Sabtu, 31 Juli 2010

ESDEKREATIF: RPP

ESDEKREATIF: RPP: "RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : Sekolah Dasar (SD) Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : VI (Enam) Sem..."

selamat berkreatif

Materi Pokok : Ciri-ciri...

ESDEKREATIF: Mata Pelajaran : SAINS
Materi Pokok : Ciri-ciri...
: "Mata Pelajaran : SAINS Materi Pokok : Ciri-ciri khusus makhluk hidup Pertemuan / waktu : Pertama / 2 x 30 menit Metode : Ceramah A. ..."

selamat berkreatif

ESDEKREATIF: YAYASAN, SOEKARNO DAN PENCUCIAN UANG

ESDEKREATIF: YAYASAN, SOEKARNO DAN PENCUCIAN UANG: "Selasa, 30 Oktober 2007 M. Natsir Kongah Sindrome kemiskinan. Agaknya itulah yang sedang melilit kita, utamanya didaerah-daerah yang secara..."

selamat berkreatif

ESDEKREATIF: Campaign funding: Lesson from Watergate

ESDEKREATIF: Campaign funding: Lesson from Watergate: "Natsir Kongah , General elections can stimulate political enthusiasm and economic growth, as well as wasteful spending. There are indicat..."

selamat berkreatif
Mata Pelajaran : SAINS
Materi Pokok : Ciri-ciri khusus makhluk hidup
Pertemuan / waktu : Pertama / 2 x 30 menit
Metode : Ceramah

A. Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya

B. Indikator
o Mencari contoh hewan yang memiliki ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya: kelelawar dan cicak
o Mendeskripsikan cirri khusus hewan yang ada di sekitarnya, misalnya kelelawar mempunyai alat pendeteksi benda-benda di sekitarnya (sonar)

C. Materi Essensial
Ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan. Hlm.2

D. Media Belajar
o Buku SAINS SD Haryanto Erlangga Kelas VI
o Buku atau majalah

E. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa

1. Pendahuluan
o Menyampaikan Indikator dan kompetensi yang diharapkan
(5 menit)

2. Kegiatan Inti
o Memahami peta konsep tentang makhluk hidup
o Mempelajari alat pendeteksi benda pada kelelawar (ekolokasi)
- Memancarkan bunyi dari mulutnya,
- bunyi tersebut akan dipantulkan oleh benda disekitarnya,
- selanjutnya kelelawar dapat memperkirakan jarak benda tersebut dari bunyi yang kembali padanya
o Mempelajari Kaki lengket pada cecak dan tokek.
- Telapak kaki tokek mempunyai lapisan berupa struktur seperti rambut yang lengket
o Mempelajari Lidah yang panjang dan lengket pada bunglon dan landak semut
(50 menit)

3. Penutup
o Memberikan kesimpulan
- Kelelawar mencari makan dimalam hari dengan memanfaatkan pantulan bunyi
- Cecak dan tokek merayap di dinding karena mempunyai perekat
- Bunglon dan landak semut menangkap mangsanya dengan lidah.
(5 menit)

4. Pekerjaan Rumah
o Tugas 1.1, 1.2, 1.3


Mengetahui
Kepala Sekolah



( ) Jakarta,
Guru Mata Pelajaran



( )



Mata Pelajaran : SAINS
Materi Pokok : Ciri-ciri khusus makhluk hidup
Pertemuan / waktu : Kedua / 2 x 30 menit
Metode : Ceramah

A. Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya

B. Indikator
o Mencari contoh hewan yang memiliki ciri khusus untuk memenuhi kebutuhannya, misalnya: kelelawar dan cicak
o Mendeskripsikan cirri khusus hewan yang ada di sekitarnya, misalnya kelelawar mempunyai alat pendeteksi benda-benda di sekitarnya (sonar)

C. Materi Essensial
Ciri-ciri khusus beberapa jenis hewan. – Lanjutan –

D. Media Belajar
o Buku SAINS SD Haryanto Erlangga Kelas VI

E. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa

1. Pendahuluan
o Mengulang materi pertemuan sebelumnya
(5 menit)

2. Kegiatan Inti
o Menagih tugas pertemuan sebelumnya
o Mempelajari Punuk pada unta.
- Unta ada yang memiliki satu punuk dan ada yang dua punuk
- Punuk berisi lemakuntuk menyimpan cairan
- Unta tidak berkeringat, dan hanya sedikit mengeluarkan kotoran
o Mempelajari mata dan pendengaran yang tajam pada burung hantu.
- Kedua mata burung terletak di bagian depan kepala, memiliki leher yang lentur
- Pendengaran nya sangat tajam untuk menentukan lokasi mangsanya.
o Mempelajari Semburan air ikan pemanah.
- Menyemburkan air pada hewan yang sedang bergantung
o Mempelajari Bentuk sederhana bunga karang (koral).
- Menempel didasar laut dan menunggu datangnya mangsa.
- Sisi tubuh bunga karang mempunyai lubang halus tempat masuknya air
(50 menit)

3. Penutup
o Memberikan kesimpulan :
- Unta memiliki punuk untuk menyimpan lemak
- Burung hantu menggunakan mata dan telinga untuk mecari mangsa
- Ikan pemanah menyemburkan air untuk menangkap mangsanya.
- Bunga karang enempel di dasar laut dan menunggu datangnya mangsa
(5 menit)

4. Pekerjaan Rumah
o Tugas 1.4

Mengetahui
Kepala Sekolah



( ) Jakarta,
Guru Mata Pelajaran



( )

ESDEKREATIF: Upaya Mengembangkan Wawasan Kebangsaan

ESDEKREATIF: Upaya Mengembangkan Wawasan Kebangsaan: "Upaya Mengembangkan Wawasan Kebangsaan Oleh Fazwan Kusumadinata Selasa, 6 Juli 2010 Perkembangan politik di Indonesia ke depan memang sulit..."

selamat berkreatif

ESDEKREATIF: Menghadapi Ledakan Emosi Anak.

ESDEKREATIF: Menghadapi Ledakan Emosi Anak.: "Tingkah laku kemarahan anak Anda yang masih kecil tidak kunjung berhenti juga hari itu. Terdengar jeritan tingginya begitu memekakkan teling..."

selamat berkreatif

Selasa, 27 Juli 2010

YAYASAN, SOEKARNO DAN PENCUCIAN UANG

Selasa, 30 Oktober 2007

M. Natsir Kongah
Sindrome kemiskinan. Agaknya itulah yang sedang melilit kita, utamanya didaerah-daerah yang secara finansial lemah. Mudah tergiur dengar iming-iming, rencana-rencana besar tanpa dasar yang jelas. Beberapa bupati di Nusa Tenggara Timur diberitakan telah menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan, yang mewakili keberadaan yayasan yang menyebutkan dirinya sebagai yayasan internasional pemegang saham mayoritas pada 25 perbankan besar didunia (salah satu anggota dari yayasan ini disebut-sebut Ir. Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia).

Tak tanggung-tanggung dana yang dijanjikan untuk dikucurkanya sebagai program dana pendamping bagi pemda diwilayah itu – sebanyak Rp. 27 triliun. Sebuah angka yang cukup fantastis. Uang itu, bila benar adanya tentu akan membebaskan NTT dari daerah rawan pangan dan seketika akan dapat menstimulasi perekonomian yang selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi rakyat kebanyakan. Tapi, apakah semudah itu dana mengalir? Lalu, apa yang menjadi nilai tambah yang diperoleh perusahaan yang menyalurkan dana pendamping itu? Jangan-jangan, bila penyaluran dana itu tidak bermaksud menipu, tapi ada unsur pencucian uang didalamnya ?

Sedikitnya fakta yang ada, membuat kita sulit mencari kejelasan dari sepak terjang yayasan “bertaraf internasional” ini. Tapi, setidaknya tabir itu sedikit dapat dikubak lewat pendekatan Undang-undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaiman diubah dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2003 (UU TPPU). Juga kejelasan itu dapat dilihat dari tipologi/modus operandi yang sering dilakukan oleh para launder didalam melakukan pencucian uang lewat yayasan atau organisasi nirlaba.

Dari investigasi yang dilakukan, sebagaimana tergambar didalam laporan tahunan tahun 2003 – 2004 yang dikeluarkan oleh Financial Action Task Force on Money Laundering (FATF) berkaitan dengan typologi tindak pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme terlihat bahwa setidaknya ada 215 organisasi nirlaba terindikasi telah melakukan tindak pidana pencucian uang. Sinyalemen ini tergambar dari laporan transaksi keuangan mencurigakan yang disampaikan oleh perbankan kepada financial intelligent units (FIUs) – semacam Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang ada diberbagai negara. Arus kas dari yayasan yang ada ini cukup besar, tapi tidak didukung oleh underlying transaction yang memadai. Dalam periode tiga tahun, menurut laporan itu ada sebanyak 35 organisasi nirlaba telah mengirimkan uang sebanyak US$ 160 juta kebeberapa perkumpulan imigran lewat perusahaan jasa pengiriman uang yang kemudian digunakan untuk membiayai gerakan teroris.

Selain itu ada pula tipologi, dimana modus operandinya menggunakan nama besar seperti Ir. Soekarno (Presiden Pertama RI). Pendekatan yang dilakukan oleh para mafioso Italia yang bekerjasama dengan pelaku kejahatan di Indonesia ini adalah dengan menjual nama besar Bung Karno. Isinya : Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia memberikan kuasa penuh kepada seseorang warga Indonesia keturunan untuk mengelola asset dana revolusi berupa puluhan ton emas murni dan ratusan juta dolar AS yang disimpan pada sebuah bank di Swiss. Surat berbahasa Indonesia lengkap dengan stempel kepresidenan itu – lalu dibuat seolah-olah valid dengan pengalihan ke bahasa Inggris oleh kantor penterjamah yang telah diangkat sumpahnya dan disahkan oleh notaris yang kesemuanya berkedudukan di Indonesia.

Sekilas, surat – surat yang disertai dokumen pendukung itu sah adanya. Tapi bila sedikit seksama melihatnya, banyak ditemukan kejanggalan. Salahsatunya, kop surat Presiden RI yang resmi adalah berlogokan bintang yang dilingkari oleh padi dan kapas saja. Tapi dalam surat kuasa palsu itu, selain ada lambang bintang, padi dan kapas adapula lambang burung garuda yang berada disisi kiri sebelah atas. Kejanggalan lainnya juga terlihat pada tandatangan Bung Karno yang begitu kaku, lebih jelas lagi bahwa tindakan ini adalah penipuan - ketika diperiksa bank di Swiss sebagaimana disebutkan didalam surat tersebut, emas dan ratusan juta dolar itu tidak pernah ada.

Lalu, bagaimana UU TPPU dapat menyibak persoalan yang ada ? dari ilustrasi ini dapat tergambar. Pertama, bila Yayasan X mentransfer sejumlah dana kepada Perusahaan Y tanpa underlying transaction yang jelas, bank sebagaimana penyedia jasa keuangan lainnya di wajibkan untuk melaporkan transaksi keuangan mencurigakan yaitu transaksi sebagaimana diatur UU TPPU. Pasal 1 Ayat (7) UU TPPU menyebutkan Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah :
a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaanpola transaksi dari nasabah yang bersangkutan;
b. Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan Undang- undang ini; atau
c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.

Kedua , transaksi keuangan Yayasan X kepada Perusahaan Y mencurigakan, karena sebutlah dana yang ditransfer kepada Perusahaan X tidak sesuai profile yang tercatat pada bank. Biasanya perusahaan yang bergerak dibidang jasa bangunan ini hanya memilki mutasi rekening puluhan juta rupiah, tapi dalam waktu seketika menerima aliran dana sebanyak triliunan rupiah. Atas dasar itu, Bank Z tempat dimana Perusahaan Y membuka rekening lalu melaporkan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) kepada PPATK dengan pertimbangan transaksi yang ada diluar dari kelaziman Perusahaan Y. Lalu PPATK melakukan analisis, dan dari berbagai informasi yang diperoleh lembaga yang menjadi focal point didalam menangani pencegahan dan pemberantasan tindak pencucian uang di Indonesia ini - menemukan indikasi telah melakukan tindak pencucian uang, karena berdasarkan informasi yang diperoleh dari financial intelligent unit dimana Yayasan X berada - tidak terdaftar dan nama pengirim yang mengirimkan uang kepada Perusahaan Y sedang dicari aparat kepolisian negaranya karena didakwa merupakan bagian dari gembong perdagangan narkotika.


Pola Pencucian Uang

Biasanya para pelanggar hukum yang mendapatkan uang atau kekayaan yang di peroleh secara tidak sah/legal berupaya menjadikannnya seolah-olah berasal dari sumber yang sah/legal. Pola yang dilakukan didalam proses engineering keuangan ini seringkali rumit dan kompleks, sehingga sulit untuk dideteksi. Namun, secara sederhana kegiatan ini pada dasarnya dapat dikelompokkan pada tiga kegiatan, yakni: placement, layering dan integration (Lihat: Money Laundering : a Banker;s Guide To Avoiding Problems, (www. occ.treas.gov/launder/org.htm, didownload April 2003).

