Selasa, 04 Mei 2010

Membina Keterampilan Etika Berbahasa untuk Pribadi Suksesi

Membina Keterampilan Etika Berbahasa untuk Pribadi Suksesi
Pangesti Wiedartiii
1. Pengantar
Keterbiasaan kita menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari membuat bahasa
demikian menyatu dengan kehidupan kita. Rasa menyatu yang lekat itu kadangkala membuat kita
merasa bahasa tidak lebih merupakan bagian keseharian yang diperoleh secara alami karena
lingkungan kita menciptakan situasi tersebut. Tetapi, sesungguhnya bahasa bukan hanya bagian
dari keseharian kita, melainkan benar-benar suatu alat yang amat berperan dalam pengembangan
keilmuan dan pengembangan karir kita (Sakri, 1988; Bhatia, 1993).
Dalam sepanjang hidup kita, pengembangan ilmu dan karir amat terpadu, baik itu dalam
dunia kependidikan maupun karir non-kependidikan. Beda dari kedua bidang ini adalah bidang
kependidikan lebih menekankan kepada pengembangan dan eksplorasi teori, sedangkan bidang
nonkependidikan banyak berorientasi kepada keperluan praktis (tetapi dari keperluan praktis ini
dapat dilakukan uji teori di lapangan yang kemungkinan dapat menyempurnakan teori, membuat
suatu delicacy, atau bahkan melahirkan teori-teori baru). Kedua bidang ini melahirkan teks
(struktur dan penggunaan bahasa) yang sedikit berbeda dalam karakteristiknya.
Oleh karena bahasa amat berperan dalam pengembangan ilmu dan karir kita, mampu
memanfaatkan bahasa untuk mengembangkan keduanya menjadi mutlak diperlukan. Pertanyaan
yang muncul kemudian adalah bagaimana kita memanfaatkan bahasa secara maksimal bagi kedua
tujuan tersebut dengan sukses?
2. Negosiasi untuk Memenangkan Transaksi
Pada umumnya, semua komunikasi kita -baik dalam bidang kependidikan maupun
nonkependidikan- mengarah kepada kemampuan untuk bernegosiasi agar dapat memenangkan
transaksi. Dalam bidang kependidikan, salah satu contohnya adalah bagaimana para akademisi
berupaya mampu memenangkan proposal yang ditulisnya (Swales, 1990) agar mendapatkan dana
penelitian. Untuk keperluan ini, akademisi harus mampu menggunakan kemampuan berbahasa
tulisnya untuk menulis proposal sesuai tuntutan scheme (gaya selingkung) yang disyaratkan calon
pemberi dana (Bhatia, 1994), dan pada gilirannya ketika proposal tersebut lolos dalam desk
evaluation, mereka harus mampu menyajikan dan mempertahankan proposal tersebut di hadapan
para reviewer. Pada kedua tahap ini, kemampuan berkomunikasi tulis dan lisan (Halliday, 1985)
diperlukan dalam bernegosiasi untuk memenangkan transaksi. Komunitas wacana (discourse
community) dalam bidang kependidikan ini bervariasi, tetapi dapat diketahui bentuknya karena
bersifat senada dan ajeg. Karenanya, segala sesuatunya biasanya dapat diantisipasi. Kemampuan
mengantisipasi yang menghasilkan strategi itulah yang menjadi kekuatan tersendiri dalam
memenangkan transaksi.
Sementara itu, dalam bidang nonkependidikan, komunitas wacana yang muncul akan
bervariasi karena tuntutan masyarakat amat dinamis. Walaupun demikian, variasi itu dapat
diidentifikasi dengan cara mengamati fenomena yang muncul secara situasional (Eggins & Slade,
1997). Berikutnya, dapat dilihat pola wacana yang muncul untuk kemudian disikapi agar negosiasi
dapat dilakukan, dan transaksi pun pada gilirannya dapat dimenangkan.
Bagan komunikasi (Gambar 1, lihat halaman 4) menggambarkan bagaimana proses
negosiasi dan transaksi itu berlangsung dalam proses komunikasi (Wiedarti, 2006), baik tulis
maupun lisan.
3. Bahasa sebagai Sumber Pilihan dalam Kegiatan Berkomunikasi
Dalam melakukan negosiasi pada bagan proses komunikasi di atas, diperlukan
pemahaman terhadap konsep register dan genre (Wiedarti, 2004) yang digambarkan pada Gambar
2 di halaman 4.
Hal pokok yang perlu diperhatikan di sini adalah register yang terdiri dari field, tenor, dan
mode (Martin, 1992; Biber, 1995). Field berkaitan dengan bidang yang dibahas. Bidang ini akan
menjadi ciri khas komunitas wacana, misalnya teks dalam teknik mesin dan diknik teknik mesin
(Dudley-Evans & St John, 1998; Christie, F., & Martin, J. R. (Eds.), 1997; Rose, 1997). Tenor
berkaitan dengan pelibat wacana, yaitu siapa pembicara/penulis dan mitra bicara atau pembaca,
dan seberapa kedekatan hubungan personal di antara keduanya. Tenor akan mempengaruhi
pemilihan bahasa yang digunakan pelibat wacana dalam berkomunikasi.
Mode berkaitan dengan saluran komunikasi yang akan mempengaruhi karakter bahasa
yang digunakan, misalnya komunikasi via elektronik berbeda dengan komunikasi bahasa tulis
i Disampaikan pada “Pembinan Sukses Karir dan Bimbingan Klasikal Proyek Akhir Mahasiswa D3 dan S1 Angkatan
2004, Jurusan Diknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta”, 27 April 2007
i i Grad. Dipl & Master (applied lingusitics), Ph.D linguistics; dosen JPBSI FBS UNY
1


