ‘up-to date’. Khusus keberadaan website pemerintah di daerah yang hanya mencapai 25% menunjukan masih terjadinya digital devide antar daerah yang menguasai teknologi informasi/internet dan daerah yang kurang mendapat sarana dan prasarana pendukung.

Berdasarkan hasil pemetaan tahapan implementasi E-government pada go.id dan DT1 dan DT2 menunjukan bahwa sebagian besar institusi pemerintah masih menggunakan website sebagai media informasi dan publikasi (59% dan 68%). Hal ini dapat dipahami mengingat saat ini proses administrasi di instansi pemerintah masih dalam tahap transformasi dari manual ke elektronisasi.

Pencapaian tahap ke 2 (Prospecting/Electronic Service Delivery (ESD)) implementasi E-government sebesar 32% untuk domain .go.id dan 29% untuk situs pemerintah daerah menunjukkan pengembangan E-government yang masih minim, yaitu hingga tahap memberikan fungsi layanan kepada masyarakat dalam bentuk searching data, download dan forum/chatting dan fungsi lainnya.

Tidak tercapainya tahap 3 (Business Integration/Seamless Government) dan 4 (Business Transformation/Information Society) menunjukkan belum siapnya fungsi pelayanan masyarakat dengan cara transaksi online yang dilengkapi dengan kemampuan konfigurasi dan kostumasi.

Stasiun televisi Indonesia pada tahun 2002 berjumlah 63 stasiun televisi yang meliputi 16% TV swasta, 48% TV berlangganan dan 36% TV pemerintah atau TVRI. TV swasta yang berjumlah 10 stasiun, seluruhnya berdomisili di Jakarta.

Jumlah stasiun radio di Indonesia, pada tahun 2002 adalah sebesar 1.188 stasiun radio, dimana 95% berupa radio siaran swasta / non-pemerintah dan 5% radio pemerintah atau RRI.