Placement merupakan upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu aktifitas kejahatan. Dalam hal ini terdapat pergerakan phisik dari uang tunai, baik melalui penyeludupan uang tunai dari suatu negara ke negara lain, menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah, ataupun dengan melakukan penempatan uang giral ke dalam sistem perbankan, misalnya deposito, saham-saham atau juga mengkonversikan kedalam mata uang lainnya atau transfer uang kedalam valuta asing.

Layering, sebuah aktifitas memisahkan hasil kejahatan dari sumbernya melalui beberapa tahapan transaksi keuangan. Dalam hal ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ketempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk menyamarkan/mengelabui sumber dana “haram” tersebut. Layering dapat pula dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin ke rekening-rekening perusahaan-perusahaan fiktif dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.

Integration, yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu 'legitimate explanation' bagi hasil kejahatan. Disini uang yang di ‘cuci' melalui placement maupun layering dialihkan kedalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktifitas kejahatan sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang di cuci. Pada tahap ini uang yang telah dicuci dimasukkan kembali kedalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum.

Pola transaksi yang dilakukan oleh Yayasan X ini dikenal dengan layering, untuk itu ia dapat dikategorikan telah melanggar UU TPPU Pasal 3 Pasal (1) yang menyebutkan setiap orang dengan sengaja :
1. menempatkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana kedalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain;
2. mentransfer Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dari suatu Penyedia Jasa Keuangan ke Penyedia Jasa Keuangan yang lain, baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain;
3. membayarkan atau membelanjakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain;
4. menghibahkan atau menyumbangkan harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain;
5. menitipkan Harta Kekayaan yang di ketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain;
membawa ke luar negeri Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tinda pidana; atau
6. menukarkan atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya, dengan maksud menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang di ketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).

Transfer dana dari Yayasan X kepada Perusahaan Y yang diduga berasal dari perdagangan narkotika merupakan harta kekayaan yang tidak sah sebagaimana diatur didalam Pasal 2 UU TPPU : hasil tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana ayat (1) huruf (i) narkotika. Selanjutnya, hasil analisis yang dilakukan oleh PPATK disampaikan kepada Polri untuk dilakukan langkah selanjutnya yakni penyidikan, kemudian hasil penyidikan yang dilakukan Polri disampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk dilimpahkan ke Pengadilan.

Kini, trend penipuan yang dikenal dengan Skema Nigerian lewat menang lotre dan sebagainya itu, kini tampaknya mulai beralih dengan menggunakan organisasi nirlaba. Mudah-mudahan yayasan yang akan memberikan dana pendamping kepada kabupaten yang berada di NTT tidak seperti yang digambarkan. Toh kalaupun ia, tak perlu terlalu berkecil hati. Sindrome kemiskinan itu tidak hanya melanda negeri ini, sindrome yang sama juga melanda sebahagian kecil masyarakat Italia yang nota bene negara maju. **


*)Penulis pembelajar masalah-masalah tindak pidana pencucian uang, tinggal di Tangerang.
Dimuat oleh Majalah BUMN WATCH Edisi Januari 2006

Campaign funding: Lesson from Watergate

Natsir Kongah ,

General elections can stimulate political enthusiasm and economic growth, as well as wasteful spending.

There are indications that budgets for general elections and regional elections in Indonesia have surpassed election funds in other countries, even the US, with sums allocated to Indonesia's recent elections reaching US$50 billion.

Substantial election financing, however, can induce economic activities on multiple levels. While the financial crisis plagued many other countries, in Indonesia funds spent by legislative candidates - some already securing seats now - filled the drained pockets of marginal communities.

Sur, a customer at a Deli food stall at Daan Mogot Mall in West Jakarta, said she had got Rp 150,000 from three campaign teams of different parties after casting ballots in the recent legislative elections.

"Each of them gave me Rp 50,000. I just voted for the ones with money," she said, casually.
During the post-election week, the stall had trouble providing enough small change because many customers paid with banknotes in big denominations that they had apparently received from campaigning election candidates.
Medium and large-scale economic sectors also enjoyed extra benefits from the election season. A new national TV station achieved its breakeven point after a year of operation and its management paid bonuses to its employees.
This was for the greater part due to added income from broadcasting political party commercials and their derivatives.

Questions have often arisen as to the sources of campaign funding spent by candidates for the posts of regent, mayor, governor, member of the House of Representatives or Council of Regional Representatives, president or vice president. Were the funds obtained legitimately, and if from legal activities, were these conducted in compliance with state regulations?
The above questions should be examined in the light of the historic Watergate case, which implicated former US president Richard Milhous Nixon. While the setting and judicial aspects of this case are indeed a long way away from present conditions in Indonesia, similar crimes have frequently been committed by election candidates here.
However, the tricks, models and technology employed today are certainly more sophisticated and adjusted to recent developments.

The practice of money laundering is often undertaken by organized crime circles and is also applied in political activities to back campaign funding, as in the Watergate case.
John Madinger & Sydney A. Zalopany in their book Money Laundering: A Guide for Criminal Investigations (1999) describe how law enforcers uncovered the Watergate case.
The involvement of Kenneth Dahlberg, Dwayne Andreas and Bernard Barker/Maurice Stans was detected from a check worth $25,000 drawn by Kenneth Dahlberg from his account at First Bank and Trust Company in Boca Raton, Florida.
The check, drawn on April 8, 1972, originated from Dwayne Andreas, and had been given to Bernard Barker. Kenneth claimed he was involved in fundraising in the Midwest for the campaign to re-elect President Nixon.

During the fundraising, Dwayne Andreas, the president director of Archer Daniels Midland, a conglomerate engaged in agriculture in the Midwest, made a contribution through Bernard Barker and the check was later conveyed to Maurice Stans, the financial chairman of the Committee to Re-Elect The President (CRP).

This money was believed to have been used for President Nixon's re-election campaign.
Bank drafts worth $89,000 (comprising $15,000, $18,000, $24,000 and $32,000), that were identified as being drawn by Banco Internacional on April 5, 1972 from Manuel Ogarrio D'Aquaerro, a public prosecutor of Mexico, who also owned Compania de Azuere Veracruz, S.A (CAVSA), provided a clue in the investigations.

Investigators were trying to discover the origin of the fund obtained by the prosecutor, and then what it had to do with Maurice Stans in the above case. They knew CAVSA was a subsidiary of Gulf Resources and Chemical Company, Houston, Texas, and that it was no longer active.
According to their investigations, on April 3, 1972 Gulf Resources transferred $100,000 from its account at First National City Bank, Houston, to prosecutor Manuel Ogarrio in Mexico City.
They were informed that after buying bank drafts, Manuel Ogarrio delivered the $100,000, made up of the $89,000 worth of bank drafts and $11,000 in cash, through a courier, to Houston on April 5, 1972.

From Houston the money was given to the oil entrepreneurs committee, in which the Gulf Resources CEO was a member.
Investigations of Robert Allen, the CEO of Gulf Resource and Chemical Company, provided the following information:
On April 3, 1972, Gulf Resources transferred money to Manuel Oggario D'Aquaerro worth $100,000 for his services in closing CAVSA; However, Robert Allen said he possessed promissory notes issued by Manuel Oggario.

On April 5, 1972, Manuel Ogarrio lent $100,000 to the Informal Finance (Trust Account - Barker and Associate Inc), and at the same time Manuel Ogarrio received promissory notes.
On April 6, 1972, the $100,000 was conveyed to the Committee to Re-Elect The President (CRP) in the form of four bank drafts worth $89,000 and $11,000 cash.
Robert Allen's information was contradictory to the statement of Bernard Baker - that the $89,000 had been obtained from an American entrepreneur who had deposits in an offshore account.

What else was wrong with this case? On Feb. 7, 1972, President Nixon had signed the Campaign Fund Allocation Reform Act, which came into effect two months later and prohibited the granting of contributions to presidential candidates in the form of cash and donations from anonymous sources.

The contribution made by Dwayne Andreas via Kenneth Dahlberg, Maurice Stans and Bernard Barker involving the Trust Account on April 8, 1972 was provided as an anonymous donation.
The Watergate case is similar to the findings of Indonesia Corruption Watch wherein many donors have allegedly contributed to certain parties without stating clear identities.
In many cases names are given but addresses are unclear and in other cases unemployed persons earning no income have been listed as donors contributing large amounts of funds.
The case shows an indication of money laundering and attempting to conceal or obscure the source and ownership of the fund. The parties involved realized what they were doing was criminal in nature and conspired to cover this up.
Essentially, the crime (already committed) was the granting of a donation for presidential campaign activities by a company, which was prohibited by law.
But the backer then failed to properly report the amount contributed and attempted to hide the names of donors.

Presidential and vice presidential candidates can learn a lesson from the Watergate scandal, to avoid getting entangled as experienced by Nixon.
Political fervor needs further development and economic vigor an extra boost through election campaigns, but the extent of extravagance should be reduced accordingly.
The writer is a PR officer of the Financial Transaction Reports and Analysis Center (PPATK). The opinions expressed are personal.

Selasa, 13 Juli 2010

Pemanfaatan Internet di Sekolah

Berdasarkan data statistic Indonesia, terlihat bahwa terkhususnya di Indonesia, terdapat 11,5 juta orang yang melakukan akses internet atau 5,2% dari total penduduk Indonesia. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa pertumbuhan pengguna internet di seluruh Indonesia berkembangan sangat pesat dan sudah menjadi suatu kebutuhan utama bagi setiap orang.

Teknologi iformasi, khususnya internet memiliki peranan yang sangat penting dalam setiap dimensi pendidikan. Internet memberikan kontribusi yang sangat besar didalam membantu setiap dimensi yang ada untuk selalu mendapatkan informasi yang up to date. Jaringan internet merupakan salah satu jenis jaringan yang popular dimanfaatkan, karena internet merupakan teknologi informasi yang mampu menghubungan komputer di seluruh dunia, sehingga memungkinkan informasi dari berbagai jenis dan bentuk informasi dapat dipakai secara bersama-sama. Demikian juga dalam dunia pendidikan, berkat adanya jaringan internet, maka dapat membantu setiap penyedia jasa pendidikan untuk selalu mendapat informasi-informasi yang terkini dan sesuai dengan kebutuhan.

Pada dasarnya internet memberikan kemudahan bagi kita didalam mengembangkan pendidikan dan pengajaran dalam bidang IPS dan sosiologi. Kehadiran internet untuk saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi siapa saja, tidak terbatas hanya pada pelaku bisnis, namun hal ini juga udah merambah dalam berbagai bidang, terutama dunia pendidikan. Namun untuk menjadikan internet sebagai basis pengajaran, kelemahan utamanya adalah ketrsediaan sarana prasarana pendukung seperti jaringan internet, ketersediaan komoputer, dan berbagai sarana lainnya yang mesti disedia. Selain itu, perlu juga didukung dengan tingkat akses yang memadai. (reza )

Jumat, 09 Juli 2010

Utopia Berburu Bangku Sekolah

Utopia Berburu Bangku Sekolah
Oleh Ira Musmirah

Selasa, 6 Juli 2010
Penerimaan siswa baru (PSB) tahun ajaran 2010/2011 sudah dibuka. Semua anak didik yang lulus sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sederajat sedang berburu bangku sekolah. Mereka mencari sekolah paling baik yang dapat memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik pula bagi dirinya. Setidaknya, dengan memperoleh sekolah yang demikian, yang mereka dapat selama belajar nantinya bisa menjadi modal bagi masa depan di hari kelak.

Namun ironisnya, sangat sulit mencari dan mendapatkan sekolah paling baik (paling berkualitas) jika tidak memiliki modal keuangan yang memadai. Ini ibarat jauh panggang dari api. Mereka akan mengalami kesulitan mendapatkannya, terlebih lagi bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi karena pekerjaan orangtua bukanlah sebuah profesi yang memberikan pemasukan atau pendapatan yang besar, sebut saja kuli bangunan, tukang becak, dan seterusnya. Alih-alih bisa menyekolahkan ke tempat yang bermutu, untuk makan saja sudah kesusahan. Ini sesungguhnya persoalan yang sangat mendasar.

Akhirnya, bersekolah pun menjadi sebuah barang mahal, sangat sulit dijangkau dan besar kemungkinan bagi sebagian besar masyarakat kita masih merupakan sebuah hal yang langka. Realitas sosial di negeri ini menunjukkan bahwa sangat banyak orang miskin tidak bisa bersekolah karena mahalnya biaya pendidikan. Orang miskin pun akhirnya menjadi sulit berpendidikan (Moh. Yamin, 2009).

Mereka justru harus berhenti bersekolah atau tidak usah bersekolah karena biaya melanjutkan pendidikan atau bersekolah sudah sangat melangit. Kita bisa menemukan banyak orang miskin tidak mampu bersekolah di banyak tempat. Di sekitar wilayah pusat Kota Jakarta, dekat jembatan, lampu merah, dan sejenisnya, misalnya, sangat bertaburan orang miskin yang terpaksa menjadi gelandangan. Begitu juga di kota-kota lain di Indonesia, kondisinya sama dan memilukan.