formal. Ketiganya ini dipengaruhi oleh konteks situasi yang berikutnya akan melahirkan penggu-
naan bahasa formal atau informal.
Pada tataran selanjutnya, yang perlu diketahui dan dikuasai adalah genre, yang
menyangkut struktur teks (tujuan sosial teks, struktur teks, dan unsur kebahasaan) . Menguasai
register dan genre menjadi penting agar komunikasi untuk memenangkan transaksi tercapai. Di
sinilah pelibat wacana harus tahu bahwa bahasa menawarkan berbagai bentuk dan makna yang
dapat dipilih sesuai konteks situasi dan konteks budaya (Fairclough, 1988; 1992).
4. Strategi Berkomunikasi:
a) Santun Berbahasa (Politeness)
Seorang pembicara harus tahu kepada siapa dia berbicara, dalam konteks situasi formal
atau informal, dalam latar budaya apa agar etika setempat dapat diterapkan sebagai bentuk dari
politeness (kesantunan berbahasa, termasuk paralinguistik/gestur), jenis saluran komunikasi
(elektronik: email, sms, telpon; lisan langsung, tertulis), dan tujuan berkomunikasi, langkah-langkah
berkomunikasi, dan unsur kebahasaan yang diperlukan dalam latar komunikasi terkait.
Politeness terdiri dua macam (Brown & Levinson, 1978). Pertama, negative politeness,
dilakukan ketika pembicara menyampaikan permohonan dengan cara negasi, misalnya: “Jika tidak
berkeberatan/merepotkan .......” yang dipilih pembicara untuk menghormati mitra bicara dalam
menentukan sikap. Dengan kata lain, paparan yang disampaikan adalah menggunakan teknik tidak
langsung. Kedua, positive politeness, dilakukan untuk memantapkan hubungan positif di antara
pelibat wacana, menghormati seseorang sesuai dengan konteks (status sosial dan atmosfir
hubungan). Misalnya, tindak tutur langsung seperti ungkapan “sumpah”, “sungguh” digunakan
dalam atmosfir hubungan dekat pelibat wacana karena ungkapan ini mengekspresikan kepedulian
terhadap nilai-nilai yang diyakini pembicara dapat diterima oleh mitra bicaranya.
Teknik politeness yang dapat digunakan antara lain:
i) ekspresi ketidakpastian dan ambiguitas melalui hedging, ungkapan tidak langsung, dan
eufemisme (kata-kata berkonotasi), contoh: “Kalau tidak salah, Ibu meletakkan flashdisk di laci
meja Ibu”
ii) tag question dalam pernyataan langsung: “Anda kemarin belanja ke pasar swalayan, bukan?”,
iii) menggunakan modal tags, misalnya ketika pembicara meminta informasi karena dia tidak yakin
“Anda belum transfer uang ke rekening bank saya, benar?”
iv) affective tags, misalnya: “Anda belum lama tinggal di sini, iya kan?
v) penghalus, untuk mengurangi tuntutan pembicara terhadap lawan bicara, misalnya: “Tolong
bawakan koperku, bisa kan/keberatan enggak?”
vi) facilitative tags, mengajak mitra bicara untuk memberikan komentar terhadap permintaan
pembicara, misalnya: “Anda dapat melakukan hal itu, iya kan?”
b) Teori Appraisal
Teori appraisal (Martin, 1996; Martin & Rose, 2003; White, 2001) dipahami sebagai
evaluative language. Bahwa, setiap seseorang berbahasa, sesungguhnya di baliknya terdapat
penilaian terhadap sesuatu yang dibicarakan. Penilai atau pembicara ini disebut appraiser, yang
dinilai disebut appraised, dapat berupa diri sendiri, orang lain, atau benda. Ihwal penilaian (negatif
atau positif) disebut affect (berkaitan dengan perasaan), appreciation (terhadap benda atau hal),
dan judgement (terhadap perilaku). Selain itu, terdapat aspek engagement yang berkaitan dengan
ekspresi ihwal setuju atau tidak setuju terhadap suatu pernyataan, dan graduation yang berkaitan
dengan bagaimana pernyataan itu diungkapkan, misalnya dengan tegas/langsung atau tidak
langsung.
Contoh:
(1) Direktur (Appraised) kita (Appraiser) prihatin (Affect) dengan masalah kemiskinan dan berkenan
memberikan (Judgement) beasiswa (Appreciation) bagi anak-anak kaum dhuafa.
(2) “Etos kerja karyawan perusahaaan Anda sangat bagus (Graduation:tegas). Saya puas (Affect)
dengan layanan yang diberikan (Appreciation).”
Jika seseorang memahami teori appraisal ini, dia dapat memanfaatkannya untuk memberikan
reward kepada orang lain, atau mengekspresikan opininya sesuai situasi dan karenanya dapat
merebut simpati banyak orang.
c) Instant Persuasion dan Healing Words
Di luar bidang bahasa, terdapat bidang lain yang memberi perhatian kepada pemakaian
bahasa bagi keperluan komunikasi secara umum di beberapa profesi dan hubungan interper-
sonal. Laurie Puhn (pembicara, mediator profesional, pembicara publik yang dinamis) dalam
bukunya Instant Persuasion (2005) menyampaikan pengalamannya tentang “Ucapan Anda adalah
Hidup Anda” menampilkan 35 aturan, yaitu: 1) tundukkan dengan senyum, 2) sebarkan gosip
positif, 3) keluhan yang berpengaruh, 4) mintalah maaf dengan dua cara, 5) jangan tawarkan
pepesan kosong, 6) perbaiki kesalahan, 7) jangan melihat sesuatu dari satu sisi, 8) cari solusi
faktual, 9) jaga lidahmu, 10) hati-hati dengan pujian bermakna ganda, 11) perbesar pujian, 12)
2







perjelas perjanjian, 13) simpan kritik Anda hingga waktu yang tepat, 14) jadikan orang lain sebagai
mitra Anda, 15) hargai orang lain dengan cara baru, 16) tunjukkan bahwa Anda peduli, 17) berikan
jawaban pasti, 18) siapkan bukti, 19) jangan terpancing, 20) hargai kritik, 21) dapatkan lampu hijau,
22) kendalikan amarah, 23) hindari janji kosong, 24) ciptakan kenyamanan di masa sulit, 25)
mintalah dan kamu akan menerimanya, 26) jangan manfaatkan orang lain, 27) tidak setuju tanpa
memusuhi, 28) jadilah tuan rumah yang bijak, 29) jangan menyerah di bawah tekanan, 30) jaga
privasi, 31) hati-hati ketika mengundang, 32) percakapan yang sehat, 33) katakan maksud Anda
dengan jelas, 34) hindari komentar yang tidak perlu, 35) bayar dengan perkataan.
Sementara itu, healing words (Dickson, 1993, Dossey, 1997) dikhususkan di bidang medis,
diharapkan dapat menimbulkan motivasi penyembuhan para pasien. Pasien tidak hanya
memerlukan obat dan perawatan melainkan juga memerlukan kata-kata yang menyembuhkan,
motivasi, dan dukungan yang menghibur dan menciptakan berpikir positif dalam berupaya kembali
sehat. Dalam keseharian kita healing words itu diperlukan dalam pemberian support.
5. Penutup
Komunikasi yang dilakukan seseorang didasarkan pada kemampuan berbahasanya (Halliday,
1979; Briggs & Bauman, 1992). Kemampuan berbahasa tidak lepas dari pilihan kata dan kalimat
yang sesuai konteks situasi serta budaya setempat ketika latar komunikasi terjadi.
Pada umumnya telah banyak orang menerapkan hal-hal di atas, tetapi banyak pula yang
menerapkannya tanpa menyadari betul strategi memanfaatkan penggunaan bahasa dalam latar
pengembangan ilmu dan karir. Dengan menerapkan semua “aturan” ini dan disertai kesadaran
akan kekuatan bahasa amat berpengaruh dalam kegiatan berkomunikasi, diharapkan akan ada
perubahan lebih baik dalam keterampilan berkomunikasi interpersonal.
PRO SES K O M U N I K ASI
transaksi-transaksi
negosiasi-negosiasi
E N C O D I N G
D E C O D I N G
TEXT
* tar ge t
P E MB AC A
P E NU LI S
* b i d a n g
pe mb ac a
TULI S
k e i l m u a n
* ke ter amp il an
* k e t e r a m p i la n
be rb ah a s a
b e r b a h a s a
* b id an g
L I SA N
P E ND E NG AR
P E MBI C AR A
* t i n g k a t
ke ilmu a n
p e n d i d ik an
e ncod ing – de codi ng e nc odin g - de codi ng
Gambar 1: Bagan Komunikasi
Gambar 2 Register dan Genre