Investasi Industri Teknologi Informasi dan Komunikasi

* Selama periode tahun 2002-2005, nilai persetujuan investasi industri manufaktur TIK terbesar terjadi pada tahun 2004 dengan nilai persetujuan sebesar USD 461 juta. Tahun 2002, 2003, dan 2005 nilai persetujuan tertingginya tidak mencapai USD 162 juta.
* Nilai realisasi manufaktur TIK terbesar pada kurun waktu tahun 2004-2005 dialami pada tahun 2005 dengan nilai realisasi investasi sebesar USD 263 juta.
* Industri tabung dan katup elektronik serta komponen elektronik lainnya, seperti tahun-tahun sebelumnya, masih merupakan industri unggulan dalam penyerapan penanaman modal, baik untuk persetujuan maupun realisasinya, dengan pengecualian nilai persetujuan penanaman modal pada tahun 2003.
* Kenaikan nilai realisasi investasi industri manufaktur TIK pada tahun 2005 dibarengi dengan kenaikan nilai realisasi untuk proyek PMA Baru dan Perluasan. Pada proyek Baru, jika pada tahun 2004 nilainya mencapai USD 24,14 juta maka pada tahun 2005, nilainya berkembang menjadi USD 151,41 juta atau nilai realisasi pada proyek Baru berkembang menjadi 6 kali lipat. Demikian juga halnya dengan proyek Perluasan. Jika pada tahun 2004 nilai realisasinya mencapai USD 39,05 juta maka pada tahun 2005 nilai realisasinya berkembang menjadi USD 111,55 juta atau nilai realisasi pada proyek Perluasan berkembang menjadi hampir 3 kali lipat
* Pada tahun 2004, realisasi industri manufaktur TIK datang dari beberapa negara. Empat negara yang persentase nilai investasinya lebih besar dari 10 % dari nilai investasi total adalah Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Gabungan. Sedangkan pada tahun 2005, hanya tinggal 2 negara yang nilai persentase realisasi investasinya cukup besar, yaitu Jepang dan Korea Selatan
* Pada realisasinya, jumlah tenaga kerja yang diserap industri manufaktur TIK mengalami kenaikan pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 direncanakan penyerapan 22.497 tenaga kerja, tetapi realisasinya hanya 3.253 tenaga kerja. Pada tahun 2005 direncanakan penyerapan 11.453 tenaga kerja, tetapi realisasinya mencapai 8.823 tenaga kerja.
* Selama empat tahun terakhir; tahun 2002, 2003, 2004, dan 2005; hanya 7 propinsi yang disetujui atau menerima dana investasi industri manufaktur TIK. Propinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten. Propinsi yang paling banyak disetujui untuk menyerap dana investasi dan paling banyak terealisasi proyek PMAnya untuk industri manufaktur TIK pada periode tahun 2002-2005 adalah Propinsi Jawa Barat.
* Realisasi industri jasa TIK pada periode tahun 2004-2005, nilai terbesar terjadi pada tahun 2005 dengan nilai realisasi investasi sebesar USD 6,70 juta.
* Industri perdagangan ekspor impor, distributor, dan kegiatan jasa lain yang berkaitan dengan komputer banyak diminati investor dengan nilai realisasi sebesar USD 4,25 juta atau sekitar 63,4 % dari total realisasi industri jasa TIK pada tahun 2005
* Nilai realisasi investasi proyek PMA Baru pada tahun 2005 mencapai USD 2,7 juta
* Pada tahun 2005, realisasi proyek Alih status merupakan yang terbesar. Nilai realisasinya adalah USD 3,24 juta atau setara dengan 48,4 % dari total nilai invesasi industri jasa TIK. Realisasi poyek Baru mempunyai nilai kedua terbesar.
* Pada tahun 2004, realisasi industri jasa TIK datang dari beberapa negara. Lima negara yang persentase nilai investasinya lebih besar dari 10 % nilai investasi total adalah Korea Selatan, Australia, Inggris, Rusia dan Gabungan. Sedangkan pada tahun 2005, hanya tinggal 3 negara yang nilai persentase realisasi investasinya lebih besar dari 10 % nilai investasi total, yaitu Jepang, Singapura, dan Gabungan (Tabel 2.15).
* Pada data Persetujuan proyek PMA industri jasa TIK, tenaga kerja yang direncanakan diserap pada periode tahun 2004-2005 mencapai nilai terbesarnya pada tahun 2005 untuk tenaga lokal (tenaga kerja bangsa Indonesia, TKI); tetapi untuk tenaga kerja asing (TKA) persetujuan terbesarnya terjadi pada tahun 2004.
* Pada tahun 2004, propinsi DKI Jakarta menyerap 91,9 % dana dari total proyek PMA industri jasa TIK yang terealisasi. Persentase sisanya diserap oleh propinsi Jawa Barat. Sedangkan pada tahun 2005, propinsi DKI Jakarta menyerap persentase yang lebih besar lagi, yaitu 97,9 % dari total proyek PMA industri jasa TIK yang terealisasi. Persentase sisanya diserap oleh propinsi Bali.
* Realisasi PMDN pada tahun 2004 banyak diserap pada Proyek PMDN Baru yang mencapai hampir 82 % dari total uang yang direalisasikan pada tahun tersebut. Pada tahun 2005 tidak ada realisasi PMDN untuk industri manufaktur dan jasa TIK.

Belanja Pemerintah Pusat untuk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Anggaran Pembangunan dan Belanja Pemerintah (APBN) untuk tahun anggaran 2005 sebesar Rp. 266,1 triliun sedangkan APBN untuk tahun anggaran 2004 sebesar Rp. 255,3 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 4,23%.

Pemerintah pusat merealisasikan belanja pada tahun anggaran 2005 untuk katagori teknologi informasi dan komunikasi sebesar Rp. 2,5 triliun atau sebesar 0,93% dari total belanja pemerintah pusat.