Mereka terpaksa kehilangan masa depan. Mereka harus berhenti bersekolah karena susahnya membayar biaya pendidikan yang sangat luar biasa mahal. Pendidikan ibarat barang yang dijual di mal-mal yang dihargai dengan sangat tinggi. Ini merupakan sebuah keniscayaan tak terbantahkan. Banyak orang miskin, walaupun pintar, harus berhenti sekolah.

Yang menjadi pertanyaan, di manakah kehendak politik pemerintah dalam menuntaskan buta aksara? Haruskah para elite daerah di negeri ini selalu berpikiran kerdil dan sempit, sehingga yang selalu dikedepankan adalah kepentingan pribadi dan golongan?

Kenyataan politik selalu mengilustrasikan bahwa keberpihakan para penggawa negara terhadap nasib ribuan anak orang miskin sangat kecil. Walaupun tontonan mengenai potret banyak anak miskin di banyak tempat selalu terlihat dengan mata telanjang oleh para penyelenggara negara ketika mereka melakukan kunjungan kerja ke daerah-daerah, hal tersebut tampaknya tidak pernah menggerakkan hati mereka untuk bisa berbuat yang terbaik bagi semua. Hatinya seperti batu, tidak pernah tergerak untuk mau memperlihatkan kehendak dan komitmen guna melakukan sebuah perubahan bagi kehidupan anak-anak orang miskin. Ini merupakan sebuah kenyataan tak terbantahkan.

Ini merupakan sebuah ironi. Yang miskin pun menjadi masyarakat bodoh dan kemudian diperbudak oleh yang kaya, yang memiliki "duit" dan kekuasaan. Ini merupakan sebuah keniscayaan.

Karena itu, jangan banyak berharap akan terjadi sebuah perubahan tatanan kehidupan yang lebih baik ke depan. Yang terjadi justru sebaliknya, bangsa ini akan makin terpuruk dan terbelakang. Pasalnya, disparitas kehidupan masyarakat sangat melebar. Yang pintar menindas yang tidak pintar.

Bumi Indonesia pun akan tetap dibanjiri bencana kemanusiaan. Oleh karena itu, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah haruskah hak setiap warga negara guna memperoleh pendidikan digagalkan karena faktor miskinnya ekonomi? Padahal Pasal 31 UUD 45 menyebutkan secara tegas bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya.

Perubahan Kebijakan

Kesan elitis yang selalu menyatakan bahwa pendidikan yang berkualitas selalu identik dengan biaya tinggi itu harus segera diubah. Pendidikan berkualitas jangan menggunakan pendekatan ekonomi karena ini akan mengakibatkan terjadinya komersialisasi pendidikan (kapitalisme). Tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan selalu menitikberatkan pada karakter bangsa (Doni Koesoma A, 2007).

Oleh sebab itu, tanggung jawab penggawa negara harus menggelar itu, jangan ada diskriminasi pelayanan pendidikan. Menunjukkan sikap politik yang bisa merangkul semua adalah sebuah keniscayaan. Pendidikan menjadi hak setiap warga negara, maka harus dipraksiskan secara nyata. Marilah kita belajar untuk bersikap arif dan bijaksana, agar setiap yang kita lakukan bisa memberikan kemaslahatan bersama, bukan kemudaratan.

Berhentilah untuk berpandangan sektoral. Mengubah mindset yang sempit menuju terbuka dalam mencerna realitas sosial merupakan sebuah keniscayaan. Yang terpenting adalah memajukan dunia pendidikan, mendidik anak-anak bangsa agar berkualitas, tanpa pandang bulu. Itu harus menjadi agenda bersama untuk dijalankan.***

Penulis adalah dosen Universitas Islam Malang

Upaya Mengembangkan Wawasan Kebangsaan

Upaya Mengembangkan
Wawasan Kebangsaan
Oleh Fazwan Kusumadinata

Selasa, 6 Juli 2010
Perkembangan politik di Indonesia ke depan memang sulit diramal, sulit diprediksi (unpredictable). Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana proses regenerasi pada tahun-tahun yang akan datang. Tentu kita berharap semua itu (pergantian kepemimpinan nasional) akan lancar-lancar saja.

Yang pasti, generasi tua yang sekarang memimpin bangsa dan menempati posisi-posisi penting dalam kepemimpinan nasional, cepat atau lambat, akan turun dari gelanggang politik. Generasi muda mau tidak mau harus tampil dalam kepemimpinan nasional, dan karena itu perlu mempersiapkan diri. Kita semua berharap agar proses regenerasi bisa berlangsung secara alamiah, tidak sampai terjadi gejolak yang memakan korban.

Banyak pihak, khususnya para analis politik, memperkirakan bahwa pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 akan terjadi proses regenerasi total, akan muncul pemimpin baru. Pemimpin baru itu (presiden dan wakil presiden, misalnya) nanti siapa, kita tidak tahu.

Bangsa ini adalah bangsa yang besar dan sangat heterogen, baik suku, agama, maupun adat istiadat. Karena itu, siapa pun yang akan memimpin bangsa ini ke depan, kita harapkan adalah figur yang baik, yang berkualitas, yang mempunyai kemampuan untuk memimpin bangsa ini.

Dalam perjalanan sejarah, kita sebagai bangsa telah mengalami berbagai peristiwa penting. Tak kurang dari 350 tahun bangsa ini pernah dijajah oleh bangsa asing. Kemudian, ada Hari Kebangkitan Nasional 1908, ada Sumpah Pemuda 1928, dan Proklamasi 17 Agustus 1945.

Rangkaian peristiwa sejarah tersebut memiliki arti penting dalam kehidupan kebangsaan kita dan mampu membentuk satu kesatuan tekad, cita-cita, dan tujuan awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tujuan awal itu ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pengalaman sejarah tersebut hendaknya dapat menjadi acuan bangsa ini ke depan dalam menghadapi tantangan global. Kita sebagai bangsa oleh Tuhan dikaruniai sumber daya yang lengkap dan melimpah, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Sumber daya alam itu seharusnya menjadikan bangsa ini hidup sejahtera, adil, dan makmur.

Namun, kenyataannya, pada saat ini bangsa kita tengah menghadapi berbagai persoalan dan terjadi disorientasi fungsi kehidupan sosial kebangsaan. Sebagai bangsa, kita juga sedang mengalami berbagai kemunduran, baik dari segi ekonomi, politik maupun moral.

Persoalan-persoalan yang terjadi saat ini, seperti kemiskinan, kebodohan, korupsi, dan penyalahgunaan wewenang dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, perlu segera diatasi. Bangsa ini telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara dan sekaligus roh dalam perjalanan kita ke depan, dengan segala persoalan yang kita hadapi.

Permasalahannya, banyak elite bangsa ini seperti tidak mau memahami dan tidak mampu menjabarkan semangat dan roh Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena itu, harus ada upaya sungguh-sungguh untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut. Jika tidak, berbagai masalah itu bisa saja mendistorsi makna dan cita-cita kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Prinsipnya, ke depan perlu ada kemauan bersama seluruh komponen bangsa untuk bersatu padu memajukan bangsa ini, sebagaimana semangat awal kebangkitan nasional yang digagas oleh founding fathers dalam menegakkan kemerdekaan dan kedaulatan NKRI ini.

Kita mempunyai semangat kebangsaan yang tinggi sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh para pendiri republik tercinta ini. Semangat kebangsaan-semangat cinta pada bangsa dan tanah air-seperti inilah yang kini luntur. Kalau orang mencintai bangsa dan tanah airnya, tentu dia akan merasa malu mengeruk uang negara yang akibatnya dapat menyengsarakan rakyat banyak.

Celakanya, kini banyak orang yang dengan tidak malu-malu melakukan korupsi. Seorang pegawai pajak golongan rendah pun konon telah memiliki kekayaan puluhan, bahkan hingga ratusan miliar rupiah. Ini sungguh menyakitkan hati rakyat.

Di samping itu, tampaknya kita telah terjebak dalam persoalan-persoalan seperti fanatisme kedaerahan, egoisme kesukuan, silang pendapat, dan sikap otoritarian. Sikap seperti inilah yang menjadikan bangsa ini mundur, mengalami degradasi mental, dan disorientasi.

Seperti penulis singgung pada awal tulisan ini, cepat atau lambat akan terjadi proses regenerasi. Secara alamiah generasi tua akan turun dari panggung politik, digantikan oleh generasi yang lebih muda. Karena itu, mau tidak mau generasi muda harus mempersiapkan diri.

Dalam kaitan itu, beberapa hal penting harus diperhatikan. Pertama, pembangunan karakter dan mental (nation and character building) perlu lebih dikedepankan. Kita yakin,

bangsa yang bermental kuat dan memiliki semangat juang yang tinggi akan mampu melewati berbagai persoalan bangsa. Ini berarti bahwa pendidikan perlu diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar penciptaan individu yang kuat dan berkarakter sekaligus memiliki integritas di samping intelektualitas.

Kedua, ini yang menurut hemat penulis sangat penting, bersamaan dengan itu kita perlu terus-menerus mengupayakan pendalaman dan pengembangan wawasan kebangsaan. Generasi muda tidak boleh terseret pada kecenderungan fanatisme kedaerahan dan kesukuan. Roh Bhinneka Tunggal Ika hendaknya tertanam di hati sanubari segenap bangsa ini, termasuk generasi muda. Kita harus menghindari sekat-sekat primordial di antara sesama komponen bangsa.

Ketiga, semua elite politik di negeri, baik yang ada di Partai Golkar, Partai Demokrat, PDI Perjuangan, maupun yang ada di partai-partai lain, perlu berupaya mewujudkan pembangunan iklim politik yang sehat dan dinamis. Kita menyadari peran politik sangat menentukan stabilitas suatu negara dan bangsa. Semua elite politik harus mampu menciptakan situasi dan kondisi politik yang bisa mempercepat proses pembangunan menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat.***

Penulis adalah Ketua DPP AMP

Nasib Guru Bantu

Nasib Guru Bantu


Selasa, 6 Juli 2010
Cerita tentang nasib guru bantu, baik di DKI Jakarta maupun di daerah-daerah, selalu saja tidak mengenakkan. Di daerah-daerah, banyak guru bantu yang sudah mengabdi di dunia pendidikan selama bertahun-tahun. Bahkan ada yang belasan tahun (seperti kita baca di koran) posisinya masih juga tidak jelas.

Mereka tidak bisa segera diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS), dengan alasan yang tidak terlalu jelas. Sudah dalam kondisi begitu pun, honornya yang relatif kecil itu sering terlambat datang. Lebih celaka lagi, ada yang honornya "disunat" oleh oknum aparat di instansi tersebut untuk kepentingan ini, kepentingan itu dan sebagainya.

Meski demikian, mereka toh tetap setia menjalankan tugas panggilannya di dunia pendidikan (mengajar), turut mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, sampai kapan mereka terus-menerus harus bersabar? Kapan mereka segera diangkat menjadi CPNS, sebagai abdi negara?

Itu ternyata tidak hanya terjadi di daerah-daerah. Di DKI Jakarta pun, konon tak kurang dari 6.853 guru bantu yang juga tidak kenal lelah memperjuangkan nasibnya. Bahkan, dari jumlah itu, banyak di antaranya yang sudah belasan tahun tetap saja masih sebagai guru bantu. Mereka tidak pernah berhenti berharap. Mereka terus menuntut agar Gubernur DKI Fauzi Bowo segera mengangkat statusnya menjadi CPNS.

Untuk menuntut peningkatan status kepegawaiannya itu bahkan mereka sampai-sampai menggelar aksi unjuk rasa di depan Balai Kota, dengan membawa peralatan masak. Itu yang kami lihat pekan lalu. Ya, pada era reformasi ini, semua kita (termasuk guru bantu) punya hak untuk menyatakan pendapat dan harapannya, termasuk melalui aksi demo. Mudah-mudahan orang-orang yang "di atas" mau mendengar dan memperhatikan mereka.

Masih soal guru, di koran ini juga diberitakan adanya guru-guru dan karyawan di sebuah sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta Timur yang pelesiran ke Singapura dan Batam.

Waduh-waduh, di satu pihak ada ribuah guru bantu yang nasibnya belum jelas, namun di pihak lain ada guru-guru yang begitu makmur hingga bisa pelesiran ke luar negeri. Ibaratnya, ada sekelompok kecil guru yang dengan enaknya makan roti keju dan tak mau tahu saudaranya yang makan singkong.

Kalau berita di koran itu benar, di manakah hati nurani Anda, wahai Bapak-Ibu Guru? Tega betul Anda pelesiran ke luar negeri, sementara di sekolah Anda sendiri ada siswa yang karena belum melunasi angsuran uang pangkal, rapornya masih ditahan pihak sekolah. Tidak malukah Anda pelesiran ke luar negeri, sementara ribuah guru bantu di DKI Jakarta dan di berbagai daerah nasibnya tidak jelas?