Penelitian pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru

Penelitian pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
Suhardjono

1. Apa Arti Penelitian?
Penelitian (riset, research) dapat didfeinisikan kegiatan kajian suatu masalah dengan menggunakan metode ilmiah, secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal dan yang umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran, atau evaluasi suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi.
Ringkasnya, penelitian merupakan upaya pemecahan atau pemaparan masalah dengan menggunakan metode ilmiah, dan terdiri dari tiga elemen utama, yaitu (1) masalah, (2) teori, dan (3) pengumpulan dan analisis fakta empirik.
Apapun jenis penelitiannya, kegiatan penelitian memiliki tahapan kerja sebagai berikut (a) mendapatkan dan merumuskan masalah, (b) mengaji teori untuk merumuskan hipotesis atau menetapkan kriteria variabel dalam pengembangan / perancangan / pendiskripsian, (c) mengumpulkan fakta empirik, baik dengan menggunakan berbagai intrumen, melakukan perlakuan, atau dengan membuat produk tertentu, (d) menganalisis temuan fakta atau produk dengan kriteria teoritik untuk pengambilan kesimpulan, dan (e) menyimpulkan hasil dan mempublikasi hasil penelitiannnya.
Kegiatan penelitian timbul karena adanya sifat manusia yang selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut membawa permasalahan. Penelitian dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang membutuhkan jawaban ilmiah. Permasalahan penelitian dapat berupa pencarian teori, pengujian teori ataupun untuk mengasilkan suatu produk guna pemecahan masalah praktis yang berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.

2. Apakah masalah itu?
Definisi ‘masalah’ bermacam-macam. Di antaranya menyatakan bahwa ‘masalah’ terjadi bila ada ketidak-sesuaian atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara das Sollen dan das Sein, antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan.
Di kehidupan sering dijumpai masalah-masalah yang memerlukan jawaban dengan kriteria kebenaran tertentu. Sumber pengetahuan tidak hanya pikiran, tetapi juga intuisi, perasaan, dan juga wahyu. Dalam kehidupan sangat sering dijumpai masalah-masalah yang memerlukan jawaban dengan kriteria kebenaran tertentu. Hanya bila masalah tersebut membutuhkan kebenaran berkriteria keilmuan, maka masalah ini disebut masalah keilmuan. Masalah seperti itulah yang semestinya memerlukan jawaban dengan kerangka berpikir tertentu, yaitu digunakannya metode keilmuan, atau memerlukan kegiatan penelitian (ilmiah) dalam mencari jawaban dan pemecahannya.
Meskipun diketahui bahwa masalah keilmuan cukup banyak terdapat di lingkungan kita, namun sering dirasakan betapa sulitnya mengidentifikasikan, memilih dan merumuskan masalah. Kesulitan pertama adalah, darimana kita mendapatkan masalah untuk penelitian kita?
Terdapat berbagai sumber untuk “mendapatkan” masalah. Masalah-masalah keilmuan sangat banyak dijumpai melalui bacaan. Bacaan yang berupa laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, jurnal umumnya sarat dengan informasi yang mengungkapkan pula berbagai masalah keilmuan yang menarik.
Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah juga merupakan ladang masalah penelitian yang subur. Melalui kegiatan tersebut, acapkali terlontar berbagai masalah penelitian yang sudah jadi yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai masalah penelitian. Masalah penelitian dapat tergali melalui hasil pengamatan. Dari pengamatan akan timbul berbagai pertanyaan-pertanyaan yang melalui penelitian dapat dicari jawabannya.
3. Bagaimana permasalahan penelitian yang baik?
Tentu saja tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah dapat diidentifikasi, akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti. Kelayakan suatu penelitian berkaitan dengan banyak faktor.
• Kemanfaatan hasil. Sejauh mana penelitian terhadap masalah tersebut akan memberikan sumbangan kepada khasanah teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan masalah-masalah praktis.
• Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan yaitu: (a) mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis, dan (b) mempunyai kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna pengujian hipotesis.
• Persyaratan dari segi si peneliti, yang pada prinsipnya sejauh mana kemampuan si peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini menyangkut setidak-tidaknya lima faktor, yakni: biaya; waktu; alat dan bahan; bekal kemampuan teoritis peneliti; dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.

4. Jenis Penelitian: Apa Saja?
Dari berbagai buku penelitian, jenis penelitian dapat kelompokkan sebagai berikut (Nana, 2006; Suharsimi, 1998; Suhardjono, 2006; dan lain-lain)
Dikelompokkan berdasar pada.. Jenis penelitian
Tujuan umum (Suharsimi, 1998) Penelitian eksploratif, untuk mengeksplorasi, mendiskripsikan asal usul atau sebab-musabab sesuatu
Penelitian pengembangan, untuk mengadakan untuk percobaan dan penyempurnaan terhadap suatu masalah, atau untuk menghasilkan produk tertentu (program, model, alat, dll)
Penelitian verifikasi, untuk mengevaluasi atau menguji sesuatu hal yang dipermasalahkan.
Ada tidaknya perlakuan terhadap variabel (Suharsimi, 1998) Penelitian deskriptif: Mengumpulkan informasi tentang sesuatu dan kemudian mendiskripsikannya, apa adanya (tanpa melakukan perlakuan).
Soejono dan Abdurrahman (1999) penelitian deskriptif banyak dipergunakan dan dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena umumnya penelitian sosial bersifat deskriptif
Best (1981) termasuk pada kelompok deskriptif adalah penelitian yang mengkaji pembandingan dan hubungan di antara variabel yang tidak diperoleh melalui perlakuan.
Penelitian eksperimen : mendeskripsikan sesuatu yang terjadi akibat adanya perlakuan atau tindakan
Pendekatan (Nana, 2006) Penelitian kuantitatif, untuk mencari hubungan dan menjelaskan sebab-sebab perubahan dalam fakta-fakta sosial yang terukur. Menggunakan rancangan penelitian eksperimen atau korelasional sebagai kajian khasnya.
Penelitian kualitatif, lebih diarahkan untuk memahami fenomena –fenomena sosial dari prespektif partisipan. Menggunakan kajian etnografis untuk memahami keragaman prespektif dalam situasi yang diteliti,
Jenis data (Sukidin, 2005) Penelitian kuantitatif yang menggunakan data dalam bentuk angka-angka yang bersifat kuantitatif, untuk dapat meramal kondisi populasi, atau kecenderungan masa datang;
Penelitian kualitatif yang dilakukan secara cermat, mendalam dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang sangat lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang menunjukkan kualitas sesuatu. Penelitian kuantitatif memungkinkan adanya generalisasi untuk hasilnya, yang dihitung dengan analisis statistik. Hasil penelitian kualitatif hanya berlaku bagi wilayah yang diteliti itu saja.
Pemanfaatan hasil (Nana, 2006) Penelitian Dasar, menguji teori, dalil, prinsip, dasar.
Penelitian Terapan, menguji kegunaan teori dalam bidang tertentu. Menentukan hungungan empiris dan generalisasi analisis dalam bidang tertentu,
Penelitian Evaluatif, mengukur manfaat, sumbangan dan kelayakan program atau kegiatan tertentu.
Bidang Ilmu atau subtansi disiplin keilmuan Pendidikan, Pembelajaran, Pertanian, Sosial, Eksakta, Penelitian dalam Pengembangan Profesi Guru, dan lain-lain.
Tempat Penelitian (Suharsimi, 1998) Laboratorium, pengambilan data dari atau dikerjakan di laboratorium
Lapangan (kancah), pengambilan data dari atau dikerjakan di lapangan.
Perpustakaan, pengambilan data terutama dari perpustakaan. Kajian kepustakaan.
Tujuan untuk menghasilkan rancangan, desain, model, rekayasa enjinering atau produk lain (Suhardjono, 2006) Penelitian pengembangan (developmental research) untuk mengadakan untuk percobaan dan penyempurnaan terhadap suatu masalah, atau untuk menghasilkan produk tertentu (program, model, alat, dll)
Tujuan untuk memperoleh informasi, atau mendiskripsikannya untuk keperluan tertentu. (Suhardjono, 2006) Penelitian evaluasi untuk mengevaluasi pelaksanaan atau keberhasilan suatu sistem program, model pendidikan, penggunaan suatu sistem, program, model, metode, media, instrumen, dan lain-lain.
Studi kasus,
Survey,