Belanja kementrian negara atau lembaga pemerintah pusat untuk teknologi informasi dan komunikasi yang terbesar dibelanjakan oleh Departemen Pendidikan Nasional (kode 23), yaitu Rp. 518,65 miliar atau 20,92% dari total belanja Pemerintah Pusat untuk TIK. Berikutnya Lembaga Sandi Negara (kode 51) membelanjakan untuk TIK sebesar 14,93% dari total belanja Pemerintah Pusat untuk TIK. Sedangkan belanja yang terkecil untuk TIK dibelanjakan oleh Kementrian Olah Raga dan Pemuda (kode 92) dan Lembaga Ketahanan Nasional (kode 64), yaitu masing-masing sebesar Rp. 0,04 miliar.

Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum (kode 06) membelanjakan untuk TIK sebesar Rp. 786,8 miliar atau 34,5% dari total belanja pemerintah pusat untuk TIK. Dimana belanja tersebut merupakan yang terbesar dibandingkan belanja fungsi-fungsi lainnya. Sementara fungsi Lingkungan Hidup (kode 05) membelanjakan TIK yang terkecil, yaitu sebesar Rp. 1,2 miliar. Sedangkan jika melihat kementrian negara/lembaga pemerintah pusat dan fungsi, maka yang terbesar adalah Departemen Pendidikan Nasional (kode 23) untuk fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum (kode 06), yaitu sebesar Rp. 514,37 miliar.