Ya, bersenang-senang ke luar negeri, siapa pun boleh, termasuk para guru. Namun, kalau dana yang dipakai untuk pelesiran itu hasil dari "bisnis" di dunia pendidikan (sudah bukan berita baru lagi bahwa biaya pendidikan di zaman ini sungguh mencekik leher rakyat kecil), menurut kami, itu tidak etis.

Sari Marhaensakti
Pedurenan, Tangerang, Banten

Pendidikan Berbasis Kreativitas

Pendidikan Berbasis Kreativitas


Kamis, 8 Juli 2010
Saat ini pendidikan di Indonesia lebih ditekankan pada penguasaan konsep dan materi. Memang, ini bukan hal yang salah. Namun, kegiatan berbasis aplikasi atau praktik juga harus diperhatikan keberadaannya. Saat ini, siswa, terutama yang berada di jenjang SD-SMP-SMA, lebih dituntut berada dalam kelas. Mereka mendengarkan guru berbicara dan memutar slide power point (bagi kelas berbasis ICT) yang membuat mereka bosan. Kemudian setelah guru selesai menerangkan, mereka diberi kesempatan untuk menjawab.

Sebenarnya pendidikan yang seperti ini tak cukup. Siswa membutuhkan "ladang" untuk berekspresi yang dapat mereka gunakan untuk mengaplikasikan teori yang telah mereka terima. Mereka ingin menyalurkan kreativitas yang mereka miliki.

Pendidikan berbasis praktik dapat memperlihatkan hasil nyata dari pendidikan yang di dalamnya terdapat aspek penguasaan konsep. Namun, lantas pendidikan jangan hanya berbasis praktik saja dan kemudian beranggapan bahwa teori itu tak perlu. Bukan seperti itu!

Dalam benak penulis, konsep pendidikan yang ada seharusnya memiliki bobot yang berimbang antara teori dan aplikasi (praktik). Selama ini penulis bertanya-tanya, sebenarnya apa, sih, hasil dari proses pendidikan yang ditempuh selama 12 tahun bersekolah (SD-SMP-SMA)? Apakah hanya gelar kejuaraan semata karena berhasil meraih peringkat 3 besar?

Belajar selama 12 tahun di sekolah, menguasai konsep-konsep, tapi tak membuahkan hasil nyata selain hanya sebuah gelar kejuaraan. Hal inilah yang menjadi kegelisahan penulis.

Seharusnya dengan hasil selama 12 tahun melalui proses pendidikan, seorang siswa bisa menciptakan sebuah produk hasil dari penguasaan konsep teori yang mereka terima di bangku sekolah. Inilah yang dimaksud dengan pendidikan berbasis praktik atau aplikasi. Jika hal yang terjadi demikian, maka ketika ada yang bertanya mengenai hasil pendidikan, dengan mudah ia akan menjawab, "Saya telah menciptakan produk, robot, dan alat." Atau kemudian ia akan menjawab, "Saya telah berhasil membuat buku, desain program, dan sebagainya."

Produk hasil penguasaan konsep yang mereka buat adalah berdasarkan pada kreativitas masing-masing. Ada yang menyukai sastra, maka ia akan membuat sebuah karya sastra (entah puisi, cerpen, novel, dan sebagainya) yang di dalamnya termuat konsep teori yang selama ini ia terima. Atau, bagi yang menyukai gambar, maka ia akan membuat sebuah poster, lukisan, atau apa pun yang di dalam gambar tersebut ia menuangkan teori-teori yang telah ia kuasai.

Jika yang demikian teraplikasi dalam kegiatan pendidikan di Indonesia, maka yang terjadi adalah generasi-generasi bangsa ini akan menjadi generasi yang tak hanya hebat dalam menjawab dan mengerjakan soal saja. Tetapi, ia dapat membuat produk-produk hasil belajar mereka selama ini.

Wallahu a'lam bishshawab.

Ika Feni Setiyaningrum
Karang Malang
Yogyakarta 55281

Isra' Mi'raj dan Shalat "Kemanusiaan"

Oleh Anton Prasetyo

Jumat, 9 Juli 2010
Teori innash shalaata tanhaa'anil fahsyaai wal munkar (sesungguhnya shalat pasti akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar) [QS Al Ankabuut: 45] dalam artian, shalat menjadi barometer seluruh amal perbuatan manusia, tidak ada yang berani membantah. Kendati demikian, jemaah kita sering mempertanyakan realisasi teori yang ada. Betapa tidak, di lapangan, banyak kaum muslimin yang giat mengerjakan shalat, namun tidak hentinya dalam mengerjakan kemungkaran.

Terekam dalam ingatan kita, betapa kehidupan yang ada penuh dengan kesemrawutan persoalan. Semua tidak lepas dari perbuatan mungkar. Di sekitar kita, jumlah koruptor makin hari makin banyak jumlahnya. Keluarga yang melakukan ke-zaliman terhadap saudaranya juga terjadi di mana-mana. Para pengusaha menzalimi pekerjanya telah dianggap sebagai hal yang wajar. Begitu seterusnya. Sementara, saat mempertanyakan orang yang melakukan perbuatan mungkar, mereka aktif mengerjakan shalat lima waktu, bahkan ditambah shalat sunahnya.

Berakar dari sinilah menjadi pertanyaan besar akan firman Tuhan yang termaktub di atas, apakah memang benar firman yang ada? Jika sekilas menilainya, barangkali saja semua di antara kita akan menjawab bahwa firman Tuhan tersebut tidak terbukti di lapangan. Terbukti, tidak semua orang yang mengerjakan shalat bisa menjadikan dirinya sebagai seorang yang saleh kepada sesama. Namun, akan menjadi berbeda saat jawaban yang kita utarakan menggunakan proses panjang, penuh dengan analisis yang matang. Dengan proses yang panjang, dalam diri kita akan dengan mudah menerima kebenaran firman Tuhan di atas. Kita akan bisa membenarkannya.

Adanya permasalahan betapa banyak kaum muslimin yang mengerjakan shalat, namun tetap menjalankan perbuatan kemaksiatan, perlu diteliti, bagaimanakan cara yang dilakukan sang mushalli (orang yang mengerjakan shalat)? Benarkah shalat yang dilakukan telah sesuai dengan yang diajarkan dalam agama? Selain syarat dan rukunnya terpenuhi, sudahkah shalat mereka khusyuk? Bagaiamanapun, dalam ibadah shalat tujuan utama adalah mendekatkan diri kepada Allah. Sementara shalat yang bisa mendekatkan diri kepada Allah tidak lain dan tidak bukan adalah shalat yang khusyuk. "Alladziina hum fii shalaatihim khaasyi'uun (yaitu mereka yang dalam mengerjakan shalatnya dengan khusyuk)," firman Allah.

Shalat khusyuk menjadi kunci utama keberhasilan shalat dikarenakan di dalamnya terkandung beragam perkara yang bisa dipraktikkan dalam kehidupan nyata. Shalat khusyuk setidaknya memiliki beberapa ciri. Adanya kepemimpinan dalam shalat berjemaah, adanya rasa cinta kasih sebagaimana yang ada dalam surah al-Fatihah, adanya ketawaduan sebagaimana dalam sujud, hingga adanya tebar salam dalam setiap mengakhiri shalat.

Kepemimpinan dalam shalat berjemaah dapat dipraktikkan langsung dalam kehidupan nyata. Shalat berjemaah mengisyaratkan keberhasilan kehidupan dengan perolehan derajat yang berlipat. Dalam shalat jamaah, setiap orang yang mengerjakan shalat di dalamnya akan diberi pahala 27 kali lipat dibandingkan dengan shalat sendirian. Kenyataan ini sama halnya dengan kehidupan nyata, saat menyendiri, dipastikan akan banyak ketidakberhasilan dalam beragam hal. Namun saat bergabung, berorganisasi, dan kerja sama dengan baik, dipastikan kesuksesan besar akan menjadi perolehan setiap individu.

Shalat berjemaah juga mengajarkan agar seorang imam adalah orang yang paling aqro' (bacaan al-Qur'an-nya bagus), faqih (ahli fikih) dan sebagainya. Sementara makmum harus patuh tunduk kepada apa yang dilakukan imam. Makmum tidak boleh berada di depan atau bergerak lebih dahulu dibanding imam. Jika itu dilakukan, maka shalat makmum dianggap batal.

Di samping itu, seorang makmum juga harus mengikuti seluruh gerak-gerik imam, dan mengingatkan saat sang imam lupa mengerjakan rukun fi'li (perbuatan) atau qauli (bacaan). Ini mengisyaratkan dalam kehidupan nyata meski diterapkan adanya kepemimpinan (leadership) yang baik. Seorang pemimpin harus berjiwa leadership, sementara anggotanya juga harus tunduk patuh dan mendukung sang pemimpin, dengan cara mengikuti dan memberikan masukan demi terselenggaranya kepemimpinan yang sempurna.

Al-Fatihah yang harus dibaca dalam setiap shalat memiliki pesan cinta kasih yang begitu mendalam. Dimulai dari basmalah, terdapat kata-kata ar-Rahmaan dan ar-Rahiim yang semuanya berarti "kasih sayang", hingga ayat terakhir, ghairi al-maghdlubi 'alaihim wala ad-dhalin (bukan jalan orang-orang yang zalim) adalah pesan cinta Tuhan yang mesti dipraktikkan manusia. Sehingga dari sini, jika saja dalam kehidupan nyata selalu ada nada-nada cinta yang muncul dan dipraktikkan oleh setiap individu kepada siapa pun, dipastikan kehidupan akan berjalan dengan baik. Kemungkaran tidak terjadi di mana-mana.

Sementara sujud menjadi bagian penting dalam shalat juga memiliki makna yang luas dalam kehidupan nyata. Dalam sujud dapat diambil hikmah bahwa setiap orang harus mengakui bahwa dirinya adalah sosok yang tidak memiliki apa-apa, tidak patut untuk merasa "paling" dari yang lain. Manusia harus merasa dirinya adalah hina sehingga dapat tunduk kepada Tuhan-nya dan menghormat kepada sesama.

Di akhir shalat ada salam. Ini adalah isyarat bahwa seseorang yang telah mengerjakan shalat yang notabene diperuntukkan bagi Tuhannya, harus memulai bersosial, menebar keselamatan kepada siapa pun. Jika dalam shalat seseorang bisa khusyuk, melaksanakan syarat rukunnya dengan baik serta mengingat kepada Allah dengan penuh ketawaduan, serta setelah shalat dapat menebar salam serta bisa menerjemahkan proses shalat ke dalam kehidupan nyata, maka kesalehan kepada Tuhan dan kesalehan kepada sesama akan terwujud. Sehingga dari sini shalat yang dijadikan tanhaa 'anil fahsyaai wal munkar akan terwujud.

Sekarang yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama adalah mengupayakan agar diri setiap individu tudak hanya bisa shalat secara kontinu, namun juga khusyuk dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Dengan penuh keseriusan, dimulai dari sekarang, saat peringatan Isra' Mi'raj, di mana Nabi menerima perintah shalat secara langsung dari Allah, dipastikan setiap kita akan dapat berhasil dan bisa memperoleh predikat mu'min, sebagaimana yang telah diterangkan Allah dalam surat Al-Mu'minun. Wallahu a'lam. ***

Penulis adalah Ketua Jam'iyyah Qurra'wal Huffad
PP Nurul Ummah DIY, alumnus UMY dan UIN Yogyakarta

Senin, 05 Juli 2010

Bahasa Cinta Anak

Seperti yang telah saya tulis di artikel sebelumnya Apa Bahasa Cinta Anak Anda ? bahwa banyak sekali permasalahan anak yang terjadi saat ini disebabkan karena kurangnya perasaan dicintai alias tangki cinta anak kosong. Sebab utamanya memang perasaan kurang dicintai ini tetapi symptom atau akibat yang terjadi dari sebab utama ini munculnya bisa berbagai perilaku aneh yang membuat orangtua bingung, seperti : anak tidak mau sekolah, anak tidak percaya diri, anak suka membantah atau melawan orangtua, anak sering berkelahi, anak nakal dan rewel sekali dan lain-lain. Kelihatannya tidak berhubungan bukan ? Padahal sebab utamanya sama yaitu perasaan anak yang kurang dicintai atau tangki cintanya kosong. Oleh sebab itu saya mengajak orangtua yang membaca artikel ini untuk mengenali bahasa cinta anaknya dan mulai belajar mengisi tangki cinta anak anda. Anak yang tangki cintanya penuh adalah anak yang sangat manis dan berespon positif terhadap disiplin yang diajarkan orangtua. Sebelum saya jelaskan satu per satu bahasa cinta, ada beberapa prinsip yang perlu Anda ketahui terlebih dahulu, yaitu :

1. Anak Balita (0-5 tahun) sulit dapat diketahui bahasa cinta utamanya. Mereka masih membutuhkan seluruhnya, jadi berikan dan lakukan seluruh 5 bahasa cinta yang ada pada anak Anda.
2. Anak diatas 5 tahun walaupun membutuhkan seluruh bahasa cinta tetapi ada 1 atau 2 bahasa yang dominan. Jadi tidak berarti bila Anda mengetahui bahasa cinta anak anda, lalu Anda tidak perlu melakukan bahasa cinta yang lain.