Seringkali dipertanyaan apakah yang dimaksudkan dengan penelitian kuantitatif dan penelitian kuantitatif. Perbedaan kedua jenis penelitian tersebut antara lain adalah (Sukidin, 2005):
Penelitian kualitatif / naturalistik Penelitian kuantitatif
Berdasar tujuan
Memperoleh pemahaman makna, mengembangkan teori, menggambarkan realitas yang kompleks Menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori, mencari generalisasi.
Teknik Pelaksanaan Penelitian
Observasi, partisipasi, observasi, wawancara terbuka Eksperimen, observasi terstruktur
Macam data yang dipergunakan
Data deskriptif, dokumen-dokumen pribadi, catatan-catatan lapangan, hasil-hasil rekaman film dan foto, komentar, dan catatan atau rekaman data wawancara, Data kuantitatif, hitungan-hitungan, angka-angka ukuran, pencatatatan yang dapat dikuantifikasikan, statistik.

Penelitian kualitatif / naturalistik Penelitian kuantitatif
Sampel penelitian,
Jumlah sampel kecil, sedikit, tak mewakili sesuatu populasi, penentuan sampel secara non-acak Jumlah sampel lebih banyak, mewakili sesuatu populasi, pepentuan sampel secara acak
Metode pelaksanaan penelitian,
Menggunakan pengamatan, pencatatan tertib, kajian dokumen, wawancara Eksperimen, pengumpulan data tersrtuktur,
Cara analisis data penelitian,
Secara induktif, mengacu pada model, tema, konsep, dilakukan dalam waktu relatif panjang
Secara deduktif, mengacu pada kaidah statistika, pada saat pengumpulan data

5. Penelitian di Bidang Pendidikan: Bagaimana Ciri Khasnya?
Penelitian pendidikan dapat dilakukan terhadap kajian ilmu pendidikan, kajian praktik pendidikan, san kajian evaluasi pendidikan. Penelitian ilmu pendidikan meliputi kajian dasar-dasar, teori-teori, dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembangannya, yang berada pada kelompok penelitian dasar.
Penelitian terhadap praktik pendidikan lebih diarahkan pada aplikasi teori, yang merupakan penelitian terapan. Penelitian evaluasi pendidikan dan lain-liaiin, yang juga berada pada kelompok penelitian terapan. Penelitian-penelitian tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, baik dengan eksperimental maupun non eksperimental.
Penelitian pendidikan, baik pada bidang ilmu, praktik dan evaluasi pendidikan, dipilahkan dalam tiga kelompok yakni: (a) Penelitian Kurikulum dan Pembelajaran, (b) Penelitian Bimbingan dan Konseling, dan (c) Penelitian Manajemen Pendidikan (Nana, 2005).
Permasalahan pendidikan yang dapat dikaji melalui penelitian, sangatlah luas. Mulai dari filsafat pendidikan, politik dan kebijakan pendidikan, ekonomi pendidikan, psikologi pendidikan, teknologi pendidikan, manajemen, bimbingan dan konseling, kurikulum, pembelajaran, dan lain-lain.
Melihat luasnya kajian di bidang pendidikan itu, maka penelitian yang dilakukan guru dalam pengembangan profesinya, seharusnya dibatasi, hanya pada permasalahan yang terkait dengan keilmuan dan praktek proses belajar mengajar (proses pembelajaran). Hal itu sesuai dengan tujuan pengembangan profesi guru yakni “dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar ...”
Sehingga makna penelitian di bidang pendidikan, dalam konteks pengembangan profesi guru seharusnya diartikan dalam lingkup yang lebih terbatas, yakni pada permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran, dan lebih khusus lagi pada permasalahan proses belajar-mengajar yang dilakukan guru dalam usahanya meningkatkan mutu profesionalismenya.
Dalam kaitan dengan proses pembelajaran, ciri khas dari penelitian teknologi pembelajaran adalah adanya kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada suatu tujuan, karakteristik siswa, lingkungan dan ataupun kondisi pembelajaran spesifik.
Penelitian tentang pengaruh karakteristik siswa terhadap hasil belajar, yang tidak ada hubungannya dengan proses pembelajaran, lebih berada pada kawasan penelitian psikologi pendidikan daripada penelitian pembelajaran. Permasalahan tersebut lebih sesuai dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling, daripada guru kelas maupun guru mata pelajaran. Demikian pula penelitian tentang pengaruh manajemen persekolahan terhadap prestasi belajar siswa, lebih tepat berada pada kawasan manajemen pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, ataupun Pengawas Sekolah.
Menurut Suhardjono (1990) kegiatan pembelajaran yang umum dilakukan oleh seorang guru adalah (a) merancang pembelajarannya yang meliputi rancangan penataan isi, rancangan strategi pembelajaran termasuk rancangan pengembangan dan pemanfaatan media, rancangan evaluasi dan lain-lain, (b) menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran, termasuk di dalamnya pemilihan dan penggunaan model pembelajaran tertentu sesuai tujuan, penggunaan media, dan pengelolaan kelas, serta (c) melakukan evaluasi baik proses maupun hasil pembelajaran.
Ketiga kegiatan itu, harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuannya, dan dalam waktu yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil pembelajaran tersebut.
Ada faktor yang dapat diubah (seperti: cara mengajar, mutu rancangan, model evaluasi, dll) ada pula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji, lingkungan sekolah, dll).