Perdagangan Luar Negeri Komoditi Teknologi Informasi dan Komunikasi

* Ekspor komoditi mesin pengolahan data otomatis ke berbagai negara pada tahun 2004 memperlihatkan kecenderungan yang sangat menggembirakan. Pada tahun 2004, nilai ekspornya mengalami kenaikan sebesar 76,8 % atau kenaikannya setara dengan USD 659 juta.
* Nilai impor terbesar dilakukan pada tahun 2004 dengan nilai impor sebesar USD 292 juta. Sedangkan nilai Neraca perdagangan Indonesia untuk komoditi mesin pengolahan data otomatis, pada tahun 2004, meningkat hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan neraca perdagangan tahun sebelumnya. Nilai neraca perdagangan pada tahun 2004 mencapai lebih dari USD 1,2 milyar.
* Singapura, Hongkong, Jepang, dan USA merupakan empat negara utama tujuan ekspor komoditi mesin pengolahan data otomatis pada periode tahun 2001-2004; Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Cina, dan USA merupakan enam negara utama asal impor komoditi ini pada periode tahun 2001-2004. Sedangkan Singapura, Hongkong, Jepang, dan USA merupakan empat negara utama yang menghasilkan neraca perdagangan yang sangat menguntungkan Indonesia untuk komoditi ini pada periode tahun 2001-2004.
* Pada tahun 2004, Indonesia hanya mengalami defisit neraca perdagangan dengan negara Malaysia untuk komoditi mesin pengolahan data otomatis.
* Pada tahun 2004, nilai ekspor television-radio broadcast receivers dan perekam dan reproduksi suara mengalami kenaikan sebesar 26,9 % atau kenaikannya setara dengan USD 425 juta; Nilai impornya hanya 5,8 % dari nilai ekspornya. Sedangkan nilai neraca perdagangan pada tahun 2004 mencapai lebih dari USD 1,8 milyar.
* Singapura, Jepang, dan USA merupakan tiga negara utama tujuan ekspor komoditi television-radio broadcast receivers dan perekam dan reproduksi suara pada periode tahun 2001-2004; Malaysia, Korea Selatan, dan Cina merupakan tiga negara utama asal impor komoditi ini pada periode tahun 2001-2004. Sedangkan Singapura, Jepang, dan USA merupakan tiga negara utama yang menghasilkan neraca perdagangan yang sangat menguntungkan Indonesia untuk komoditi ini pada periode tahun 2001-2004.
* Pada tahun 2004, Indonesia hanya mengalami defisit neraca perdagangan dengan negara Malaysia dan Cina saja untuk komoditi. television-radio broadcast receivers dan perekam dan reproduksi suara.
* Pada tahun 2004, nilai ekspor komoditi peralatan telekomunikasi dan sukucadang mengalami penurunan sebesar 23,6 % atau nilai penurunannya setara dengan USD 331 juta. Pada tahun tersebut, nilai impornya mencapai 102,3 % dari nilai ekspornya. Dengan kondisi yang demikian, neraca perdagangan untuk komoditi ini menjadi negatif untuk kerugian Indonesia dengan defisit neraca perdagangan sebesar USD 25 juta.
* Singapura, Malaysia, Jepang, dan USA merupakan empat negara utama tujuan ekspor komoditi peralatan telekomunikasi dan sukucadang pada periode tahun 2001-2004; Jepang, Korea Selatan, Cina, dan USA merupakan empat negara utama asal impor komoditi ini pada periode tahun 2001-2004. Sedangkan Singapura, Malaysia, Jepang, dan USA merupakan empat negara utama yang menghasilkan neraca perdagangan yang sangat menguntungkan Indonesia untuk komoditi ini pada periode tahun 2001-2004.
* Pada tahun 2004, neraca perdagangan Indonesia dengan negara Korea Selatan dan Cina tetap mengalami defisit. Bahkan, pada tahun 2004, nilai defisitnya menjadi semakin membesar.
* Pada tahun 2004, nilai ekspor komoditi thermionic, cold cathode and photocathode valves and tubes mengalami kenaikan sebesar 5,7 % atau kenaikannya setara dengan USD 41 juta; nilai impornya mencapai 23,6 % dari nilai ekspornya; sedangkan nilai neraca perdagangan pada tahun 2004 mencapai lebih dari USD 582 juta.
* Singapura, Malaysia, Hongkong, Jepang, Korea Selatan, dan Cina merupakan enam negara utama tujuan ekspor komoditi thermionic, cold cathode and photocathode valves and tubes pada periode tahun 2001-2004; Malaysia, Singapura, Thailand, Korea Selatan, dan Cina merupakan lima negara utama asal impor komoditi ini pada periode tahun 2001-2004; sedangkan Singapura, Malaysia, Hongkong, Jepang, dan Cina merupakan lima negara utama yang menghasilkan neraca perdagangan yang sangat menguntungkan Indonesia untuk komoditi ini pada periode tahun 2001-2004.
* Pada tahun 2004, Indonesia hanya mengalami defisit neraca perdagangan yang besar untuk komoditi thermionic, cold cathode and photocathode valves and tubes dengan negara Thailand dan Korea Selatan saja.

Paten dn Hak-Cipta Teknologi Informasi dan Komunikasi

Pengembangan produk yang termasuk pada bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan dari para pengguna. Karya cipta perangkat lunak dan perangkat keras dari produk TIK ini saling melengkapi satu sama lain sehingga produk-produk tersebut dapat berfungsi seperti apa yang diinginkan oleh penggunanya. Penciptaan produk-produk ini (baik perangkat keras atau perangkat lunak) juga didaftarkan oleh penciptanya atau perusahaan ke Dirjen HKI agar mempunyai kekuatan hukum untuk mencegah terjadinya penjiplakan atau penggunaan yang melanggar hukum.

Paten dan Hak Cipta mengindentifikasikan tingkat aktifitas penemuan atau penciptaan suatu karya pada bidang tertentu yang akan mendorong adanya suatu investasi baru dan memotivasi kemajuan pada bidang-bidang tersebut, seperti pada bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang perkembangan dan inovasi nya begitu cepat dan investasinya sangat besar. Untuk melihat bagaimana perkembangan produk TIK dapat dilihat dari sisi paten dan hak cipta yang terdaftar. Indikator hak cipta dan paten ini dibuat untuk memberik indikasi pada para pengambil keputusan, pelaku bisnis dan peneliti atas status penelitian dan pengmbangan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia.