Ok, mari kita mulai membahas secara singkat satu per satu bahasa cinta anak. Kita mulai dengan yang pertama Kata-Kata Pendukung. Anak yang memiliki bahasa cinta kata-kata pendukung sangat merasa dicintai bila orangtua atau orang lain mengucapkan kata-kata positif yang meningkatkan harga dirinya. Anak akan tersenyum bahagia saat mendengar kata-kata yang menyenangkan ini. Secara garis besar, kata-kata pendukung yang berarti bagi anak yang bahasa cintanya kata-kata pendukung ini terdiri atas :

1. Kata-kata penuh kasih seperti “Mama sayang sekali dengan kamu”. Yang perlu diperhatikan adalah saat mengucapkan kata-kata penuh kasih perlu dilakukan dengan nada suara yang penuh kasih dan ketulusan. Karena kalau tidak, anak akan merasa orangtuanya hanya basa-basi atau tidak tulus.
2. Kata-kata pujian. Berikan kata-kata pujian pada anak saat anak mencapai sebuah prestasi, sikap dan perilaku baik atau berhasil mengatasi suatu tantangan yang sulit baginya. Kita sebagai orangtua juga perlu bijaksana dalam memberikan
3. Kata-kata yang membesarkan hati. Saat anak mengalami kegagalan, situasi yang sulit atau krisis percaya diri, kita sebagai orangtua sangatlah perlu memberikan kata-kata yang membesarkan hati atau membangkitkan semangat anak sehingga memberikan semangat dan keberanian bagi anak untuk menghadapi situasi sulit itu. Kata-kata seperti “Papa senang melihat caramu menghadapi kekalahan ini, karena dari kegagalanlah kita belajar untuk sukses” atau “Nak, kamu adalah seseorang yang berharga dan hebat di mata papa mama. Kamu pasti akan berhasil !” adalah kata-kata yang sangat berarti bagi seorang anak yang memiliki bahasa cinta Kata-kata Pendukung.
4. Kata-kata Bimbingan ke anak adalah menjelaskan ke anak tentang nilai-nilai moral, etika dan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan. Bagi anak-anak yang memiliki bahasa cinta ini, kata-kata bimbingan yang disampaikan dengan tepat oleh orangtua, menyuarakan Saya Peduli dan Sayang dengan Kamu. Karena bagi anak ini, orangtualah pastilah sayang dengan dirinya, kalau tidak, mana mungkin mau repot-repot membimbing dan menasehati dirinya. Cara memberikan bimbingan perlu disesuaikan dengan umur anak sehingga anak tidak merasa sedang diceramahi orangtua. Kita sebaiknya memang perlu memastikan kita sebagai orangtua yang memasukkan nilai-nilai moral, etika dan nilai kebenaran dalam hidup anak karena jika tidak, bisa saja anak akan menerimanya dari orang lain yang bertentangan nilai hidupnya dengan kita. Dan perlu diingat, jangan membimbing dengan rasa marah atau kejengkelan karena anak akan menolak apapun yang kita sampaikan dan lain kali dia juga akan merasa seperti itu.

Ada hal penting yang perlu Anda ketahui lagi yaitu jika anak Anda memiliki bahasa cinta kata-kata pendukung maka :

* Dia akan lebih sakit hati saat dimarahi, dikritik atau dikata-katain dengan kasar dibanding dengan anak yang memiliki bahasa cinta yang lain.
* Sikap menyalahkan akan melukai semua anak tetapi akan lebih merusak pada anak yg bahasa cintanya Kata-kata Pendukung.

Bagaimana solusi agar jangan sampai terjadi hal diatas ?

* Tidak ada jalan lain kecuali orangtua perlu meningkatkan kesadaran dirinya dan lebih sehat secara emosional sehingga mampu berespon lebih terkontrol dan bijaksana. Gunakan CD terapi orangtua jika diperlukan.
* Dan jika Anda sudah terlanjur berkata-kata kasar atau bersikap menyalahkan pada anak ini, mintalah maaf pada anak. Hal itu sangat berarti bagi anak-anak yang memiliki kata-kata pendukung ini.

Itulah penjelasan singkat tentang bahasa cinta kata-kata pendukung. Saya akan menulis tentang bahasa cinta yang lain di artikel berikutnya. Bila Anda ingin tahu bagaimana cara menentukan bahasa cinta anak Anda, Anda dapat membacanya di Bagaimana Cara Mengetahui Bahasa Cinta Anak Saya ?.

Semoga penjelasan diatas bermanfaat dan membantu Anda menjadi orangtua yang terbaik bagi anak anda.

Kamis, 01 Juli 2010

Keluarga dan Masa Depan Anak Merupakan Hal Penting Bagi Anda?

Walaupun Hampir Semua Orangtua Akan Mengatakan “YA, TENTU SAJA!”,
Kenyataannya Lebih Dari 90% Orangtua Tidak Memiliki Pengetahuan,
Ketrampilan dan Kebijaksanaan untuk Mengatasi Permasalahan Keluarga
yang Terjadi maupun untuk Mewujudkan Keluarga yang Harmonis,
Sukses dan Bahagia Lahir Batin
Jika keluarga dan masa depan anak merupakan hal penting bagi hidup Anda,
Apa yang akan Anda pelajari dan dapatkan dengan mengikuti program
Super Family Class akan merupakan harta karun tak ternilai yang akan
Anda rasakan manfaatnya sepanjang hidup Anda!

Tanggal : 1 July 2010
Dari : Tim Sekolah Orangtua
Sebelum kami menjelaskan apa itu Super Family Class, kami ingin bertanya terlebih dahulu kepada Anda.
Apakah kejadian di bawah ini sering terjadi pada anak-anak Anda:
• Tidak mudah menuruti perintah orangtua?
• Malas dan tidak termotivasi belajar?
• Merasa tanpa beban walau ulangannya jelek?
• Sering menjadi “pelawak” atau “nakal” untuk menarik perhatian?
• Mengatakan “tidak tahu” , “malas ah”, atau “biasa” kalau Anda bertanya sesuatu?
Dan apakah Anda sendiri sering merasa :
• Tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi permasalahan anak?
• Karir dan pekerjaan Anda tak bisa optimal karena memikirkan masalah anak?
• Komunikasi dengan anak dan pasangan terasa hambar dan dingin?
• Menjalani hidup ini hanya sebagai rutinitas belaka?
Anda pernah mengalami hal-hal dan permasalahan diatas dalam kehidupan berumah-tangga Anda, bukan?
Anda boleh sedikit lega karena mayoritas orang dewasa yang berumah-tangga pernah mengalami situasi yang sama. Tetapi berdasarkan respon menghadapi situasi diatas, orang bisa dibagi atas 2 kategori yaitu:
1. Kelompok pertama adalah orang-orang yang sadar akan adanya permasalahan yang terjadi dan mereka menganggapnya tidak penting dan memutuskan untuk mengabaikannya. Mereka berpikir situasi atau permasalahan diatas adalah hal yang normal dan bisa hilang dengan sendirinya. Mereka mungkin berpikir “Saya ada lebih banyak hal penting di pekerjaan atau bisnis yang perlu diurus dan diselesaikan dibanding permasalahan anak dan keluarga” . Mereka kadang juga berpikir “Urusan anak dan keluarga kan urusan istri, urusan saya kerja dan cari uang”. Atau mereka berpikir “Akan saya tangani dan carikan solusi nanti setelah ada waktu, sekarang masih sibuk!”. Intinya kelompok pertama ini menganggap permasalahan atau situasi yang terjadi ini tidak penting dan mengabaikannya. Mereka tidak menyempatkan waktu untuk berpikir, menganalisa dan berdiskusi untuk mencari tahu penyebab dan solusi dari permasalahan yang terjadi.
2. Kelompok kedua adalah orang-orang yang sadar akan permasalahan yang terjadi dan memutuskan untuk mencari informasi dan solusi untuk mengatasinya. Orang-orang di kelompok kedua ini sadar dan mengerti bahwa keluarga dan anak adalah hal penting dalam hidup mereka. Mereka juga sadar jika permasalahan anak dan keluarga yang terjadi tidak cepat diselesaikan, bisa jadi masalah akan semakin membesar. Mereka juga sadar jika permasalahan anak dan keluarga tidak diselesaikan, hal ini juga akan menganggu karir atau bisnis mereka. Sehingga orang-orang di kelompok ini bersedia untuk belajar dan mendengarkan nasehat dari orang-orang yang sudah berpengalaman mengatasi permasalahan yang ada.
Pertanyaan untuk Anda: Termasuk kelompok yang manakah Anda? Kelompok pertama atau kelompok kedua?
Kami sangat sangat berharap Anda termasuk kelompok yang kedua. Kami di Tim Sekolah Orangtua telah bertemu dengan banyak klien yang dulunya adalah orang-orang yang berada di kelompok pertama. Mereka tahu ada permasalahan di keluarga atau anak mereka, menganggapnya tidak penting dan mengabaikannya. Ternyata masalah bukannya hilang tetapi malah menjadi semakin kompleks dan semakin parah. Umumnya saat sudah parah inilah, mereka baru mencari solusi. Tentu menyelesaikan masalah yang sudah parah dan kompleks jauh lebih sulit daripada menangani masalah saat awal. Kebanyakan mereka menyesal mengapa tidak dari dulu mencari solusi.
Contoh-contoh kasus permasalahan yang sudah terlanjur parah dan kompleks diantaranya seperti:
• Anak saat marah langsung memukul temannya atau memaki-maki dengan bahasa jorok.
• Anak jika tidak dituruti kemauannya menangis keras-keras dan bergulung-gulung di lantai sampai keinginannya dipenuhi.
• Anak tidak suka kumpul dengan orangtuanya. Lebih senang kumpul dengan suster atau temannya.
• Anak ikut gang sekolah dan bahkan terlibat narkoba.
• Anak sudah tidak mau mendengar nasehat orangtuanya. Jika dinasehati langsung pergi.
• Anak boros, semua uang jajan dan uang saku ludes, tidak bisa menabung sama sekali.
• Anak sudah dewasa tetapi tidak memiliki motivasi untuk bekerja atau berbisnis. Maunya cuma santai-santai dan kumpul-kumpul dengan teman.
• Dan masih banyak lagi.
Permasalahan anak yang sudah parah juga sering diiringi dengan terjadinya pertengkaran dengan pasangan karena saling menyalahkan dan tidak satu visi dalam mendidik dan menasehati anak. Jika permasalahan sudah menjadi kompleks dan parah seperti ini, tentu tidaklah mudah untuk menyelesaikannya.
Oleh sebab itu kami di Tim Sekolah Orangtua sangat berharap Anda termasuk di kelompok kedua yaitu Anda sudah proaktif mencari informasi dan solusi saat permasalahan masih kecil atau masih tahap awal. Jauh lebih baik lagi Anda sudah belajar dan membekali diri dengan pengetahuan, alat-bantu dan kebijaksanaan sebelum terjadi permasalahan pada anak dan keluarga Anda. Peribahasa lama “sedia payung sebelum hujan” memang sangatlah tepat.
Kami di Sekolah Orangtua ingin Anda memiliki keluarga yang bahagia. Kami tidak ingin Anda menjalani kehidupan dengan ketidak-bahagiaan karena hidup sangatlah singkat. Kami tidak ingin Anda melewatkan waktu-waktu paling berharga di hidup Anda, yaitu bersama keluarga tercinta Anda.
Keluarga adalah tempat dimana Anda akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Waktu-waktu bersama orang-orang yang Anda cintai adalah waktu-waktu yang berharga yang jangan sampai terlewatkan dalam hidup Anda. Tidak ada keberhasilan di karir dan bisnis yang bisa mengalahkan perasaan yang didapat dari keberhasilan membangun keluarga yang harmonis dan bahagia lahir batin.
Program Super Family Class dari Sekolah Orangtua dirancang untuk memberikan pengetahuan, kebijaksanaan dan alat-bantu ke para orangtua baik yang belum memiliki permasalahan maupun bagi orangtua yang sedang menghadapi permasalahan. Program ini dirancang berdasarkan pengalaman praktek lebih dari 12 tahun dalam menangani permasalahan anak dan keluarga, jadi minim teori yang hebat tapi sulit dipraktekkan.
Jadi apa yang akan Anda pelajari dan dapatkan di Super Family Class?
• Apa hal –hal terpenting yang bisa membuat anak Anda sukses menjalani hidupnya namun jarang dilakukan oleh para orangtua.
• Bagaimana menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga sehingga tiap anggota keluarga memiliki “inner motivation” untuk meraih yang terbaik bagi diri mereka dan keluarga?
• Bagaimana memunculkan dukungan dari anak-anak untuk mengaktifkan Wealth and Abundance Magnet dari orangtua?
• Memahami diri sendiri, anak dan pasangan sebagai jembatan membangun komunikasi efektif melalui tipologi kepribadian, pemenuhan tangki cinta dan kebutuhan emosi dasar.
• Memunculkan Inner Motivation dalam diri anak dan pasangan melalui “the magic of communication”
• Menciptakan “Super Family System” yang akan membuat setiap anggota keluarga termotivasi meraih yang terbaik dalam hidupnya
• Mengajarkan dan menanamkan kebiasaan dan prinsip pengelolaan uang yang benar ke anak sedini mungkin agar anak dapat sukses secara finansial saat dewasa nanti.
• Melakukan diagnosa harga diri anak dalam waktu 30 detik
• Menggunakan ‘rapor keluarga’ untuk memonitor perkembangan anggota keluarga
• Menggunakan ICT (Instant Change Technique) untuk :
o Menghilangkan emosi negatif dalam hitungan detik saat menghadapi anak atau situasi kehidupan lain
o Memeriksa apakah hasil terapi telah sampai dan diterima pikiran bawah sadar
o Memeriksa seberapa dalam keyakinan kita / anak kita akan suatu impian / goal / target dan bagaimana mengoreksinya apabila tidak sesuai
o Meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan diri menjalani kehidupan
Program Super Family Class merupakan program pembelajaran terpadu selama 8 bulan dimana peserta akan mempelajari materi dari berbagai format, yaitu:
• Sesi tatap muka selama 2 hari. Kelas kami batasi agar lebih efektif karena terdapat sesi terapi bagi para orangtua.
• Pembelajaran secara online yaitu akses ke Super Family Online Class via internet dimana tim Sekolah Orangtua telah menyusun kurikulum training selama 34 minggu (8 ½ bulan). Anda juga dapat melakukan tanya-jawab tentang materi yang ada ke Tim Sekolah Orangtua.
• DVD Video dan CD Audio yang menjadi pendukung materi Super Family Class.