Faktor pengaruh hasil belajar yang “tidak dapat” diubah oleh guru sebagai tenaga pengajar Faktor pengaruh hasil belajar yang “dapat” diubah oleh guru
Tujuan dan karakterisik bidang mata pelajaran,
Latar belakang siswa (umur, jenis kelamin, sikap, IQ, SQ, keadaaan social dan ekonominya, dan lain-lain)
Lingkungan di luar kelas, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran dan lain Kualitas rancangan
Kualitas penyajian materi pelajaran termasuk pengelolaan kelas
Kualitas evaluasi baik proses maupun hasil pembelajaran
Sesuai dengan tujuannya, terdapat jenis penelitian pembelajaran yang bertujuan untuk
1. mendiskripsikan sesuatu proses, sumber atau sistem yang berkaiatan dengan proses pembelajaran, misalnya mendiskripsikan penggunaan model pembelajaraan kooperatif pada materi pembelajaran tertentu di suatu sistem pembelajaran tertentu, termasuk menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambatnya,
2. menerapkan atau mengembangkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang telah teruji manfaatnya guna mendapatkan penyempurnaan tindakan-tindakan yang seharusnya dilakukan dalam proses pelaksanaan, agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai secara optimal, misalnya dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), dan
3. menguji atau memverifikasi suatu tindakan pembelajaran, misalnya menguji apakah penerapan model pembelajaran yang satu lebih baik dari yang lain, melalui penelitian eksperimen.
6. Bagaimana Hubungan Penelitian dengan KTI Guru?
Pada uraian terdahulu dijelaskan bahwa permasalahan di bidang pendidikan demikian luasnya. Agar tujuan kegiatan pengembangan profesi guru dapat tercapai, maka penelitian yang dilakukan guru, berbeda dengan yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, ataupun guru bimbingan dan konseling.
Penelitian guru dalam kegiatan pengembangan profesinya, hendaknya berupa kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajarnya. Karena tentunya, kegiatan itu dimaksudkan untuk meningkatkan mutu, baik proses maupun produk pembelajaran. Laporan penelitian dalam bidang pembelajaran yang berupa Karya Tulis Ilmiah merupakan salah satu bentuk laporan dari kegiatan pengembangan profesi guru.
Berdasarkan aturan yang berlaku (lihat: Lampiran I dari Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor: 84/1993 Tanggal 24 Desember 1993 tentang Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya) macam karya tulis/karya ilmiah tersebut dapat berupa :
1. Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.
2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan.
3. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa.
4. Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiiah.
5. Buku pelajaran atau modul
6. Diktat pelajaran
7. Karya penerjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan.
Ketujuh macam karya tulis di atas, kesemuanya adalah Karya Tulis Ilmiah. Dengan demikian semua karya tulis itu harus disusun memakai langkah sesuai dengan metode (berpikir) ilmiah. Ciri khusus metode ilmiah adalah adanya (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.
Karya tulis yang dibuat dengan tidak menggunakan metode keilmuan, misalnya puisi, prosa, atau karya tulis lain yang sejenis, tetap mendapat penghargaan angka kredit melalui kelompok “menciptakan karya seni”.
Hubungan antara macam kegiatan ilmiah yang dilakukan guru, dengan macam KTI yang dihasilkannya sesuai dengan Lampiran I dari Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor 84/1993 Tanggal 24 Desember 1993 tentang Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya, adalah sebagai berikut:

Macam kegiatan ilmiah yang dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya Bentuk KTI sebagai hasil dari kegiatan ilmiahnya, dipublikasikan dalam bentuk Angka kredit
Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi di bidang pendidikan Buku yang diterbitkan secara nasional 12,5
Artikel ilmiah dalam majalah ilmiah yang diakui oleh depertemen yang bersangkutan 6
Buku yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 8
Makalah yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 4
Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan Buku yang diterbitkan secara nasional 8
Artikel ilmiah dalam majalah ilmiah yang diakui oleh depertemen yang bersangkutan 4
Buku yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 7
Makalah yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 3,5
Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi di bidang pendidikan, dan atau melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan Tulisan Ilmiah Populer yang disebarluaskan melalui media massa 2
Makalah sebagai prasaran yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah 2,5
Menulis buku, modul, diktat atau melakukan penerjemahan buku pelajaran atau karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan Buku pelajaran atau modul yang bertaraf nasional 5
Buku pelajaran atau modul yang bertaraf propinsi 3
Diktat pelajaran 1
Karya terjemahan 2,5

Dari tabel di atas tampak bahwa macam kegiatan pengembangan profesi dalam pembuatan KTI terpilah dalam tiga kelompok: (1) Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi, (2) Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah, dan (3) Menulis buku, modul, diktat atau melakukan penerjemahan.
Dari tiga kelompok kegiatan tersebut, kegiatan ketiga yakni “menulis buku, modul, diktat atau melakukan penerjemahan” umumnya sudah dipahami maknanya. Yang sering menjadi pertanyaan adalah perbedaan dan persamaan di antara macam kegiatan pertama dengan kegiatan kedua.
Seringkali ditanyakan apa beda antara kegiatan “melakukan penelitian” dengan “melakukan tinjuan ilmiah”. Bahkan ada yang menafsirkan kegiatan pertama sebagai kegiatan penelitian, dan kegiatan kedua sebagai kegaitan non-penelitian. Produk dari kedua kegiatan tersebut juga mendapat angka kredir yang tidak sama. Besar angka kredit dari kegiatan penelitian sedikit lebih tinggi dari kegiatan hasil tinjuan ilmiah.
Dalam buku “Pedoman Penyusunan KTI di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru”, Suhardjono, dkk. (1996) dalam usaha mempermudah pemahaman, mengelompokkan KTI menjadi: (1) Laporan hasil kegiatan ilmiah yang merupakan KTI hasil penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi, (2) Tulisan ilmiah berupa KTI hasil tinjauan atau ulasan ilmiah, serta (3) Buku yang berupa KTI buku, diktat dan karya terjemahan.
Perbedaan dan persamaan antara antara kegiatan (1) melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi dan (2) melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah

Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi di bidang pendidikan Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan
Persamaan Keduanya merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya sebagai guru.
Kedua kegiatan menggunakan metode (berpikir) ilmiah yakni mengungkapkan adanya (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.
Kedua kegiatan berfokus pada permasalahan yang erat terkait dengan tugas dan tanggung jawab guru yaitu dalam usaha peningkatan mutu dan hasil proses belajar mengajar. Permasalahan pendidikan yang dikaji difokuskan pada bidang pembelajaran.
Keduanya memberikan keluaran berbentuk KTI yang APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten)
Produk KTI yang dihasilkan sama yaitu berupa buku, artikel pada jurnal, dan makalah, namun angka kreditnya berbeda,