Pada Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi ini hak cipta dan paten ditampilkan dari beberapa sisi, yaitu : permintaan paten yang didasarkan pada seksi atau kelasnya, negara asal peminta paten, jenis permintaan berdasarkan seksi dan kelasnya, dan permintaan paten dar masyarakat Indonesia. Pengelompokan paten untuk teknologi informasi dan komunikasi didasarkan pada International Paten Classification yang terbagi dalam 8 kelompok besar dan tidak tercantum secara spesifik. Komponen-komponen teknologi informasi ditemukan secara terpisah-pisah pada kelompok Fisika ( Seksi G – Physics ) dan kelompok Listrik ( Seksi H – Electricity ).

Pada indikator ini disajikan data permintaan paten dari tahun 1998 – 2005, yang didasarkan pada publikasi resmi dari Ditjen HKI. Dari permintaan paten Teknologi Informasi dan Komunikasi yang tercatat di Direktorat Paten ada sebanyak 1700 permintaan, sebanyak 92% (1565 permintaan) berasal dari perusahaan asing dan sisanya sebanyak 8% dari masyarakat Indonesia. Jumlah permintaan dari masyarakat Indonesia pada dua tahun terakhir ini menurun bahkan dapat dikatakan tidak ada. Hal ini menjadikan tanda tanya besar setelah adanya kenaikan sebesar 2% dari tahun 2002 ke 2003

Klasifikasi permintaan paten yang didasarkan pada International Paten Classification (IPC) ada sejumlah 47% dari seksi G (Fisika) dan 53% seksi H (Listrik). Dari sejumlah permintaan paten berdasarkan IPC nya, permintaan paten dari masyarakat Indonesia ada sebanyak 40 permintaan dari seksi G dan 100 permintaan dari seksi H. Permintaan paten masyarakat Indonesia ini ada sebanyak 63.5% dari seluruh permintaan paten bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia termasuk dalam kelas IPC H04 (Teknik Komunikasi). Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian dan pengembangan masih berkisar pada bidang komunikasi, dan PT Telekomunikasi Indonesia berperan cukup besar yaitu 92 permintaan paten.

Didasarkan pada negera pengusul, yang pada perioda 1998 – 2005 ada 35 negara, USA merupakan negara asal perusahaan pengusul paten terbanyak yaitu 30% dari total permintaan, kemudian diikuti Jepang sebanyak 27% dari total permintaan. Bila dilihat dari seksi IPC nya perusahaan-perusahaan dari negara Jepang menguasai seksi G (40% dari permintaan untuk seksi G), sedangkan USA seksi H (35% dari seksi H). Sedangkan dari kelas IPC nya teknik komunikasi (H04) Jepang dan Amerika banyak mengusulkan permintaan patennya.

Dari usulan paten yang ada pada Dit. Paten dapat dikelompokkan berdasarkan pada permintaan paten yang sudah pernah diusulkan di negara lain (W) atau belum pernah diusulkan (P). Ada sebanyak 76% permintaan paten yang pernah diusulkan di negara lain dan 24% permintaan yang belum pernah diusulkan di negara lain. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan-keinginan pengusul untuk melindungi penemuannya di negara-negara dimana produk-produknya dipasarkan untuk menekan tingkat ‘pencurian’ dan ‘pengeksploitasikan’ dari pihak lain.

SDM Perguruan Tinggi Negeri bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

Peranan sumber daya manusia dalam perkembangan bidang TIK sangat berperan sekali, kondisi ini memicu lembaga pendidikan formal untuk mempersiapkan, mendidik, dan menghasilkan tenaga-tenaga terampil serta mempunyai keterampilan yang memadai dibidangnya.

Data SDM PTN yang disajikan pada indikator ini adalah mengenai perguruan tinggi negeri dan politeknik negeri yang menyelenggarakan program studi bidang TIK, Keadaan mahasiswa yang terdiri dari jumlah peminat, kapasitas yang disediakan, mahasiswa terdaftar, dan lulusan, dan terakhir keadaan dosen yaitu mengenai tingkat pendidikan dosen berdasarkan strata dan tempat mengajar.