Apakah Keluarga dan Masa Depan Anak
Merupakan Hal Penting Bagi Anda?
Walaupun Hampir Semua Orangtua Akan Mengatakan “YA, TENTU SAJA!”,
Kenyataannya Lebih Dari 90% Orangtua Tidak Memiliki Pengetahuan,
Ketrampilan dan Kebijaksanaan untuk Mengatasi Permasalahan Keluarga
yang Terjadi maupun untuk Mewujudkan Keluarga yang Harmonis,
Sukses dan Bahagia Lahir Batin
Jika keluarga dan masa depan anak merupakan hal penting bagi hidup Anda,
Apa yang akan Anda pelajari dan dapatkan dengan mengikuti program
Super Family Class akan merupakan harta karun tak ternilai yang akan
Anda rasakan manfaatnya sepanjang hidup Anda!

Tanggal : 1 July 2010
Dari : Tim Sekolah Orangtua
Sebelum kami menjelaskan apa itu Super Family Class, kami ingin bertanya terlebih dahulu kepada Anda.
Apakah kejadian di bawah ini sering terjadi pada anak-anak Anda:
• Tidak mudah menuruti perintah orangtua?
• Malas dan tidak termotivasi belajar?
• Merasa tanpa beban walau ulangannya jelek?
• Sering menjadi “pelawak” atau “nakal” untuk menarik perhatian?
• Mengatakan “tidak tahu” , “malas ah”, atau “biasa” kalau Anda bertanya sesuatu?
Dan apakah Anda sendiri sering merasa :
• Tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi permasalahan anak?
• Karir dan pekerjaan Anda tak bisa optimal karena memikirkan masalah anak?
• Komunikasi dengan anak dan pasangan terasa hambar dan dingin?
• Menjalani hidup ini hanya sebagai rutinitas belaka?
Anda pernah mengalami hal-hal dan permasalahan diatas dalam kehidupan berumah-tangga Anda, bukan?
Anda boleh sedikit lega karena mayoritas orang dewasa yang berumah-tangga pernah mengalami situasi yang sama. Tetapi berdasarkan respon menghadapi situasi diatas, orang bisa dibagi atas 2 kategori yaitu:
1. Kelompok pertama adalah orang-orang yang sadar akan adanya permasalahan yang terjadi dan mereka menganggapnya tidak penting dan memutuskan untuk mengabaikannya. Mereka berpikir situasi atau permasalahan diatas adalah hal yang normal dan bisa hilang dengan sendirinya. Mereka mungkin berpikir “Saya ada lebih banyak hal penting di pekerjaan atau bisnis yang perlu diurus dan diselesaikan dibanding permasalahan anak dan keluarga” . Mereka kadang juga berpikir “Urusan anak dan keluarga kan urusan istri, urusan saya kerja dan cari uang”. Atau mereka berpikir “Akan saya tangani dan carikan solusi nanti setelah ada waktu, sekarang masih sibuk!”. Intinya kelompok pertama ini menganggap permasalahan atau situasi yang terjadi ini tidak penting dan mengabaikannya. Mereka tidak menyempatkan waktu untuk berpikir, menganalisa dan berdiskusi untuk mencari tahu penyebab dan solusi dari permasalahan yang terjadi.
2. Kelompok kedua adalah orang-orang yang sadar akan permasalahan yang terjadi dan memutuskan untuk mencari informasi dan solusi untuk mengatasinya. Orang-orang di kelompok kedua ini sadar dan mengerti bahwa keluarga dan anak adalah hal penting dalam hidup mereka. Mereka juga sadar jika permasalahan anak dan keluarga yang terjadi tidak cepat diselesaikan, bisa jadi masalah akan semakin membesar. Mereka juga sadar jika permasalahan anak dan keluarga tidak diselesaikan, hal ini juga akan menganggu karir atau bisnis mereka. Sehingga orang-orang di kelompok ini bersedia untuk belajar dan mendengarkan nasehat dari orang-orang yang sudah berpengalaman mengatasi permasalahan yang ada.
Pertanyaan untuk Anda: Termasuk kelompok yang manakah Anda? Kelompok pertama atau kelompok kedua?
Kami sangat sangat berharap Anda termasuk kelompok yang kedua. Kami di Tim Sekolah Orangtua telah bertemu dengan banyak klien yang dulunya adalah orang-orang yang berada di kelompok pertama. Mereka tahu ada permasalahan di keluarga atau anak mereka, menganggapnya tidak penting dan mengabaikannya. Ternyata masalah bukannya hilang tetapi malah menjadi semakin kompleks dan semakin parah. Umumnya saat sudah parah inilah, mereka baru mencari solusi. Tentu menyelesaikan masalah yang sudah parah dan kompleks jauh lebih sulit daripada menangani masalah saat awal. Kebanyakan mereka menyesal mengapa tidak dari dulu mencari solusi.
Contoh-contoh kasus permasalahan yang sudah terlanjur parah dan kompleks diantaranya seperti:
• Anak saat marah langsung memukul temannya atau memaki-maki dengan bahasa jorok.
• Anak jika tidak dituruti kemauannya menangis keras-keras dan bergulung-gulung di lantai sampai keinginannya dipenuhi.
• Anak tidak suka kumpul dengan orangtuanya. Lebih senang kumpul dengan suster atau temannya.
• Anak ikut gang sekolah dan bahkan terlibat narkoba.
• Anak sudah tidak mau mendengar nasehat orangtuanya. Jika dinasehati langsung pergi.
• Anak boros, semua uang jajan dan uang saku ludes, tidak bisa menabung sama sekali.
• Anak sudah dewasa tetapi tidak memiliki motivasi untuk bekerja atau berbisnis. Maunya cuma santai-santai dan kumpul-kumpul dengan teman.
• Dan masih banyak lagi.
Permasalahan anak yang sudah parah juga sering diiringi dengan terjadinya pertengkaran dengan pasangan karena saling menyalahkan dan tidak satu visi dalam mendidik dan menasehati anak. Jika permasalahan sudah menjadi kompleks dan parah seperti ini, tentu tidaklah mudah untuk menyelesaikannya.
Oleh sebab itu kami di Tim Sekolah Orangtua sangat berharap Anda termasuk di kelompok kedua yaitu Anda sudah proaktif mencari informasi dan solusi saat permasalahan masih kecil atau masih tahap awal. Jauh lebih baik lagi Anda sudah belajar dan membekali diri dengan pengetahuan, alat-bantu dan kebijaksanaan sebelum terjadi permasalahan pada anak dan keluarga Anda. Peribahasa lama “sedia payung sebelum hujan” memang sangatlah tepat.
Kami di Sekolah Orangtua ingin Anda memiliki keluarga yang bahagia. Kami tidak ingin Anda menjalani kehidupan dengan ketidak-bahagiaan karena hidup sangatlah singkat. Kami tidak ingin Anda melewatkan waktu-waktu paling berharga di hidup Anda, yaitu bersama keluarga tercinta Anda.
Keluarga adalah tempat dimana Anda akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya. Waktu-waktu bersama orang-orang yang Anda cintai adalah waktu-waktu yang berharga yang jangan sampai terlewatkan dalam hidup Anda. Tidak ada keberhasilan di karir dan bisnis yang bisa mengalahkan perasaan yang didapat dari keberhasilan membangun keluarga yang harmonis dan bahagia lahir batin.
Program Super Family Class dari Sekolah Orangtua dirancang untuk memberikan pengetahuan, kebijaksanaan dan alat-bantu ke para orangtua baik yang belum memiliki permasalahan maupun bagi orangtua yang sedang menghadapi permasalahan. Program ini dirancang berdasarkan pengalaman praktek lebih dari 12 tahun dalam menangani permasalahan anak dan keluarga, jadi minim teori yang hebat tapi sulit dipraktekkan.
Jadi apa yang akan Anda pelajari dan dapatkan di Super Family Class?
• Apa hal –hal terpenting yang bisa membuat anak Anda sukses menjalani hidupnya namun jarang dilakukan oleh para orangtua.
• Bagaimana menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga sehingga tiap anggota keluarga memiliki “inner motivation” untuk meraih yang terbaik bagi diri mereka dan keluarga?
• Bagaimana memunculkan dukungan dari anak-anak untuk mengaktifkan Wealth and Abundance Magnet dari orangtua?
• Memahami diri sendiri, anak dan pasangan sebagai jembatan membangun komunikasi efektif melalui tipologi kepribadian, pemenuhan tangki cinta dan kebutuhan emosi dasar.
• Memunculkan Inner Motivation dalam diri anak dan pasangan melalui “the magic of communication”
• Menciptakan “Super Family System” yang akan membuat setiap anggota keluarga termotivasi meraih yang terbaik dalam hidupnya
• Mengajarkan dan menanamkan kebiasaan dan prinsip pengelolaan uang yang benar ke anak sedini mungkin agar anak dapat sukses secara finansial saat dewasa nanti.
• Melakukan diagnosa harga diri anak dalam waktu 30 detik
• Menggunakan ‘rapor keluarga’ untuk memonitor perkembangan anggota keluarga
• Menggunakan ICT (Instant Change Technique) untuk :
o Menghilangkan emosi negatif dalam hitungan detik saat menghadapi anak atau situasi kehidupan lain
o Memeriksa apakah hasil terapi telah sampai dan diterima pikiran bawah sadar
o Memeriksa seberapa dalam keyakinan kita / anak kita akan suatu impian / goal / target dan bagaimana mengoreksinya apabila tidak sesuai
o Meningkatkan kesadaran dan kebijaksanaan diri menjalani kehidupan
Program Super Family Class merupakan program pembelajaran terpadu selama 8 bulan dimana peserta akan mempelajari materi dari berbagai format, yaitu:
• Sesi tatap muka selama 2 hari. Kelas kami batasi agar lebih efektif karena terdapat sesi terapi bagi para orangtua.
• Pembelajaran secara online yaitu akses ke Super Family Online Class via internet dimana tim Sekolah Orangtua telah menyusun kurikulum training selama 34 minggu (8 ½ bulan). Anda juga dapat melakukan tanya-jawab tentang materi yang ada ke Tim Sekolah Orangtua.
• DVD Video dan CD Audio yang menjadi pendukung materi Super Family Class.
Program Super Family Class ini akan menjadikan keluarga Anda sebagai sebuah Super Family!