Perbedaan Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi di bidang pendidikan Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan
Guru melakukan kegiatan yang menampak, diketahui serta diikuti oleh siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Guru melakukan kegiatan yang tidak secara langsung diikuti oleh siswa dalam kegiatan pembelajarannya.
Tujuan kegiatan: menguji hipotesis, mengkaji kemanfaatan suatu tindakan, mengkaji hubungan atau perbedaan dari permasalahan bidang pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru. Tujuan kegiatan: mendeskripsikan dan memberikan tinjauan serta ulasan dari permasalahan bidang pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru.
Kegiatannya umumnya berupa penelitian eksperimen, penelitian tindakan kelas, studi kasus, evaluasi, atau bentuk penelitian yang lain.
Sering disebut sebagai kegiatan “penelitian” Kegiatan umumnya berupa penelitian deskriptif, studi kasus, evaluasi, atau bentuk penelitian yang lain.
Sering disebut sebagai kegiatan “non-penelitian” (meskipun sebenarnya kurang begitu tepat)
Kegiatanya memberikan pengaruh pada praktek pembelajaran yang dilakukan. Kegiatanya tidak memberikan pengaruh langsung pada praktek pembelajaran yang dilakukan
Angka kredit KTI yang dihasilkan (buku, artikel ilmiah, atau makalah) sedikit lebih tinggi Angka kredit KTI yang dihasilkan (buku, artikel ilmiah, atau makalah) sedikit lebih rendah.
Dari tabel tersebut perlu digarisbawahi perbedaan utama dari kedua kegiatan, yakni
1. Tujuan yang berbeda, yakni yang satu untuk menguji hipotesis, mengkaji kemanfaatan suatu tindakan, mengkaji hubungan atau perbedaan dari permasalahan bidang pembelajaran, sedangkan yang lain bertujuan untuk mendeskripsikan dan memberikan tinjauan serta ulasan dari permasalahan bidang pembelajaran.
2. Manfaat yang berbeda, yakni pada kegiatan yang berupa tinjauan / gagasan dampak kegiatannya tidak langsung dapat diketahui, diikuti, atau dirasakan oleh siswa, sekolah, atau oleh komponen pembelajaran yang lain.
Sedangkan persamaan pentingnya adalah,
1. Keduanya merupakan kegiatan kegiatan ilmiah, sehingga pada KTInya harus tertulis adanya (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.
2. Keduanya merupakan kegiatan pengembangan profesi guru, maka permasalahan yang dikaji harus dibatasi dan disesuakani dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru di kelas atau sekolah di mana ia bertugas.
3. Keduanya dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian dengan metode dan jenis penelitian yang berbeda.
Pertanyaan berikutnya adalah, metode dan jenis penelitian apa yang umum dipakai dalam kegiatan pengembangan profesi guru?
Metode penelitian merupakan rangkaian cara dalam pelaksanaan penelitian. Termasuk dalam metode penelitian adalah rancangan atau prosedur penelitian. Dikenal tiga kelompok metode penelitian yakni (1) metode eksperimen, (2) deskriptif (non eksperimen) dan (3) penelitian tindakan.
Uraian lebih terperinci tentang masing-masing metode penelitian tersebut, disajikan pada bab-bab berikut.
7. Bagaimana KTI yang berupa laporan Penelitian Eksperimen?
Penelitian (dengan metode) eksperimen mempunyai ciri khusus yakni adanya perlakuan atau tindakan terhadap suatu variabel guna mengetahui bagaimana dampak tindakan itu pada variabel yang lain. Sesuai dengan cara pelaksanaannya, terdapat berbagai jenis penelitian eksperimen, seperti: eksperimen murni yang umumnya dilakukan di laboratorium, penelitian eksperimen kuasi yang umum dilakukan guru di kelasnya, dan lain-lain.
Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis dengan ciri khusus yaitu (a) adanya variabel bebas yang dimanipulasi, (b) adanya pengendalian atau pengontrolan terhadap semua variabel lain kecuali variabel bebas yang dimanipulasi, dan (c) adanya pengamatan dan pengukuran terhadap variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas
Penelitian eksperimen yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran umumnya bertujuan untuk menguji pengaruh beberapa perlakuan dalam perancangan, penyajian atau evaluasi pembelajaran (sebagai variabel bebas) dengan hasil belajar siswa (sebagai variabel tergantung). Penelitian bertujuan menguji hipotesis yang berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan antar variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Penelitian eksperimen jenis ini umunya dilengkapi dengan adanya variabel moderator yang berupa variabel dalam diri siswa. Untuk kemudian dikaji ada tidaknya hubungan, dan interaksi di antara variabel. Sebagai contoh, riumusan masalah dalam jenis penelitian ini adalah sebagai berikutL
1. Adakah perbedaan skor matematika akibat berbedanya metode mengajar yang dipakai?
2. Adakah hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap metode menhajar dengan skor matematikanya?
3. Adakah interaksi antara metode mengajar, sikap dan skor matematika?

Definisi : Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data sebagai akibat dari adanya suatu perlakuan. Perlakuan ini dapat berupa penerapan rancangan pembelajaran, strategi mengajar atau sistem evaluasi hasil belajar yang baru.
Penelitian eksperimen yang dilakukan di kelas bertujuan untuk menguji suatu hipotesis. Misalnya untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara suatu metode pembelajaran yang baru dengan metode pembelajaran yang selama ini dilakukan.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri khusus yaitu,
• adanya variabel bebas yang dimanipulasi,
• adanya pengendalian atau pengontrolan terhadap semua variabel lain kecuali variabel bebas yang dimanipulasi,
• adanya pengamatan dan pengukuran terhadap variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah penelitian eksperimen di bidang pembelajaran,

Judul penelitian Rumusan masalah
Keunggulan strategi sajian pembelajaran konsep berdasarkan metode A terhadap metode B pada pembelajaran konsep pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z • Apakah strategi pembelajaran konsep berdasarkan metode A lebih unggul dari metode B dalam pemerolehan mengingat konsep pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z?
• Apakah strategi pembelajaran konsep berdasarkan metode A lebih unggul dari metode B dalam pemerolehan menggunakan konsep pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z?
• Dan seterusnya..

Kerangka Isi Tulis Umumnya KTI laporan hasil penelitian eksperimen ini mempunyai kerangka bagian isi sebagai berikut:
Bagian Awal yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh si penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g) abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
• Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah (terutama penjelasan mengapa perlakuan hal yang akan di eksperimenkan itu, dipilih untuk dikaji), Perumusan Masalah (bagian penting dari penelitian ekseperimen adalah kejelasan rumusan masalah), Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
• Bab Kajian / Tinjauan Pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang berkaitan dengan variabel-variabel yang dikaji, dan ditujukan untuk menetapkan hipotesis penelitian.
• Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan penelitian (terutama uraian tentang sampel, prosedur pelaksanaan perlakuan, prosedur pelaksanaan eksperimen, prosedur observasi dan evaluasi, serta hasil penelitian).
• Bab Hasil penelitian dan pembahasan memuat diskripsi setting obyek penelitian, data hasil penelitian baik data kuantitatif maupun kualitatif, pengujian hipotesis, dan pembahasan,
• Bab Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, (b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli yang ditulis sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah, menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan, serta pernyataan keaslian tulisan yang ditandatangani oleh si penulis yang berisi pernyataan bahwa karya yang dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis. Besaran angka kredit untuk setiap makalah adalah 4 (empat).

8. Bagaimana KTI yang berupa laporan Penelitian Tindakan Kelas?
Penelitian Tindakan Kelas, merupakan penelitian tindakan yang umum dilakukan guru guna memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dan tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
Ciri khusus dari PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis. Tindakan tersebut adalah merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas.