Perguruan tinggi negeri dan politeknik negeri yang menyelenggarakan program studi bidang TIK berjumlah 51 buah yang terdiri dari 36 PTN dan 15 politeknik negeri, berdasarkan daerah maka yang terbanyak terdapat di Jawa yaitu 24 buah (46%), disusul Sumatra dengan 12 buah (24%), lalu Sulawesi 8 buah (16%), Bali dan Nusa Tenggara 4 buah(8%), Kalimantan 3 buah (6%),

Program studi yang menyelenggarakan bidang TIK berjumlah 111, yang terdiri dari 84 program studi di PTN dan 27 di politeknik negeri, berdasarkan jenjang/strata di dominasi oleh oleh strata D3 (

Perguruan tinggi negeri dan politeknik negeri yang memberikan data pada saat survey PTN SITI tahun 2005 sebanyak 26 PTN dengan 46 program studi, dan 9 Politeknik dengan 11 program studi.

Secara keseluruhan data keadaan mahasiswa perguruan tinggi negeri terlihat bahwa banyaknya peminat pada tahun ajaran 2001/2002 adalah sebanyak 22.391, untuk tahun ajaran 2002/2003 sebanyak 27.484, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 23.292, untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 22.833, selanjutnya kapasitas yang tersedia pada tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 3.435, untuk tahun ajaran 2002/2003 sebanyak 4.100, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 4.259, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 4.401, jumlah mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa pada tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 3.097, untuk tahun ajaran 2002/2003 sebanyak 3.478, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 3.434, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 3.496, untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan studi (lulusan) pada tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 2.176, untuk tahun 2002/2003 sebanyak 2.418, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 2.250, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 2.353, secara keseluruhan terlihat terjadi kenaikan dari tahun ke tahun, kecuali untuk peminat terjadi penurunan dari tahun-ketahun

Untuk politeknik negeri pada tahun ajaran 2001/2002 jumlah peminat adalah sebanyak 7.013, untuk kapasitas tempat yang tersedia sebanyak 1.030, sedangkan mahasiswa baru yang terdaftar adalah sebanyak 1.149, dan jumlah lulusan sebanyak 859, untuk tahun 2002/2003 jumlah peminat adalah sebanyak 7.041, untuk kapasitas tempat yang tersedia sebanyak 1.146, sedangkan mahasiswa baru yang terdaftar adalah sebanyak 1.258, dan jumlah lulusan sebanyak 866, untuk tahun ajaran 2003/2004 jumlah peminat adalah sebanyak 6.205, untuk kapasitas tempat yang tersedia sebanyak 1.154, sedangkan mahasiswa baru yang terdaftar adalah sebanyak 1.241, dan jumlah lulusan sebanyak 969, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 jumlah peminat adalah sebanyak 5.036, untuk kapasitas tempat yang tersedia sebanyak 1.153, sedangkan mahasiswa baru yang terdaftar adalah sebanyak 1.259, dan jumlah lulusan sebanyak 910, terlihat bahwa terjadi penurunan untuk peminat di politeknik negeri, sedangkan kapasitas, mahasiswa yang masuk, dan jumlah lulusan cenderung stabil tanpa banyak perubahan yang signifikan.

Selanjutnya untuk keadaan dosen secara keseluruhan terlihat bahwa dosen yang dengan tingkat pendidikan D3 (< S1) yang mengajar pada tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 20 dosen, untuk tahun ajaran 2002/2003 sebanyak 20, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 21, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 26, selanjutnya dosen dengan tingkat pendidikan S1 yang mengajar pada tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 436 dosen, untuk tahun ajaran 2002/2003 sebanyak 459, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 430, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 447, dosen dengan tingkat pendidikan S2 yang mengajar pada tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 574 dosen, untuk tahun 2002/2003 sebanyak 738, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 739, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 819, dosen dengan tingkat pendidikan S3 yang mengajar pada tahun ajaran 2001/2002 sebanyak 248 dosen, untuk tahun 2002/2003 sebanyak 267, untuk tahun ajaran 2003/2004 sebanyak 303, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 sebanyak 311, secara keseluruhan terlihat bahwa terjadi kenaikan jumlah dosen di semua tingkat pendidikan dari tahun ke tahun