Jadwal Super Family Class terdekat
Jakarta:
Hari/Tanggal : Sabtu & Minggu - 28 dan 29 Agustus 2010
Waktu : 08.00 – 17.00

Trainer dan narasumber:
• Ariesandi Setyono, CHt (Penulis buku laris Hypnoparenting, Mathemagics, Rahasia Mendidik Anak agar Sukses dan Bahagia, Pendiri Sekolah Orangtua dan Akademi Hipnoterapi Indonesia, Family Hypnotherapist yang aktif menangani klien sejak 1995)
• Sukarto, S.Kom - Pendiri Sekolah Orangtua dan Pakar di bidang Smart Financial for Children
Investasi:
• Rp 2.500.000,- per orang
• Harga Khusus Rp 4.000.000,- untuk 2 orang untuk kehadiran bersama pasangan (suami/istri) - Hemat Rp 1.000.000,- dari harga normal.
Sudah termasuk:
• 1 x Makan Siang dan 2 x Coffee Break
• Akses ke Super Family Online Class (Gold level) selama 34 minggu (8 ½ bulan) senilai Rp 1.000.000,- sebagai pelengkap materi Super Family Class yang diajarkan di sesi tatap muka.
• Produk Sekolah Orangtua senilai Rp 200.000,- sebagai pelengkap materi Super Family Class yang diajarkan di sesi tatap muka.
Silahkan isi form pendaftaran di bawah ini dengan lengkap:
Email : *

Nama Lengkap : *

Batch : Jakarta (28-29 Agustus 2010)*

Datang Sendiri / Berpasangan : Sendiri Berpasangan *

Informasi Data Pribadi Anda
No. Handphone : *

Alamat : *

Kota : *

Kode Pos : *

Propinsi : *

Informasi Data Pasangan Anda (Bila Mendaftar Berpasangan)
Email : *

Nama Lengkap : *

No. Handphone : *

Masukkan kombinasi huruf & angka yang tertera :





* Wajib diisi
Hubungi Customer Service Sekolah Orangtua jika mengalami kesulitan
• Via email ke CS@sekolahorangtua.com
• Via telpon ke 031-71559997, 031-5941439
• Via SMS ke 0819807601
• Via Yahoo Messenger
Copyright © 2009 SekolahOrangtua.com - Pusat Pendidikan Keluarga. All Rights Reserved.
Customer Service: Telp 031-5941439 / 031-7155 9997 - SMS: 0819 807601 - Support Dept

Pertengkaran Orangtua Menciptakan Hambatan Mental Pada Anak

Posted by CS SekolahOrangtua
Jam menunjukkan pukul 19.00 ketika seorang klien yang sebelumnya telah mengadakan janji temu masuk ke ruang terapi saya. “Selamat malam Pak…., apa kabar, apa yang dapat saya bantu untuk Bapak” sapa saya mengawali pembicaraan. Dengan suasana santai dan nyaman, klien tersebut kemudian menceritakan permasalahan yang tengah dialami seputar usaha pribadi yang dimilikinya.
“Saya bukan berasal dari keluarga kaya Pak” lanjutnya dalam pembicaraan kami. “Semuanya saya awali dari nol dengan modal usaha yang sangat minim”. “Hingga akhirnya saya dapat terus berkembang membangun usaha sendiri yang saat ini memiliki banyak cabang di Jogjakarta”.
Dari cerita klien tersebut saya kemudian justru mendapatkan satu inspirasi yang sangat luar biasa. Berawal dari statusnya yang hanya sebagai pegawai biasa di sebuah counter handphone dengan gaji pas-pas an hingga akhirnya memiliki usaha sendiri dengan banyak cabang, ditambah beberapa mobil dan rumah mewah, dengan usia yang relatif masih muda, jauh dibawah saya. Wow menarik bukan?
“Beberapa waktu ini usaha yang saya jalankan sedikit mengalami hambatan, Pak” ujarnya. “Saya merasa bahwa harusnya saya bisa lebih maju dan berkembang. Namun sekarang ini rasanya kok mandek ya, stuck nggak bergerak. Masa dalam dua tahun terakhir ini tidak ada perkembangan sama sekali?”….. “Memang sih hasilnya masih cukup baik, namun dengan kapasitas modal dan karyawan yang ada, harusnya terjadi peningkatan juga dalam usaha saya ini. Kalau tidak nanti ke depannya akan semakin berat dalam persaingan”
Pembicaraan terus berlanjut dan saya mencoba menggali informasi lebih banyak lagi. Pada akhirnya saya menemukan suatu penjelasan yang cukup unik yang saya rasakan sebagai sumber penyebab dari tidak berkembangnya usaha yang dijalankan tersebut.
Begini ceritanya, setelah menempati kantor baru sebagai pusat kegiatan usahanya tiga tahun lalu, banyak rekan dan sahabat yang datang berkunjung hampir setiap hari. Wajar saja bila pada akhirnya mereka sangat kagum dengan perkembangan dan hasil yang telah dicapai oleh klien saya ini. Mengingat bagaimana kondisinya sejak awal merintis usaha, mungkin tidak salah bila saya istilahkan “from zero to hero” he he he… Mau tak mau pujianpun mengalir dari masing-masing teman dan sahabatnya. “Wah anda memang hebat ya Pak”, “Sukses yang luar biasa Pak”, “Bisnis anda sangat besar sekali” adalah beberapa komentar dan pujian yang sering disampaikan padanya.
Namun bagaimana cara klien saya menanggapinya ternyata justru menjadi bumerang di kemudian hari yang tidak pernah disadarinya. “Ah enggak kok” jawabnya. Atau “Biasa aja lah”, “Jangan terlalu memuji”, “Saya masih belum apa-apa”, “Ah saya nggak ada apa-apanya”, jawaban-jawaban inilah yang sering dan berkali-kali klien saya ucapkan menanggapi pujian-pujian tersebut. Dan itu terus berlanjut hingga saat sebelum bertemu saya.
Yang menarik adalah mengapa klien mengucapkan itu berkali-kali? Bukankah ini memperkuat atau bahkan bisa menyebabkan mental blok baru? Sebab dengan mengacu pada prinsip kerja pikiran, sesuatu yang dilakukan berulang kali (repetisi) secara konsisten, maka hal tersebut dapat menjadi suatu hal yang diyakini (belief). Dalam konteks bila keyakinan itu bersifat negatif, secara otomatis akan menjadi mental block yang menghambat kemajuan diri kita dan apa yang kita lakukan.
Nah saya mulai menggali lebih dalam mengapa klien mengucapkan itu berkali-kali. Saya menanyakan beberapa pertanyaan untuk mempertajam analisa dan dugaan saya tentang proses terbentuknya mental blok itu. Saya tanya lebih detail apa perasaannya saat mengucapkan kalimat tersebut sebab bila kita perhatikan jawaban-jawaban yang diberikan klien saya ini dalam menanggapi pujian yang ditujukan kepadanya, semuanya berkonotasi negatif bukan?
Saya paham bahwa sebagai orang timur dan khususnya karena klien saya ini berasal dari Jogjakarta, mungkin maksud dari jawaban tersebut adalah untuk menunjukkan kerendahan hati dan menghindari kesan sombong atau tinggi hati. Namun intuisi saya sebagai terapis menangkap sesuatu yang sepertinya menjadi petunjuk penting untuk menyelesaikan kasus ini. Lagi pula suatu kalimat yang diulang berkali-kali dapat berubah menjadi belief dan mental blok yang benar-benar diwujudkan secara tidak sadar. Bahwa usahanya itu masih biasa saja, masih belum apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Disinilah terjadi proses sabotase diri yang tidak pernah disadari klien sama sekali.
Singkat cerita saya kemudian melakukan terapi pada klien saya tersebut untuk menghilangkan belief dan mental blok yang menjadi penghambat kemajuan usahanya.
Dengan salah satu tehnik terapi yang saya pelajari di kelas Akademi Hipnoterapi Indonesia, saya menemukan root cause atau akar permasalahan yang menyebabkan atau melatar belakangi ucapan-ucapan tersebut.
Ternyata kejadian yang memicu semua ini dialami oleh klien saya pada saat dia berusia delapan tahun. Klien melihat pertengkaran kedua orangtuanya untuk yang kesekian kalinya. Namun yang kali ini dilihatnya adalah yang paling heboh dan seru hingga akhirnya kedua orangtuanya bercerai dan usaha mereka mengalami kebangkrutan.
Kejadian ini begitu membekas, memunculkan perasaan tidak berdaya, tidak mampu, tidak percaya diri, tidak dapat berbuat apa-apa atas peristiwa yang terjadi. Sebagai seorang anak ia tentu mengharapkan kedua orangtuanya rukun. Namun apa daya ia tak sanggup membuat itu terjadi. Dan …… bennnnngggggg! Sebuah perasaan tak mampu terbentuk melalui serangkaian self talk pada anak tak berdaya ini. Ditambah dengan emosi negatif yang dirasakan saat itu maka lengkaplah sudah proses terbentuknya citra diri pada si anak. Citra diri – saya tak mampu, saya biasa saja – ini tertanam kuat dalam memori pikiran dan berguna sebagai landasan berpikir dan bertindak saat anak kecil 8 tahun ini beranjak dewasa.
Citra diri inilah yang kelak akan terwujud dalam kehidupan seseorang. Ini seperti sebuah ramalah yang menjadi kenyataan.
Akhirnya saya membantu klien melihat kejadian itu dengan sudut pandang berbeda dan kemudian memaknai ulang peristiwa tersebut dengan kesadaran dewasanya. Lalu setelah itu saya minta klien membantuk gambaran mental baru yang ia inginkan dengan teknik tertentu juga yang terlalu teknik diceritakan di sini. Singkat cerita terapi berakhir dan klien merasa plong. Seakan sebuah batu besar yang selama ini digendong kemana-mana telah diletakkan dan tak perlu dibawa lagi.
Dua bulan setelah sesi terapi berakhir, di awal Juni 2010 saya mendapatkan kabar bahwa usaha yang dijalankan oleh klien saya mulai ada peningkatan dan berjalan sesuai yang diharapkan. Pesanan tiba-tiba saja datang dari pihak-pihak yang tidak pernah berhubungan sama sekali. Bahkan kinerja karyawan pun membaik. Malah pada akhirnya klien saya ini menyampaikan bahwa dia sedang mengatur waktu dan meminta saya untuk memberikan training beserta sesi terapi untuk keseluruhan karyawannya.
Kasus klien saya ini mengingatkan saya pada cerita Aladin dan lampu wasiat. Dimana Sang Jin akan mewujudkan dan mengabulkan permintaan yang disampaikan. “Your wish is my command”.
Demikian juga dengan hukum yang ada di alam semesta ini. Bukankah apa yang kita pikirkan dan ucapkan adalah apa yang akan kita dapatkan dan diwujudkan dalam hidup kita? Oleh karenanya berhati-hatilah dengan apa yang Anda pikirkan dan ucapkan, karena semuanya dapat menjadi suatu keyakinan yang akan diwujudkan dalam kehidupan nyata.
Dan setelah menyadari dampak dari ucapan dan pikiran yang muncul maka carilah dengan kesadaran diri awal mula mengapa itu terjadi. Tak ada sebuah akibat terjadi tanpa sebab, betul?
Bagaimana jika kesadaran diri kita tak sanggup menjangkau area dimana penyebab itu terjadi? Nah itulah saatnya kita membutuhkan pihak profesional untuk mencari dan melepaskan beban emosional tersebut.
Salam hangat penuh cinta untuk para orangtua Indonesia
Andreas S.(Certified Trainer Sekolah Orangtua Jogjakarta dan Champion Mindset Coach)

Paket Effective Communication in Parenting

Harga Spesial - PKT002
Tahukah Anda bahwa hampir 85% permasalahan pada anak terjadi akibat cara komunikasi orangtua yang salah?
Anak malas belajar, suka berbohong, tidak punya semangat, tidak disiplin dan minder adalah beberapa contoh permasalahan yang timbul akibat cara komunikasi orangtua yang salah ke anak.
Sedangkan orangtua yang mengerti cara berkomunikasi yang benar akan memiliki anak yang tumbuh percaya diri, disiplin, memiliki motivasi dari dalam diri dan akan mengalami minim permasalahan pada anaknya.
Paket Effective Communication in Parenting adalah kompilasi produk-produk terbaik kami tentang topik cara berkomunikasi secara benar dan efektif pada anak, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Beberapa materi di dalam paket ini diambil dari Parenting Home Course.
Setiap anak adalah unik dan berbeda baik dari sisi kepribadian, karakter maupun kebutuhan emosinya. Di paket pembelajaran ini, Anda akan belajar dan mengetahui hal-hal seperti:

• Apa tipe kepribadian anak Anda sehingga Anda bisa mengetahui apa yang disukai atau dibenci oleh anak Anda. Anda juga akan mengerti bagaimana memberikan motivasi sesuai dengan tipe kepribadian anak Anda.
• Cara salah yang sering digunakan orangtua dalam menasehati anaknya sehingga anak bisa tumbuh menjadi seseorang yang sering ragu-ragu, tidak percaya diri dan sulit mengambil keputusan.
• Cara berkomunikasi agar anak bisa mendengarkan dan fokus dengan apa yang disampaikan orangtua.
• Apa bahasa cinta anak Anda? Mengetahui hal ini akan membuat anak Anda benar-benar merasa dicintai oleh orangtuanya.

Menghadapi Ledakan Emosi Anak.