Di samping itu PTK, karena menggunakan kegiatan nyata di kelas, menuntut etika, antara lain: (a) tidak boleh mengganggu tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar guru. (b) jangan terlalu menyita banyak waktu (dalam pengambilan data, dll). (c) masalah yang dikaji harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan dihadapi oleh guru., (d) dilaksanakan dengan selalu memegang etika kerja (minta ijin, membuat laporan, dll)
PTK terdiri rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, bila PTKnya tidak dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan , atau untuk meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untu siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan dengan tahap kegaita-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama.Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.
Definisi : Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami.
Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu. Oleh karena tujuan PTK adalah memperbaiki mutu pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Dengan kata lain, tindakan yang diberikan kepada siswa harus terlihat kreatif dan inovatif.
Hal yang khusus pada tindakan tersebut adalah adanya hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik pembelajaran sebelumnya, karena yang sudah dilakukan dipandang belum memberikan hasil yang memuaskan.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut maka harus dilakukan secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan akan keampuhan dari tindakan. Jika dibandingkan dengan eksperimen adalah demikian. Eksperimen melihat bagaimana efektivitas perlakukan, sedangkan PTK melihat keterlaksanaan dan kelancaran proses tindakan. Oleh karena itu yang dipentingkan dalam PTK adalah proses, sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari ampuhnya tindakan. Pengulangan langkah dari setiap awal sampai akhir seperti itu disebut siklus. Untuk KTI guru, PTK sedikitnya dilaksanakan dua siklus.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah penelitian tindakan kelas di bidang pembelajaran,

No Judul penelitian Rumusan masalah
1 Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat secara lisan melalui diskusi kelompok pada mata pelajaran X, di kelas Y, pada sekolah Z. • Bagaimana kelancaran langkah pembelajaran diskusi, meliputi kelancaran pembentukan kelompok, mengajukan pendapat, menanggapi pendapat, sampai mengambil kesimpulan?
• Bagaimana situasi belajar kelompok meliputi ketertiban, ketenangan, keseriusan diskusi, dll.
• Bagaimana keaktifan siswa dalam berpartisipasi, semangat siswa me- nanggapi dan mempertahankan pendapat, kelancaran berbicara?
• Bagaimana kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat?
• Kendala-kendala apa yang dijumpai dalam penerapan PBL dan bagaimana mengatasinya, dst?

Kerangka Isi Laporan
Umumnya KTI PTK ini mempunyai kerangka isi sebagai berikut:
Bagian Awal yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g) abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
• Bab I Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
• Bab II Kajian / Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan (khususnya kajian teori yang berkaitan dengan macam tindakan yang akan dilakukan), proses tindakan, ketepatan atau kesesuainan tindakan dengan ciri-ciri kejiwaan siswa, dan lain-lain.
• Bab III Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, penjelasan rinci tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi , serta hasil penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan secara jelas dalam bagian ini adalah langkah-langkah tindakan secara rinci, terutama langkah yang harus dilakukan oleh siswa, bukan menjelaskan langkah guru yang biasa seperti membuat persiapan, menyiapkan alat, dan seterusnya.
• Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan, dimulai dari setting atau pengaturan siswa, penjelasan umum jalannya pembelajaran diikuti penjelasan siklus demi siklus. Akhir dari bab ini adalah pembahasan, yaitu pendapat peneliti tentang plus minus tindakan serta kemungkinannya untuk diterapkan lagi untuk memperoleh gambaran model tindakan ini sebagai metode mengajar yang dipandang kreatif dan inovatif, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang maksimal
• Bab V Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli yang ditulis sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah, menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan, serta pernyataan keaslian tulisan yang ditandatangani oleh penulis yang berisi pernyataan bahwa karya yang dibuatnya merupakan hasil karya asli penulis. Besaran angka kredit untuk setiap makalah adalah 4 (empat).
9. Bagaimana KTI yang berupa laporan Penelitian Deskriptif?
Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan fakta sebagaimana adanya (tanpa perlakuan) terdiri dari (a) survey, (b) studi kasus, (c) penelitian hubungan-korelasional, (d) penelitian pembandingan-komparatif, (e) penelitian evaluasi (e) penelitian pengembangan, dan lain-lain.
Berdasar pada tujuannya, metode penelitian deskriptif yang umum dilakukan guru dalam pengembangan pro fesinya adalah sebagai berikut....
Tujuan penelitian Keterangan
Survei bertujuan mengukur sesuatu apa adanya tanpa bertanya mengapa keadaan tersebut seperti itu.
Hasil survey umumnya dipakai sebagai masukan data dalam pembuatan KTI yang berupa tinjuaan atau gagasan ilmiah. Tidak banyak guru melakukan survey sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Survey dimulai dengan menjabarkan teori untuk menetapkan variabel , kriteria dan indikator variabel-variabel yang akan disurvey. Selanjutnya dilakukan pengumpulan, analisis dan simpulan dari data yang didapat.
Studi kasus yang merupakan kajian secara intensif tentang keadaan yang spesifik, terbatas dan kecil.
Hasil studi kasus umunya merupakan bagian dari KTI yang berupa tinjauan atau gagasan ilmiah. Misalnya studi kasus tentang gagalnya penerapan suatu metode pembelajaran baru di kelasnya. Berdasar kajian teori ditetapkan kriteria dan indikator variabel-variabel terkait. Selanjutnya menggunakan indikator variabel itu, dilakukan pengumpulan dan analisis data untuk menjawab permasalahan. Analisis dilakukan berdasar teori dan data yang diperoleh.
Studi korelasi, penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana variasi-variasi pada satu atau lebih faktor, saling berhubungan ditinjau berdasarkan koefisien korelasinya.
Pada studi korelasi hal pokok yang harus menjadi perhatian adalah (1) adanya kerangka teori yang menunjang ada tidaknya hubungan di antara variabel, (2) keterandalan instrumen pengukuran yang digunakan, dan (3) jumlah sampel yang dianalisis.
Penelitian jenis ini relatif sering dilakukan oleh guru. Misalnya seorang guru menerapkan metode baru dalam proses pembelajarannya, ia ingin mengetahui apakah sikap siswa terhadap metode baru tersebut berkorelasi dengan hasil belajar. Hal yang ingin dikaji sebenarnya adalah pengaruh dari penerapan metode pembelajaran.
Kesalahan umum pada penelitian ini guru tidak dikaitkan dengan tindakan/ kegiatan pembelajaran. Ia hanya mengkorelasikan variabel-variabel dalam diri siswa dengan hasil belajar, atau antara hasil belajar mata pelajaran dan satu dengan yang lainnya. Penelitian semacam itu kurang memberikan manfaat terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Studi pembandingan atau penelitian komparatif bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan variabel-varibel tertentu melalui pembandingan antara satu keadaan dengan keadaan yang lain.
Misalnya ingin diketahui adakah perbedaan hasil belajar akibat berbedanya metode yang dipakai dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian deskriptif, data diperoleh secara ekspos fakto, bukan dari afanya suatu perlakuan. Bila data diperoleh akibat adanya perlakukan maka kegiatan ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen.
Studi evaluasi, bertujuan memperoleh informasi ilmiah guna pengambilan keputusan.
Studi evaluasi sangat sering dipakai sebagai KTI yang berupa tinjauan atau gagasan ilmiah.
Misalnya adanya kebijakan baru dalam tindakan pembelajaran, yang ingin dievaluasi. Pertama dilakukan kajian teori dipakai untuk menetapkan kriteria guna evaluasi.
Selanjutnya fakta dikumpulkan dan dipakai untuk menguji kesenjangan antara kriteria teoritik dengan keadaan nyata dari hal dievaluasi.
Studi pengembangan, bertujuan menghasilkan produk dalam upaya pemecahan masalah.
Hasil studi ini adalah produk pengembangan misalnya buku, modul, rancangan program, dan lain-lain
Sebagai kegiatan ilmiah kegiatan ini juga disertai dengan kajian teori dipakai untuk menetapkan kriteria dalam pengembangan. Studi pengembangan mempunyai ciri khas yaitu adanya uraian yang mendalam tentang pelaksanaan kegiatan pengembangan yang dilakukan apakah berupa pembuatan perancangan, desain, pembuatan alat, dan lain-lain. Semua kegiatan dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditapkan berdasar teori. Selanjutnya pada studi ini dilakukan uji kesesuaian hasil pengembangan dengan kriteria teoritik.