Sedangkan untuk politeknik negeri, pada tahun ajaran 2001/2002 dosen yang mengajar dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 20 dosen, S1 sebanyak 221 dosen, S2 sebanyak 98, dan S3 sebanyak 13 dosen. Tahun ajaran 2002/2003 dosen dengan tingkat pendidikan D3 ( < S1 ) adalah sebanyak 15, S1 sebanyak 275, S2 sebanyak 115, dan S3 ada 14 dosen, dan untuk tahun ajaran 2004/2005 dosen dengan tingkat pendidikan D3 ( < S1 ) adalah sebanyak 14, S1 sebanyak 274, S2 sebanyak 116, dan S3 ada 14 dosen, terlihat bahwa terjadi penurunan untuk dosen dengan tingkat pendidkan D3 (

Isi Selengkapnya

Sumber: Dit. TIE BPPT / Irfan

Bukan Omong Kosong

rENUNGAN

Summary:ersys
SEPULUH CIRI ORANG BERPKIR POSITIF


1. MELIHAT MASALAH SEBAGAI TANTANGAN
Bandingkan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat maka dia akan berpikir hidupnya adalah menjadi orang yang paling sengsara di dunia.

2. MENIKMATI HIDUP
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati

3. PIKIRAN TERBUKA UNTUK MENERIMA SARAN DAN IDE
Pikiran terbuka membutuhkan kebesaran hati dan tentu kesabaran. karena dengan begitu, akan ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

4. MENGHILANGKAN PIKIRAN NEGATIF SEGERA SETELAH PIKIRAN ITU TERLINTAS DI BENAK
Suatu kendala yang sebetulnya bisa diatasi dengan kepala dingin jika sudah dilandasi dengan pikiran negatif ternyata hanya akan menimbulkan masalah baru.

5. MENSYUKURI APA YANG DIMILIKI
Hindari berkeluh kesah tentang apapun yang tidak dimiliki karena justru akan menjadi beban. sebaliknya jadikan hal itu sebagai motivasi untuk meraih hidup yang diharapkan.

6. TIDAK MENDENGAR GOSIP YANG TAK MENENTU
Sudah pasti gosip erat sekali dengan berpikir negatif. karena itu sebisa mungkin jauhi gosip-gosip yang tak jelas asalnya.

7. TIDAK MEMBUAT ALASAN TETAPI AMBIL TINDAKAN
NATO ( No Action, Talk Only ) itu adalah ciri khas orang berpikir negatif. maka ambilah tindakan dan buktikan bahwa anda bisa mengatasi masalah sebagai orang yang berpikir positif.

8. MENGGUNAKAN BAHASA YANG POSITIF
Saat kita berkomunikasi dengan orang lain gunakan kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme sehingga dapat memberikan semangat terhadap lawan bicara kita

9. MENGGUNAKAN BAHASA TUBUH YANG POSITIF
Diantara bahasa tubuh yang lain senyum merupakan wujud dari berpikir positif karena akan menimbulkan kesan bersahabat dan akan menjadi lebih akrab dengan suasana.

10. PEDULI PADA CITRA DIRI
Itu sebabnya, mereka berusah tampil baik bukan hanya di luar tetapi juga di dalam.

Itulah sepuluh tanda orang berpikir positif semoga artikel diatas bermanfaat untuk anda. jadilah orang yang berpikir positif dalam menyelesaikan masalah sehingga kita tidak akan terbebani dengan hidup ini.



10 ciri orang berpikir positif Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/social-sciences/1901760-10-ciri-orang-berpikir-positif/