Tingkah laku kemarahan anak Anda yang masih kecil tidak kunjung berhenti juga hari itu. Terdengar jeritan tingginya begitu memekakkan telinga. Dan banyak barang telah menjadi sasaran kemarahannya. Semua tindakan orangtua jadi salah. Secara naluriah, Anda ingin pergi meninggalkan situasi seperti ini bukan?? Namun ini bukanlah pilihan bijaksana. Pastilah ada solusi pemecahannya.
Hiruk-pikuk si kecil yang sedang berteriak dan menendang ini dapat membuat kita, para orangtua, frustasi. Bagaimana menghadapi situasi ini? Alih-alih melihat kemarahan sebagai suatu bencana, mari kita coba melihat kemarahan sebagai kesempatan untuk belajar.
Kenapa Emosi Anak-anak Bisa Meledak?
Ada berbagai perilaku ledakan emosi, mulai dari menangis dan melolong hingga menjerit, menendang, memukul, maupun menahan nafas kuat-kuat. Ledakan emosi biasanya terjadi dari usia 1 hingga 3 tahun, baik anak laki maupun perempuan. Temperamen anak-anak berubah secara dramatis, jadi beberapa anak mungkin mengalami ledakan emosi secara berkala, sedangkan yang lain mungkin hanya jarang-jarang saja.
Bahkan anak kecil yang baik sekalipun terkadang bisa mengalami ledakan emosi yang sangat kuat. Ini adalah bagian pengembangan diri yang normal dan tidaklah perlu dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Perlu disadari bahwa anak-anak belum memiliki kemampuan kontrol diri seperti orang dewasa.
Bayangkan bagaimana rasanya saat Anda butuh untuk mengoperasikan sebuah DVD Player dan tidak bisa melakukannya, tidak peduli betapa kerasnya Anda mencoba. Hal ini disebabkan karena Anda tidak mengerti cara melakukannya. Sangatlah membuat frustasi, bukan? Beberapa dari kita mungkin mengomel, melemparkan buku petunjuk pengoperasian, membanting pintu dan lain sebagainya. Itu adalah luapan emosi versi orang dewasa. Nah anak-anak juga mencoba menguasai dunia mereka, dan di saat mereka tidak bisa melakukan sesuatu, sering kali mereka menggunakan satu cara untuk melampiaskan kejengkelan mereka, yaitu meluapkan emosinya.
Beberapa penyebab dasar dari ledakan emosi yang sering dikenali adalah kebutuhan akan perhatian, lelah, lapar, ataupun perasaan tidak nyaman. Sebagai tambahan, ledakan emosi ini adalah akibat frustasinya si anak karena mereka tidak bisa mendapatkan sesuatu (misalnya suatu benda ataupun perhatian orangtuanya) untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Frustasi merupakan suatu bagian dari hidup mereka yang tidak bisa dihindarkan sembari mereka mempelajari bagaimana manusia, benda, dan tubuh mereka bekerja.
Ledakan emosi juga umum dialami saat usia 2 tahun, saat di mana anak-anak belajar menguasai bahasa. Mereka mengerti akan sesuatu namun susah untuk mengatakannya karena keterbatasan bahasa. Bayangkan bila kita tidak bisa mengkomunikasikan kebutuhan kita kepada seseorang; ini adalah pengalaman buruk yang bisa memicu emosi. Dengan meningkatnya kemampuan berkomunikasi, ledakan emosi ini cenderung menurun.
Penyebab lain dari ledakan emosi terjadi saat anak harus melewati suatu masa dimana kebutuhan akan otonomi meningkat. Di masa ini mereka ingin mendapatkan suatu kebebasan dan pengendalian. Sebenarnya hal ini adalah kondisi yang bagus untuk memupuk semangat berjuang, di mana seringkali anak berpikir “aku bisa mengerjakannya sendiri” atau “aku mau itu, berikan itu padaku”. Nah, saat mereka merasa bahwa mereka tidak bisa mengerjakan atau tidak bisa memperoleh apa yang mereka inginkan, maka ledakan emosi bisa terpicu.
Menghindari Ledakan Emosi Kemarahan
Cara terbaik untuk mengatasi ledakan emosi adalah dengan menghindarinya bilamana memungkinkan. Berikut ini adalah strategi yang bisa membantu:
• Pastikan anak Anda tidak bersandiwara hanya karena dia tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Bagi seorang anak, perhatian negatif (reaksi orangtua terhadap ledakan emosi kemarahannya) adalah lebih baik ketimbang tidak ada perhatian sama sekali. Cobalah untuk membiasakan diri mengenali perilaku baik sang anak dan memberikan penghargaan atas perilaku baiknya.
• Cobalah memberi anak-anak tersebut suatu kontrol atas hal-hal kecil yang mereka sanggup lakukan. Hal ini akan memenuhi kebutuhan mereka akan kebebasan dan mengurangi ledakan emosi kemarahan secara drastis. Tawarkan pilihan kecil seperti “Apakah kamu mau jus jeruk atau jus apel?” atau “Apakah kamu mau menggosok gigi sebelum atau setelah mandi?”. Dengan cara ini, Anda tidak bertanya “Apakah kamu mau menggosok gigi sekarang?” yang tanpa bisa dihindari akan dijawab oleh sang anak dengan “Tidak”.
• Simpan dengan baik benda-benda berbahaya agar di luar jangkauan anak-anak, jauhkan dari pandangan mata ataupun jangkauan tangan mereka; sehingga mereka tidak perlu berjuang begitu keras untuk mendapatkan benda-benda tersebut. Tentu saja hal ini tidaklah mungkin bisa dilakukan setiap waktu, khususnya di luar rumah di mana lingkungan tersebut tidaklah bisa dikendalikan.
• Alihkan perhatian sang anak. Manfaatkan rentang perhatian anak yang pendek dengan menawarkan barang pengganti ataupun memulai aktivitas baru untuk menggantikan aktivitas yang berpotensi membuat frustasi ataupun yang dilarang. Atau bisa juga dengan mengganti suasana dengan membawa mereka ke ruang lain.
• Tatkala anak-anak bermain atau berusaha menguasai suatu tugas baru, aturlah agar mereka bisa mengalami keberhasilan setahap demi setahap. Berikan mainan yang sesuai dengan umurnya. Juga mulailah dengan sesuatu yang sederhana dan mudah sebelum melanjutkannya dengan tugas yang lebih menantang.
• Pertimbangkan permintaan anak dengan seksama. Apakah permintaan ini terlalu berlebihan atau tidak? Pertimbangkan dengan baik, penuhi permintaan tersebut bilamana tidak berlebihan.
• Ketahui limit/batasan anak Anda. Jika Anda tahu anak sedang lelah, maka tidaklah tepat untuk mengajaknya berbelanja ataupun memintanya melakukan satu tugas lagi.
Jika anak masih mengulangi aktivitas yang dilarang padahal membahayakan, peganglah sang anak dengan kuat untuk beberapa menit. Tatap matanya dan katakan Anda tidak mengijinkan tindakannya. Tetaplah konsisten. Anak-anak harus mengerti bahwa Anda serius untuk masalah yang berkaitan dengan keamanan.
Taktik Menghadapi Ledakan Emosi Kemarahan
Hal terpenting yang harus diingat tatkala berhadapan dengan seorang anak yang sedang marah, tidak peduli apa sebabnya, adalah tetap bersikap tenang. Jangan memperparah keadaan dengan rasa frustasi Anda. Anak-anak bisa merasakan saat orangtua mereka menjadi frustasi. Hal ini bisa membuat frustasi mereka menjadi lebih parah. Tarik nafas dalam-dalam dan cobalah untuk berpikir lebih jernih. Anak Anda meniru teladan Anda. Memukul anak tidaklah membantu dalam situasi seperti ini; karena anak akan menangkap pesan bahwa kita bisa menyelesaikan masalah dengan pukulan. Milikilah kontrol diri yang cukup.
Pertama, coba pahami apa yang sedang terjadi. Ledakan emosi kemarahan harus ditangani secara tersendiri tergantung dari penyebabnya. Cobalah untuk mengerti penyebabnya. Misalnya ketika anak Anda sedang mengalami kekecewaan besar, Anda perlu berempati dengannya sebelum mengarahkan tindakan dan sikap selanjutnya.
Situasinya akan berbeda saat menghadapi ledakan emosi dari seorang anak yang mengalami penolakan. Sadarilah bahwa anak kecil belum memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu alasan dengan baik, sehingga Anda mungkin tidak menerima penjelasan yang memuaskan. Mengabaikan ledakan amarah mereka adalah satu cara untuk menangani hal ini dengan catatan ledakan emosi ini tidak membahayakan anak Anda ataupun orang lain. Lanjutkan saja aktivitas Anda setelah memberikan perhatian sesaat, biarkan ia berkutat sendiri dengan perasaannya namun masih dalam jarak pandangan Anda. Jangan tinggalkan anak kecil Anda sendirian, bila tidak, dia akan merasa ditinggalkan dengan emosi yang masih belum terkontrol. Ingat cara ini tidak selalu berhasil namun untuk kasus ringan bisa jadi sangat membantu.
Nah ceritanya akan sangat berbeda jika anak-anak yang sedang marah tersebut berada dalam bahaya karena menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Sebaiknya anak ini dibawa ke tempat yang tenang dan aman untuk ditenangkan. Hal ini juga berlaku untuk ledakan emosi yang terjadi di tempat umum.
Anak-anak yang lebih besar cenderung memanfaatkan ledakan emosi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Apalagi jika mereka telah mengetahui taktik ini berhasil sebelumnya. Jika anak-anak tersebut telah bersekolah, adalah pantas untuk meminta mereka ke kamar mereka untuk menenangkan diri dan memikirkan perilakunya. Ketimbang menggunakan batasan waktu tertentu, orangtua bisa meminta mereka tetap berada di kamar hingga mereka telah bisa mengendalikan diri. Ini adalah pilihan untuk penguasaan di mana anak belajar untuk mengendalikan diri dengan tindakan mereka.
Setelah Badai Kemarahan
Terkadang seorang anak mengalami kesulitan menghentikan kemarahannya. Dalam kasus ini, kita bisa bantu mereka dengan berkata “Saya akan membantu menenangkanmu sekarang”. Tapi jangan beri penghargaan kepada anak Anda setelah kemarahannya dengan mengalah. Hal ini hanya akan membuktikan kepada anak Anda bahwa ledakan emosi adalah efektif untuk memaksakan kehendaknya. Sebagai gantinya, puji anak Anda atas keberhasilannya mengendalikan diri.
Setelah kemarahan, anak juga menjadi peka ketika mereka mengetahui bahwa mereka tidak lagi berlaku manis. Nah inilah saat yang tepat untuk memeluk mereka dan meyakinkan bahwa mereka tetap dicintai tanpa syarat.
Penjelasan detail mengenai hal ini bisa juga Anda dapatkan dalam materi Parents Club Multimedia Course dalam bentuk DVD/CD beserta petunjuk pelatihannya.

Bukan Omong Kosong

rENUNGAN

Summary:ersys
SEPULUH CIRI ORANG BERPKIR POSITIF


1. MELIHAT MASALAH SEBAGAI TANTANGAN
Bandingkan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat maka dia akan berpikir hidupnya adalah menjadi orang yang paling sengsara di dunia.

2. MENIKMATI HIDUP
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati

3. PIKIRAN TERBUKA UNTUK MENERIMA SARAN DAN IDE
Pikiran terbuka membutuhkan kebesaran hati dan tentu kesabaran. karena dengan begitu, akan ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

4. MENGHILANGKAN PIKIRAN NEGATIF SEGERA SETELAH PIKIRAN ITU TERLINTAS DI BENAK
Suatu kendala yang sebetulnya bisa diatasi dengan kepala dingin jika sudah dilandasi dengan pikiran negatif ternyata hanya akan menimbulkan masalah baru.

5. MENSYUKURI APA YANG DIMILIKI
Hindari berkeluh kesah tentang apapun yang tidak dimiliki karena justru akan menjadi beban. sebaliknya jadikan hal itu sebagai motivasi untuk meraih hidup yang diharapkan.

6. TIDAK MENDENGAR GOSIP YANG TAK MENENTU
Sudah pasti gosip erat sekali dengan berpikir negatif. karena itu sebisa mungkin jauhi gosip-gosip yang tak jelas asalnya.

7. TIDAK MEMBUAT ALASAN TETAPI AMBIL TINDAKAN
NATO ( No Action, Talk Only ) itu adalah ciri khas orang berpikir negatif. maka ambilah tindakan dan buktikan bahwa anda bisa mengatasi masalah sebagai orang yang berpikir positif.

8. MENGGUNAKAN BAHASA YANG POSITIF
Saat kita berkomunikasi dengan orang lain gunakan kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme sehingga dapat memberikan semangat terhadap lawan bicara kita

9. MENGGUNAKAN BAHASA TUBUH YANG POSITIF
Diantara bahasa tubuh yang lain senyum merupakan wujud dari berpikir positif karena akan menimbulkan kesan bersahabat dan akan menjadi lebih akrab dengan suasana.

10. PEDULI PADA CITRA DIRI
Itu sebabnya, mereka berusah tampil baik bukan hanya di luar tetapi juga di dalam.

Itulah sepuluh tanda orang berpikir positif semoga artikel diatas bermanfaat untuk anda. jadilah orang yang berpikir positif dalam menyelesaikan masalah sehingga kita tidak akan terbebani dengan hidup ini.



10 ciri orang berpikir positif Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/social-sciences/1901760-10-ciri-orang-berpikir-positif/