Definisi : Penelitian deskriptif merupakan paparan (diskripsi) informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya.
Dalam konteks kegiatan pengembangan profesi, penelitian ini mengkaji dan memaparkan sesuatu yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan guru yang bersangkutan dalam upayanya mengembangan profesinya sebagai guru.
Kegiatan tersebut berkaitan dengan tugas pokok guru yakni menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menganalisis hasil evaluasi pembelajaran, menyusun program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik serta mengembangkan profesi yang menjadi tanggung jawabnya.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah penelitian diskriptif di bidang pembelajaran .

No Judul penelitian Rumusan masalah
1 Penerapan KBK pada pembelajaran sejarah pada siswa kelas II, di SMP X, sekolah Y, Bagaimana macam kegiatan guru dalam pembelajaran yang menupakan penerapan KBK pada pembelajaran Sejarah.
• Bagaimana macam kegiatan siswa yang merupakan penerapan KBK
• Apa saja dan mengapa faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan KBK


Kerangka Isi Tulis Umumnya KTI laporan hasil penelitian deskriptif mempunyai kerangka bagian isi sebagai berikut:
Bagian Awal yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh si penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g) abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
• Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah mengapa masalah tersebut diteliti dan disertai data yang berkaitan dengan permasalahannya. Perumusan Masalah (Hal-hal yang ingin diketahui jawabannya atau ingin dijelaskan secara rinci melalui kajian diskriptif), Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
• Bab Kajian / Tinjauan Pustaka yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang berkaitan dengan variabel-variabel yang berkaitan atau kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan,
• Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang populasi dan sample penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan cara analisis penelitian.
• Bab Hasil dan pembahasan menguraikan tentang gambaran sasaran penelitian, diskripsi hasil penelitian, dan analisis serta pembahasannya, serta
• Bab Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, (b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli yang ditulis sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah, menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan, serta pernyataan keaslian tulisan yang ditandatangani oleh si penulis yang berisi pernyataan bahwa karya yang dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis. Besaran angka kredit untuk setiap makalah adalah 4 (empat)

Daftar kepustakaan
------, Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya
------, Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
------, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 025/0/1995
Nana Syaodih Sukmadinata, (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari (1983) Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soejono dan Abdurrahman (1999). Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudarwan Danim, (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka setia.
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI do Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Degutentis, Jakarta : Diknas
Suhardjono (2006) Metodologi Penelitian di Bidang Teknik Pengairan. Buku Ajar Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Suhardjono, (2009), Pertanyaan dan Jawaban di sekitar Penelitian Tindakan kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah, Malang: Lembaga Cakrawala Indonesia
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi, (2006) Peneiitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bina Aksara
Sukidin dan Mundir, (2005), Metode Penelitian : Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia.
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Suriasumantri, Jujun S. (ed) (1981). Ilmu dalam Prespektif. Jakarta: Gramedia.

Prof. Dr. Ir. H. Suhardjono, M.Pd., Dipl.HE, lahir di Kebumen, 23 Maret 1946. Sarjana Teknik Sipil Universitas Brawijaya tahun 1972. Diploma on Hydraulic Engineering dari International Institute of Hydraulic Engineering TH Delft, Nederland, 1977, Magister Kependidikan IKIP Jakarta tahun 1982, dan lulus sebagai Doktor Kependidikan bidang Studi Teknologi Pembelajaran IKIP Malang, 1990. Guru Besar dalam Metode Penelitian tahun 2000. Ia mengikuti berbagai pendidikan tambahan, di bidang kependidikan dan pengembangan sumber daya air baik di dalam maupun di luar negeri, antara lain di University of Newcastle, Inggris (1997), International Institute for Infrastructural, Hydraulic and Enviromental Engineering, Manila (1996), State University of New York at Albany, USA (1988), University of Southern California, Los Angeles, USA (1980).
Dosen tetap di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, sejak tahun 1970. Mendapat tugas tambahan sebagai dekan selama dua periode yaitu tahun 1982-1985, dan tahun 2001-2005, ketua P3AI Unibraw 1996-2001, serta pernah mendapat berbagai tugas kependidikan yang lain. Di antaranya sejak 1996 membantu sebagai anggota tim teknis penatar dan penilai KTI dalam pengembangan profesi guru. Melakukan berbagai penelitian dan menulis banyak buku tentang pendidikan dan penelitian.

Bukan Omong Kosong

rENUNGAN

Summary:ersys
SEPULUH CIRI ORANG BERPKIR POSITIF


1. MELIHAT MASALAH SEBAGAI TANTANGAN
Bandingkan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat maka dia akan berpikir hidupnya adalah menjadi orang yang paling sengsara di dunia.

2. MENIKMATI HIDUP
Pemikiran positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati

3. PIKIRAN TERBUKA UNTUK MENERIMA SARAN DAN IDE
Pikiran terbuka membutuhkan kebesaran hati dan tentu kesabaran. karena dengan begitu, akan ada hal-hal baru yang akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik.

4. MENGHILANGKAN PIKIRAN NEGATIF SEGERA SETELAH PIKIRAN ITU TERLINTAS DI BENAK
Suatu kendala yang sebetulnya bisa diatasi dengan kepala dingin jika sudah dilandasi dengan pikiran negatif ternyata hanya akan menimbulkan masalah baru.

5. MENSYUKURI APA YANG DIMILIKI
Hindari berkeluh kesah tentang apapun yang tidak dimiliki karena justru akan menjadi beban. sebaliknya jadikan hal itu sebagai motivasi untuk meraih hidup yang diharapkan.

6. TIDAK MENDENGAR GOSIP YANG TAK MENENTU
Sudah pasti gosip erat sekali dengan berpikir negatif. karena itu sebisa mungkin jauhi gosip-gosip yang tak jelas asalnya.

7. TIDAK MEMBUAT ALASAN TETAPI AMBIL TINDAKAN
NATO ( No Action, Talk Only ) itu adalah ciri khas orang berpikir negatif. maka ambilah tindakan dan buktikan bahwa anda bisa mengatasi masalah sebagai orang yang berpikir positif.

8. MENGGUNAKAN BAHASA YANG POSITIF
Saat kita berkomunikasi dengan orang lain gunakan kalimat-kalimat yang bernadakan optimisme sehingga dapat memberikan semangat terhadap lawan bicara kita

9. MENGGUNAKAN BAHASA TUBUH YANG POSITIF
Diantara bahasa tubuh yang lain senyum merupakan wujud dari berpikir positif karena akan menimbulkan kesan bersahabat dan akan menjadi lebih akrab dengan suasana.

10. PEDULI PADA CITRA DIRI
Itu sebabnya, mereka berusah tampil baik bukan hanya di luar tetapi juga di dalam.

Itulah sepuluh tanda orang berpikir positif semoga artikel diatas bermanfaat untuk anda. jadilah orang yang berpikir positif dalam menyelesaikan masalah sehingga kita tidak akan terbebani dengan hidup ini.



10 ciri orang berpikir positif Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/social-sciences/1901760-10-ciri-orang-berpikir-positif/